tukangonlenAvatar border
TS
tukangonlen
Hari-hari Terakhir Presiden Mesir Muhammad Mursi
Hari-hari Terakhir Presiden Mesir Muhammad Mursi


Para panglima militer datang ke Presiden Muhammad Mursi dengan permintaan sederhana: mundurlah dengan inisiatif sendiri. "Langkahi mayatku!" Itulah jawaban Mursi kepada Menteri Pertahanan yang juga Kepala Angkatan Bersenjata Mesir Jenderal Abdel Fatah al-Sisi, Senin, 1 Juli 2013, dua hari sebelum tentara akhirnya menggulingkannya.

Pada akhirnya, presiden pertama Mesir yang dipilih secara demokratis itu menemukan dirinya terisolasi, ditinggalkan oleh sekutunya. Tidak ada dalam tentara atau polisi yang bersedia mendukungnya. Bahkan, pasukan pengawal Garda Republik melangkah pergi saat komandan tentara datang untuk menahannya ke fasilitas militer.

Para pejabat Ikhwanul Muslimin mengatakan, mereka mulai melihat akhir nasib Mursi pada 23 Juni, seminggu sebelum oposisi merencanakan protes besar pertamanya. Saat itu militer memberi waktu tujuh hari kepada presiden untuk bekerja untuk mengatasi perbedaannya dengan oposisi.

Dalam beberapa bulan terakhir, Mursi memang telah berseberangan dengan hampir seluruh institusi di Mesir, termasuk ulama terkemuka Muslim dan Kristen, hakim, angkatan bersenjata, polisi, dan badan intelijen. Lawan politiknya lantas memancing kemarahan rakyat karena menilai Mursi memberikan terlalu banyak kekuasaan kepada pengusungnya, Ikhwanul Muslimin dan kelompok Islamis lainnya, dan gagal untuk mengatasi meningkatnya masalah ekonomi Mesir.

Ada ketidakpercayaan antara Mursi dan badan-badan keamanan negara itu sehingga mereka mulai menyembunyikan informasi dari dia. Misalnya, pengerahan pasukan dan kendaraan lapis baja di kota juga tanpa sepengetahuannya. Polisi juga bersikap sama, dan ini terbukti dari penolakan polisi untuk melindungi kantor Ikhwanul Muslimin saat diserang dalam gelombang protes anti-Morsi.

Karena itu, ketika Mursi berjuang untuk kelangsungan kekuasaannya, tidak ada orang yang berpaling, kecuali meminta bantuan luar melalui duta besar negara Barat dan segelintir Ikhwanul Muslimin. Tapi, yang bisa dilakukan kolega Ikhwanul-nya sedikit, tak lebih dari membantunya merekam dua-menit terakhir pidatonya sebelum ia digulingkan.

Dalam sambutan tersebut, Mursi tampak emosional menekankan legitimasi pemilunya. Ini juga kerap disampaikan Mursi berulang kali saat berbicara dengan al-Sisi.

Awal Juni, selama dua pertemuan, Mursi, al-Sisi dan Perdana Menteri Hesham Kandil, duduk untuk membahas cara-cara keluar dari krisis. Tapi Mursi terus kembali menyatakan mandatnya tak bisa diusik karena ia menang dalam pemungutan suara Juni 2012, kata salah satu pejabat yang mengetahui pertemuan itu.

Seorang juru bicara Ikhwanul Muslimin Murad Ali, mengatakan, militer sejak awal tak mendengar Mursi, dan telah memutuskan bahwa Mursi harus pergi. Jenderal al-Sisi bahkan tidak mempertimbangkan salah satu konsesi yang siap diberikan Presiden Mursi. "Kami naif ... Kami tidak membayangkan pengkhianatan akan berlangsung sejauh ini," kata Ali.

Para pejabat Ikhwanul Muslimin mengatakan, mereka sudah melihat bahwa akhir dari kekuasaan kadernya itu akan datang. "Kami tahu itu lebih banyak pada 23 Juni. Duta Besar negara Barat mengatakan itu kepada kami," kata juru bicara Ikhwanul Muslimin lainnya. Duta Besar AS Anne Patterson adalah salah satu orang yang mengatakan soal itu.

Mursi sendiri sudah berusaha mencari sekutu di kalangan tentara. Dia memerintahkan dua pembantunya -Asaad el-Sheikh dan Rifaah el-Tahtawy - untuk menjalin kontak dengan perwira yang bersimpati kepadanya di Angkatan Darat kedua yang berbasis di Port Said dan Ismailia di Terusan Suez. Tujuannya adalah untuk menemukan alat tawar-menawar yang bisa digunakan menghadapi Sisi, kata pejabat keamanan yang mengetahui langsung soal ini.

Tapi tidak ada tanda-tanda bahwa tawaran Mursi itu memiliki efek apapun. Rencana ini bahkan bocor ke lawan Mursi. Al-Sisi mengetahui soal ini dari kontak-kontak militernya. Tak mau ambil risiko, dia mengeluarkan arahan kepada semua komandan satuan untuk tidak terlibat dalam kontak apapun dengan istana presiden. Sebagai pencegahan, ia mengirim pasukan elit untuk mengamankan unit militer yang komandannya telah dihubungi oleh pembantu Mursi itu.

Sementara pergolakan terjadi di level elite, di permukaan, Mursi ingin memberikan kesan bahwa pemerintahannya berjalan seperti biasa. Kantornya merilis pernyataan tentang pertemuan dengan menteri kabinet untuk membahas beberapa isu, seperti ketersediaan bahan makanan pokok selama bulan Ramadan. Dia sempat empat kali berbicara dengan wartawan TV di istana presiden tentang kelangkaan bahan bakar dan pemadaman listrik, dengan didampingi sejumlah menteri.

Akhirnya, pihak oposisi menetapkan protes massa pertama pada 30 Juni 2013, ulang tahun pelantikannya sebagai presiden. Ketika demonstrasi baru berlangsung pada tahap awal, Mursi sudah harus berhenti bekerja di istana Ittihadiya pada 26 Juni 2013. Keesokan harinya, ia dan keluarganya pindah ke markas garda Republik di Kairo, cabang militer yang bertugas melindungi presiden.

Mursi lalu bekerja di Isatana Qasr El Qouba dan terus berada di sana sampai 30 Juni 2013, ketika Garda Republik menyarankannya untuk tetap tinggal di markas mereka.

Saat itu pembantu kebijakan luar negerinya, Essam el-Haddad, sibuk menelepon beberapa pemerintahan Barat untuk menyampaikan optimismenya bahwa situasi di Mesir masih bisa dikendalikan. Haddad juga mengeluarkan pernyataan dalam bahasa Inggris kepada media asing, mengatakan bahwa jutaan orang yang keluar di jalan-jalan tidak mewakili semua orang Mesir.

Menurut surat kabar Al-Ahram, militer saat itu sudah menawari Mursi untuk pergi secara aman ke Turki, Libya, atau di tempat lain, tapi ia menolak. Dia juga ditawari kekebalan dari penuntutan jika ia secara sukarela mengundurkan diri. Dia tetap menolak. Mursi bahkan berpidato pada Selasa, 2 Juli 2013, dan bersumpah untuk tetap dalam posisinya dan mendesak pendukungnya untuk berjuang untuk melindungi legitimasinya.

Segera setelah itu, Sisi menempatkan dia di bawah "kurungan" di markas Garda Republik. Hari berikutnya, Rabu 3 Juli 2013, batas waktu 48 jam yang diberikan militer untuk Mursi berakhir.

Hari itu, pada pukul 05:00 pagi, pasukan mulai menyebar ke seluruh kota besar di Mesir. Pihak militer memposting video pergerakan mereka di halaman Facebooknya dalam upaya untuk meyakinkan publik. Pengawal Garda Republik yang ditugaskan untuk mengawal presiden dan para pembantunya melangkah pergi, meninggalkan Mursi di tengah hari, lalu komando militer tiba.

Tidak ada keributan dari Mursi. Dia pergi secara diam-diam ke markas Garda Republik, tempat ia akhirnya ditahan. Rabu 3 Juli 2013 malam, al-Sisi mengumumkan penggulingan Mursi dari kursi presiden yang baru didudukinya setahun itu.

SUMBERNYA
0
1.1K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan