Keluarga memang segalanya, semua orang menginginkan kehidupan bersama keluarga bahagia, semua begitu bahagia ketika kita bisa bersama - sama dengan keluarga. akan tetapi tidak dengan kehidupan saya.

Saya anak ketiga (terakhir) dari 3 bersaudara saat itu. Semua kakak saya sudah bekerja. Saat saya baru masuk sma, ibu saya meninggal dunia, disaat seorang siswa butuh orang tua untuk mendampingi dalam kelancaran sekolahnya.

Setelah Ibu Meninggal, ayah saya menikah lagi. Mulai dari sinilah keuangan keluarga kami semakin terpuruk. Sampai saya kadang tidak dapat masuk sekolah gara-gara tidak ada uang untuk ke sekolah. Beruntung kadang ada keluarga yang berbaik hati untuk membantu saya.

Kadang sakit melihat tawa canda antara ayah dan ibu baru. Memang benar ibu tiri tidak sebaik ibu kita yang sesungguhnya. Apalagi setelah ibu tiri melahirkan anak pertamanya bersama ayah saya, mereka seperti tidak peduli kepada saya, akan tetapi saya hanya mencoba yang terbaik untuk positif thinking, tidak ada orang tua yang akan mencelakakan anaknya.

Pulang sekolah hanya sedih merenung di kamar, menangis karena begitu sedih melihat ayah bersama istri barunya tanpa menghiraukan saya, mungkin ayah saya mencoba berbahagia dengan istri barunya, semua nilai ulangan drop, malu dengan teman-teman, Saya berulang kali dimarahi oleh ayah saya karena sering tidur di sekolah atau di rumah teman berharap menghemat uang saku saya.

Untuk itulah saya bertekad untuk keluar rumah setelah saya lulus sma, kebetulan saya sekolah di smk yang bisa langsung kerja. Dan setelah lulus saya langsung bisa bekerja di salah satu perusahaan cola di indonesia. Yang membuat saya sedih kembali mereka (orang tua saya) tidak memperbolehkan saya untuk bekerja, saya diharuskan membantu orang tua di rumah, akan tetapi saya memaksa untuk bekerja, saya minta maaf kepada orang tua saya, akan tetapi mereka tidak menghiraukannya. Akhirnya dengan tekat yang bulat saya berangkat kerja, karena tidak kuat menahan kesedihan di dalam keluarga ini.

Hari bekerja di perusahaan saya jalani begitu bahagia bersama teman-teman. Jauh dari orang tua memang terasa kurang, kadang saya berfikir "Apa yang saya barikan kepada orang tua, padahal orang tua sudah memberikan segalanya kepada saya, apalagi orang tua saya tinggal satu, saya takut untuk mengecewakannya".

Akan tetapi suatu hari saya mendapat kabar gembira, saya di telfon orang tua untuk berwira usaha di rumah. Betapa bahagianya melihat kabar baik tersebut

Walau masih trauma dengan keadaan ketika saya masih sma, saya bertekad untuk pulang ke rumah. Mungkin inilah cara saya membahagiakan ayah saya, orang tua satu-satunya.

Saya keluar dari perusahaan dan memulai usaha saya di rumah, pada waktu itu saya berkeinginan mendirikan home industri makanan, dan orang tua saya berdagang, sejalan dengan waktu ternyata dagangan orang tua saya bangkrut, dan mereka memberikan semua sisa dagangan dan tempat kepada saya. Saya sungguh bahagia karena ayah saya memberikan usaha dagangannya kepada saya, katanya untuk masa depan saya. Ada ketidak setujuan dari ibu tiri, mereka ber cek-cok karena hal ini.



Yang membuat saya sedih ternyata ayah saya menjelaskan kepada ibu tiri bahwa usaha ini diberikan kepada saya karena ayah beranggapan usaha ini tidak akan lancar kedepannya, tapi saya tanggapi dengan lapang dada, dengan menangis saya harus berusaha, yang saya lakukan hanya bekerja keras untuk meneruskan dan mengembangkan usaha yang telah di berikan kepada saya. Sejalan dengan waktu saya sibuk dengan usaha dagang ini, sampai usaha yang lain saya kesampingkan, dan alhamdulillah dalam 2 tahun ternyata bisa berkembang pesat dan omzet naik berkali-kali lipat, saya berharap dengan usaha ini saya dapat mengurusi ayah saya yang semakin tua dan juga mengurusi adik kecil dari ibu tiri, karena itu adalah tanggung jawab saya

Saya masih teringat kata-kata ayah "usaha ini untuk masa depan kamu nak", saya begitu sedih ketika semua jerih payah saya di ambil alih oleh ayah saya, tanpa menghiraukan saya. Saya hanya pasrah, ia juga orang tua saya, yang saya takutkan hanya mengecewakannya. Dan akhirnya saya menyetujui permintaan orang tua saya, berharap dengan ini dapat membahagiakan orang tua saya.

Dan yang bisa saya lakukan untuk masa depan saya adalah meneruskan usaha yang pernah dulu saya sampingkan, saya berfikir, saya anak dari ibu, ibu yang dulu selalu semangat, suka menolong, jiwa sosial tinggi, saya harus menirunya

Disaat saya menjalankan usaha saya yang baru, saya sedih karena hanya menerima hinaan atas usaha saya, dan yang lebih parah lagi adanya kabar pahit tentang saya. Bahwa kejelekan yang tak ku duga datang dari gosip masyarakat tentang diri saya, ibu tiri mungkin kurang suka terhadap saya, saya sampai berkali-kali minta maaf kepada ibu tiri saya jika kelakuan dan kejelekan sifat saya yang tidak ia sukai dan memohon agar tidak menyebarkan gosip keluarga yang belum tentu ada kebenarannya, akan tetapi hal serupa terus muncul.



Saya hanya sabar dan walau malu, saya hanya sering menangis atas hal ini, alhamdulillah ternyata masyarakat terus beranggapan positif kepada saya, ternyata mereka tidak percaya akan gosip buruk yang menimpa saya

Dalam menjalani keseharian saya ternyata banyak sekali kejadian yang menjadi pelajaran buat saya, karena saya senang berbaur dengan masyarakan, begitu banyak masyarakat yang mencurahkan semua pahitnya hidup kepada saya, ada yang tidak bisa makan, ada yang anak durhaka tidak mau membantu ibu satu-satunya, bahkan ada seorang bapak yang ingin pinjam uang karena anaknya saat ujian menjawab soal ujian diluar kelas sendirian beralaskan rumput.

Ternyata banyak yang lebih pahit, begitu banyak nasihat untuk saya, mulai dari orang bawah sampai orang atas. Dan yang bisa saya lakukan adalah terus lakukan yang terbaik, terbaik untuk ayah saya dan keluarga saya termasuk ibu tiri saya, saya tiada henti-hentinya minta maaf kepada ibu tiri saya, dengan harapan ia akan luluh dan menganggap saya bagian dari keluarganya, ia juga sudah baik, sudah merawat ayah saya selama ini dan memasakan untuk saya . Dan saya yakin, suatu saat kebaikan saya di balas oleh Tuhan.

Semoga pengalaman saya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua, bagi yang masih punya orang tua lengkap, jagalah kata-kata kita dari hal yang menyakitinya, sering-seringlah untuk meminta maaf dan yang terpenting bahagiakan mereka, sebelum mereka dipanggil di sisi Tuhan.

Karena setiap orang mempunyai sisi kebaikan dan sisi kejelekan, bersyukurlah karena kita masih dipertemukan di bulan yang suci dan penuh berkah ini bersama keluarga tercinta kita. Kehidupan yang kita lalui memang tidak selalu baik, tapi Tuhan memberikan jalan yang terbaik untuk kita.