- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Barisan Atlet Muslim Terbesar Dalam Sejarah


TS
Dimas6Maulana
Barisan Atlet Muslim Terbesar Dalam Sejarah
Spoiler for No repsol:

Sebelum Komentar Budayakan Baca ampe Abis yaaaaa !!!!!
Spoiler for Harapan:
Ts berharap dapet
sama 
dan mohon maaf apabila ada salah kata ya gan...


dan mohon maaf apabila ada salah kata ya gan...

Tokoh-tokoh Islam dari olahraga ternyata cukup diperhitungkan di mata dunia

Muslim telah melahirkan yang terbaik di bidang olahraga seperti tinju, kriket, pesepakbola, basket, squash, golf, dll. Berikut ane tampilkan 10 atlet Muslim terbesar dalam sejarah olahraga. Marhaban ya Ramadan!!!!

Spoiler for Muhammad Ali:

The Greatest julukannya!

Ia telah mengalahkan banyak sekali juara kelas berat dan di kelas lainnya sepanjang sejarah, dintaranya Sonny Liston, Floyd Patterson, dan Henry Cooper, serta nama-nama besar lain. Bahkan, duelnya melawan Foreman serta Joe Frazier menjadi pertarungan terbaik sepanjang abad ke-20

Ia merupakan seorang Mualaf, ia berganti nama dari Cassius Marcellus Clay Junior menjadi Muhammad Ali. Muhammad Ali: "Islam adalah agama yang damai dan cinta akan kedamaian."




Spoiler for Zinedine Zidane:

Lahir pada 23 Juni 1972, Zinedine Yazid Zidane yang kini telah pensiun dari dunia sepakbola merupakan salah satu pemain terbaik dunia. Tak ada yang meragukan bila Zizou adalah pesepakbola Muslim tersukses di dunia.
Bahkan Andy Roxburgh yang merupakan Direktur Teknik UEFA pernah memuji dengan menyebut Zidane adalah produksi dari surga. "Saya percaya di kepalanya (Zidane) ada tulisan 'Made in Heaven'. Dia merupakan anugerah dari Tuhan."


Zinedine Zidane: "Shalat adalah sumber kekuatanku. Karena setelah shalat, hati serasa tenang."


Spoiler for Mike Tyson:

Petinju dunia kelahiran 1966 ini, pasti semua pada tau kan samadoi,




Mike Tyson: "Saat itu saya seorang bajingan, psikopat, dan kotoran. Saya pikir saya raja dunia.






Spoiler for Imran Khan:

Ia merupakan legenda pemain kriket kelahiran Pakistan. Imran Khan merupakan kapten tim nasional kriket paling sukses, membawa negaranya sebagai juara Piala Dunia Kriket tahun 1992. Kini setelah pensiun dari dunia olahraga, ia menggeluti dunia politik.
Spoiler for Kareem Abdul Jabbar:

Semua penggemar basket, terutama NBA, pasti gak asing sama dia. Sosok Kareem Abdul Jabbar diakui banyak pemain basket sebagai salah satu pemain basket terbesar sepanjang masa.


Ferdinand Lewis Alcindor Junior (Jr) adalah nama lahirnya sebelum ia berpindah kepercayaan dari Katolik menjadi Islam. "Mereka (orang tua) tahu saya bersungguh-sungguh. Saya pindah agama bukan untuk ketenaran. Saya sudah menjadi diri saya sendiri, dan melakukan itu dengan cara saya sendiri, apa pun konsekuensinya.”


Spoiler for Jahangir Khan:

Pemain Squash kelahiran 1960 ini merupakan atlit paling hebat di bidangnya sepanjang masa. Lahir di Pakistan, Jahangir Khan telah memenang 555


uat yang gak tau Squash kurang lebih begini Olahragnya
Spoiler for Shahid Khan Afridi:

Pemain Kriket asal Pakistan ini merupakan sosok populer di Pakistan. Shahid Khan Afridi sangat terkenal di dunia kriket dan mempunyai banyak rekor internasional. Pemain yang dikenal akan gaya pukulannya yang khas ini memiliki panggilan 'Boom Boom' diantara fans.

Buat yang gak tau kriket, ini ada gambarnya

Spoiler for Franck Ribery:

Lahir pada 7 April 1983, Franck Ribery merupakan pemain sepakbola yang kini bermain di klub Bayern Munich dan merupakan anggota timnas Prancis. Sejak bergabung di Bayern, ia dikenal sebagai pemain Prancis terbaik di generasinya.

Franck Ribery: "Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam dan di luar lapangan sepak bola. Saya mengalami kehidupan yang cukup keras dan saya harus menemukan sesuatu yang membawa saya pada keselamatan dan saya menemukan Islam."

Spoiler for Javaid Miandad:

Pemain kriket asal Pakistan ini telah bermain sejak tahun 1975 hingga 1996. Javaid Miandad disebut-sebut sebagai "pemukul terbaik yang pernah dimiliki".

Spoiler for Aamir Khan:

Buat fans tinju mungkin namanya gak asing lagi. Ia merupakan petinju berdarah Pakistan yang tinggal di Inggris. Aamir Khan pernah menjadi pemain termuda di Olimpiade Tinju Inggris yang memenangkan medali di usianya yang ke-17. Ia juga pernah menang di 4 kejuaraan dunia yaitu WBA (Regular), WBA (Super) dua kali dan IBF.

Yang Ts tampilin diatas itu benar-benar yang terbaik dan udah banyak memiliki prestasi dibidangnya, dan kalau agan2 mau tambahin, silahkan aja nanti ane pertimbangkan untuk dimasukin daftar
Satu kata dari TS untuk mereka
AMAZING!!!
Spoiler for SUMBER:
http://www.bola.net/editorial/barisan-atlet-muslim-terbesar-dalam-sejarah-olahraga.html
Spoiler for Tambahan:
Budayakan
ABIS BACA 


OOOOHHHH iya ada satu ucapan ali dalam bertinju yang paling populer. dia selalu bilang gini
"Float like a butterfly, sting like a bee."
HAHAHAHA yang gak tau berarti wawasan ente kurang, soalnya trademark ini 

UPDATE
Spoiler for Taufik Hidayat:

Taufik Hidayat merupakan pemain bulutangkis tunggal putra dari Indonesia. Dia berasal dari klub SGS Elektrik Bandung. Anak dari pasangan Aris Haris dan Enok Dartilah ini adalah peraih medali emas untuk Indonesia pada Olimpiade Athena 2004 dengan mengalahkan Seung Mo Shon dari Korea Selatan di babak final. Pada 21 Agustus 2005, dia menjadi juara dunia dengan mengalahkan permain peringkat 1 dunia, Lin Dan di babak final, sehingga menjadi pemain tunggal putra pertama yang memegang gelar Kejuaraan Dunia Bulutangkis dan Olimpiade pada saat yang sama. Selain itu, ia juga sedang memegang gelar juara tunggal putra Asian Games (2002, 2006). Ia tampil di Olimpiade Beijing 2008, namun langsung kalah di pertandingan pertamanya, melawan Wong Choong Hann di babak kedua. Taufik Hidayat juga telah enam kali menjuarai Indonesia Terbuka: 1999, 2000, 2002, 2003, 2004, dan 2006. - Pengalaman lainnya antara lain pada Piala Thomas (2000, 2002, 2004, 2006, dan 2008) serta Piala Sudirman (1999, 2001, 2003, dan 2005). Taufik kemudian mundur dari Pelatnas Cipanyung pada 30 Januari 2009. Setelah itu ia menjadi pemain profesional. Beberapa waktu lalu ia juga menjalin bisnis dengan Yonex dalam pengadaan alat olahraga.
Spoiler for Hakeem Olajuwon:

1990 hingga awal 2000-an, nama Hakeem Olajuwon begitu memukau publik Amerika Serikat (AS), khususnya bagi penggemar basket NBA. Pasalnya, sosok dengan tinggi badan 213 sentimeter itu berhasil menampilkan permainan indah dan menawan. Tak heran, bila namanya selalu disejajarkan dengan pebasket andal NBA lainnya, seperti Abdul Kareem Jabbar dan Michael Jordan.
Bahkan, klub Houston Rockets yang dibelanya sejak tahun 1984, berhasil dibawanya untuk meraih gelar juara di tahun 1994 dan 1995. Dan, Olajuwon sendiri dinobatkan sebagai pemain terbaik NBA di tahun 1994. Pada musim kompetisi berikutnya, ia pun selalu menjadi langganan untuk masuk di tim NBA All Stars.
Karena kebolehannya dalam menunjukkan aksi yang memukau, Olajuwon termasuk salah satu dari lima pemain tengah legendaris NBA, bersama dengan Bill Russell, Wilt Chamberlain, Kareem Abdul-Jabbar, dan Shaquille O'Neal. Selama bermain di ajang NBA (1984-2002), ia tercatat pernah memperkuat dua klub berbeda, yaitu Houston Rockets dan Toronto Raptors. Pada tahun 2003, Olajuwon menyatakan pensiun dari dunia yang telah membesarkan namanya itu.
Muslim
Kini, setelah pensiun, Olajuwon lebih banyak menghabiskan waktunya untuk kegiatan dakwah dan mendalami Islam. Alasannya untuk mendalami Islam itu setelah terjadi satu peristiwa di tahun 2000 yang membekas hingga saat ini.
Suatu malam tahun 2000, ia mendengarkan sebuah bacaan ayat Alquran dari kaset. Semakin lama ia makin tertarik dengan bacaan tersebut. Ia kemudian mencari tahu dan mencoba mempelajarinya. Dan, pada suatu hari, di sebuah kamar hotel di Miami, Olajuwon dengan khusyuk membaca ayat-ayat Alquran. "Sebenarnya saya malu, sebab suara saya terdengar sumbang dan tinggi," katanya seperti dikutip dari situs beliefnet.com.
"Tapi, tak mengapa. Ketika mulut Anda sudah melafalkannya, Anda akan merasakan betapa indahnya kandungan bahasa Alquran," kata Olajuwon lagi. Dengan Kitab suci tersebut, Olajuwon merasakan sedang berkomunikasi dengan Allah. Itulah yang membuatnya makin dekat dengan Tuhan Yang Maha Pencipta. Bahkan, sejak saat itu, ia pun menambahkan sebuah huruf di depan namanya. Yakni, dari Akeem, menjadi Hakeem. Sebuah nama yang diambil dari salah satu Asmaul Husna, yang berarti seorang penegak hukum.
Sejak menyatakan diri mendalami Islam, Olajuwon benar-benar menjalankannya dengan penuh perhatian. Karenanya, orang mengenal Olajuwon sebagai pribadi Muslim yang taat. Bahkan, ia selalu membawa kompas yang bisa menunjukkan arah kiblat di arena basket saat ia akan bertanding atau sedang latihan; ia tak pernah lupa memasang alarm pengingat waktu shalat setiap harinya; ia membaca Alquran di pesawat; dan ia mengunjungi masjid di setiap kota yang disinggahinya kala bertanding, terutama untuk shalat Jumat.
Hebatnya lagi, gaji yang didapatkan dari hasil keringat selama bermain basket, ia mendermakan pendapatannya itu sekitar 20 persen untuk kaum miskin. "Tuhan datang pada kita, dan surga tidaklah murah," ujarnya.
Pada bulan Ramadhan, Olajuwon tak pernah batal berpuasa, bahkan ketika ia bertanding untuk klubnya, kecuali ia sakit. Puasa sama sekali tidak mempengaruhi permainannya di lapangan. "Tenaga saya sangat kuat, bahkan meledak. Ketika waktu berbuka tiba, air minum terasa sangat nikmat," katanya.
Jika sebagian olahragawan Muslim menganggap berpuasa di bulan Ramadhan sebagai ganjalan, Olajuwon malah menganggapnya berkah. Sebab, dengan datangnya bulan suci Ramadhan, umat Muslim justru sangat diistimewakan. "Karena inilah bulan penuh rahmat, ampunan, dan saatnya berdekatan dengan Tuhan," ujarnya, "Anda bisa memperbanyak amalan di bulan ini, membaca Alquran lebih sering, dan banyak belajar."
Hakeem Olajuwon berasal dari keluarga kelas menengah. Orangtuanya merupakan pengusaha semen. Semasa tinggal di Lagos, Olajuwon tidak pernah mendapatkan pendidikan agama dari kedua orangtuanya. Keluarganya tinggal di lingkungan yang sebagian besar warganya adalah Muslim.
Selepas menamatkan pendidikan sekolah menengah atas (SMA), Olajuwon memutuskan hijrah ke Amerika Serikat (AS) guna melanjutkan pendidikan di Universitas Houston. Saat berkuliah di Universitas Houston, ia tergabung dalam tim bola basket kampus, dan berhasil membawa perguruan tinggi ini menjuarai pertandingan antarkampus di Amerika sebanyak dua kali.
Meski menyandang dua status minoritas di Amerika-sebagai warga berkulit hitam dan Muslim, namun Olajuwon mengaku hidup damai dalam Islam. "Allah berfirman dalam Alquran agar kita tak saling menghinakan sesama. Islam tidak memandang warna kulit dan status. Jika saya pergi ke masjid, meski seorang pebasket yang kaya dan terkenal, tetap saja saya merasa minder kalau bertemu imam. Ia lebih baik dariku. Ini soal pengetahuan," paparnya.
Ingin Menjadi Dai
Olajuwon mengaku gemar mendiskusikan masalah keimanan dengan rekan satu timnya, terutama penganut Kristen yang taat. Beberapa di antara mereka, menurut Olajuwon, menanggapi dengan baik saat dirinya berbicara mengenai Islam. Bahkan, obrolan di antara teman ini kerap masuk ke persoalan perbandingan keagamaan.
Suatu hari, misalnya, rekan setimnya yang beragama Kristen mengoloknya karena menolak menyantap daging babi. Olajuwon balik berkata, "Kalau kamu menaati perintah Injil, kamu seharusnya juga tidak boleh memakannya."
Bagi Olajuwon, Islam adalah sikap istikamah. Itulah yang membuatnya tidak pernah lupa untuk menjalankan shalat lima kali setiap hari. Ia juga kerap berzikir untuk mengawali setiap gerak hidupnya. "Kamu tak akan lupa walau sedetik pun. Ada komunikasi terus-menerus, dan kamu tak akan kehilangan kesadaran ini. Apapun yang saya lakukan, saya menganggapnya sebagai shalat," katanya.
Ia mengaku merasa beruntung hidup di Amerika. Karena di negara Adidaya tersebut, kata Olajuwon, setiap Muslim dengan segala kemudahan akses, bisa belajar Islam dari dasarnya, bukan semata mempraktikkan budaya Islam yang dibawa dari negara asal mereka.
"Di sini saya punya banyak kesempatan berinteraksi dengan Muslim dari berbagai belahan bumi. Mereka membawa ilmu baru dari budaya dan latar belakang berbeda, lalu memperkenalkannya sebagai bagian dari Islam. Tetapi, setelah saya mempelajari Alquran, ternyata tidak semua yang mereka perkenalkan itu Islami," tukasnya.
Kesadaran untuk selalu mengingat Tuhan ini menyertainya ke arena bola basket. Islam mengajarinya untuk mengedepankan kasih sayang. Itu berarti, "Anda harus bermain sportif, jangan curang. Sebab pertanggungjawabannya kepada Tuhan," kata Olajuwon.
Lelaki yang pernah menjadi wakil ketua Islamic Da'wah Center ini suatu ketika pernah ditanya kesediaannya menjadi seorang imam. Dan jawabannya, "Itu butuh tanggungjawab besar." Kalau diberi pilihan, ia mungkin memilih jadi dai. "Saya sedang menjalaninya sekarang," tambahnya.
ane paling kagum sama dia, soory kalo ini paling panjang, karena emang dia yang paling hebat kata ane
Bahkan, klub Houston Rockets yang dibelanya sejak tahun 1984, berhasil dibawanya untuk meraih gelar juara di tahun 1994 dan 1995. Dan, Olajuwon sendiri dinobatkan sebagai pemain terbaik NBA di tahun 1994. Pada musim kompetisi berikutnya, ia pun selalu menjadi langganan untuk masuk di tim NBA All Stars.
Karena kebolehannya dalam menunjukkan aksi yang memukau, Olajuwon termasuk salah satu dari lima pemain tengah legendaris NBA, bersama dengan Bill Russell, Wilt Chamberlain, Kareem Abdul-Jabbar, dan Shaquille O'Neal. Selama bermain di ajang NBA (1984-2002), ia tercatat pernah memperkuat dua klub berbeda, yaitu Houston Rockets dan Toronto Raptors. Pada tahun 2003, Olajuwon menyatakan pensiun dari dunia yang telah membesarkan namanya itu.
Muslim
Kini, setelah pensiun, Olajuwon lebih banyak menghabiskan waktunya untuk kegiatan dakwah dan mendalami Islam. Alasannya untuk mendalami Islam itu setelah terjadi satu peristiwa di tahun 2000 yang membekas hingga saat ini.
Suatu malam tahun 2000, ia mendengarkan sebuah bacaan ayat Alquran dari kaset. Semakin lama ia makin tertarik dengan bacaan tersebut. Ia kemudian mencari tahu dan mencoba mempelajarinya. Dan, pada suatu hari, di sebuah kamar hotel di Miami, Olajuwon dengan khusyuk membaca ayat-ayat Alquran. "Sebenarnya saya malu, sebab suara saya terdengar sumbang dan tinggi," katanya seperti dikutip dari situs beliefnet.com.
"Tapi, tak mengapa. Ketika mulut Anda sudah melafalkannya, Anda akan merasakan betapa indahnya kandungan bahasa Alquran," kata Olajuwon lagi. Dengan Kitab suci tersebut, Olajuwon merasakan sedang berkomunikasi dengan Allah. Itulah yang membuatnya makin dekat dengan Tuhan Yang Maha Pencipta. Bahkan, sejak saat itu, ia pun menambahkan sebuah huruf di depan namanya. Yakni, dari Akeem, menjadi Hakeem. Sebuah nama yang diambil dari salah satu Asmaul Husna, yang berarti seorang penegak hukum.
Sejak menyatakan diri mendalami Islam, Olajuwon benar-benar menjalankannya dengan penuh perhatian. Karenanya, orang mengenal Olajuwon sebagai pribadi Muslim yang taat. Bahkan, ia selalu membawa kompas yang bisa menunjukkan arah kiblat di arena basket saat ia akan bertanding atau sedang latihan; ia tak pernah lupa memasang alarm pengingat waktu shalat setiap harinya; ia membaca Alquran di pesawat; dan ia mengunjungi masjid di setiap kota yang disinggahinya kala bertanding, terutama untuk shalat Jumat.
Hebatnya lagi, gaji yang didapatkan dari hasil keringat selama bermain basket, ia mendermakan pendapatannya itu sekitar 20 persen untuk kaum miskin. "Tuhan datang pada kita, dan surga tidaklah murah," ujarnya.
Pada bulan Ramadhan, Olajuwon tak pernah batal berpuasa, bahkan ketika ia bertanding untuk klubnya, kecuali ia sakit. Puasa sama sekali tidak mempengaruhi permainannya di lapangan. "Tenaga saya sangat kuat, bahkan meledak. Ketika waktu berbuka tiba, air minum terasa sangat nikmat," katanya.
Jika sebagian olahragawan Muslim menganggap berpuasa di bulan Ramadhan sebagai ganjalan, Olajuwon malah menganggapnya berkah. Sebab, dengan datangnya bulan suci Ramadhan, umat Muslim justru sangat diistimewakan. "Karena inilah bulan penuh rahmat, ampunan, dan saatnya berdekatan dengan Tuhan," ujarnya, "Anda bisa memperbanyak amalan di bulan ini, membaca Alquran lebih sering, dan banyak belajar."
Hakeem Olajuwon berasal dari keluarga kelas menengah. Orangtuanya merupakan pengusaha semen. Semasa tinggal di Lagos, Olajuwon tidak pernah mendapatkan pendidikan agama dari kedua orangtuanya. Keluarganya tinggal di lingkungan yang sebagian besar warganya adalah Muslim.
Selepas menamatkan pendidikan sekolah menengah atas (SMA), Olajuwon memutuskan hijrah ke Amerika Serikat (AS) guna melanjutkan pendidikan di Universitas Houston. Saat berkuliah di Universitas Houston, ia tergabung dalam tim bola basket kampus, dan berhasil membawa perguruan tinggi ini menjuarai pertandingan antarkampus di Amerika sebanyak dua kali.
Meski menyandang dua status minoritas di Amerika-sebagai warga berkulit hitam dan Muslim, namun Olajuwon mengaku hidup damai dalam Islam. "Allah berfirman dalam Alquran agar kita tak saling menghinakan sesama. Islam tidak memandang warna kulit dan status. Jika saya pergi ke masjid, meski seorang pebasket yang kaya dan terkenal, tetap saja saya merasa minder kalau bertemu imam. Ia lebih baik dariku. Ini soal pengetahuan," paparnya.
Ingin Menjadi Dai
Olajuwon mengaku gemar mendiskusikan masalah keimanan dengan rekan satu timnya, terutama penganut Kristen yang taat. Beberapa di antara mereka, menurut Olajuwon, menanggapi dengan baik saat dirinya berbicara mengenai Islam. Bahkan, obrolan di antara teman ini kerap masuk ke persoalan perbandingan keagamaan.
Suatu hari, misalnya, rekan setimnya yang beragama Kristen mengoloknya karena menolak menyantap daging babi. Olajuwon balik berkata, "Kalau kamu menaati perintah Injil, kamu seharusnya juga tidak boleh memakannya."
Bagi Olajuwon, Islam adalah sikap istikamah. Itulah yang membuatnya tidak pernah lupa untuk menjalankan shalat lima kali setiap hari. Ia juga kerap berzikir untuk mengawali setiap gerak hidupnya. "Kamu tak akan lupa walau sedetik pun. Ada komunikasi terus-menerus, dan kamu tak akan kehilangan kesadaran ini. Apapun yang saya lakukan, saya menganggapnya sebagai shalat," katanya.
Ia mengaku merasa beruntung hidup di Amerika. Karena di negara Adidaya tersebut, kata Olajuwon, setiap Muslim dengan segala kemudahan akses, bisa belajar Islam dari dasarnya, bukan semata mempraktikkan budaya Islam yang dibawa dari negara asal mereka.
"Di sini saya punya banyak kesempatan berinteraksi dengan Muslim dari berbagai belahan bumi. Mereka membawa ilmu baru dari budaya dan latar belakang berbeda, lalu memperkenalkannya sebagai bagian dari Islam. Tetapi, setelah saya mempelajari Alquran, ternyata tidak semua yang mereka perkenalkan itu Islami," tukasnya.
Kesadaran untuk selalu mengingat Tuhan ini menyertainya ke arena bola basket. Islam mengajarinya untuk mengedepankan kasih sayang. Itu berarti, "Anda harus bermain sportif, jangan curang. Sebab pertanggungjawabannya kepada Tuhan," kata Olajuwon.

Lelaki yang pernah menjadi wakil ketua Islamic Da'wah Center ini suatu ketika pernah ditanya kesediaannya menjadi seorang imam. Dan jawabannya, "Itu butuh tanggungjawab besar." Kalau diberi pilihan, ia mungkin memilih jadi dai. "Saya sedang menjalaninya sekarang," tambahnya.


Diubah oleh Dimas6Maulana 14-07-2013 12:10
0
7.7K
Kutip
89
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan