Perkenalkan, nama saya Y. A. Rezeki. Anak nakal yang lahir dari rahim seorang ibu hebat yang berinisial S. Nakal? Iya, saya nakal. Nakal karena jarang menuruti kata beliau, seringkali membuat hati beliau sakit karena kata - kata saya, bahkan seringkali membuat beliau menangis karena perbuatan saya.

Membahagiakan beliau dalam hidup ini adalah sesuatu yang dapat dihitung dengan jari. Jarang kali saya membahagiakan ibu saya, hampir tidak pernah. Entah. Ketika saya mengingat hal ini, saya sangat menyesalinya. Akan tetapi, ketika sudah tidak memikirkan hal ini, yahlupa lagi. Lagi dan lagi. Memang saya bukan anak yang berbakti di mata ibu.

Pernah suatu ketika, saya benar - benar dalam kondisi tak terkontrol. Mungkin karena kelelahan dengan semua beban yang ada di pundak saya. Waktu itu saya membuat ibu menangis sejadi - jadinya. Sampai mendiamkan saya berhari - hari. Ketika saya ajak bicara, beliau diam. Saya hanya dianggapnya sebagai angin lalu. Namun, entah, saat itu saya merasa biasa saja, tetapi ketika sekarang saya mengingat hal itu sekarang, saya sedih. Saya menyesal telah membuat ibu saya seperti itu. Dosa saya sudah terlalu besar untuk beliau maafkan.

Pernah juga suatu ketika, saya ingat sekali dengan kejadian ini. Saya yang notabeneanak kost, jarang sekali bertemu dengan ibu saya. Waktu itu saya akan berangkat ujian. Hati saya sangat tidak tenang, karena sebelumnya ketika saya meninggalkan rumah, saya menyakiti hati ibu saya (lagi). Sebelum berangkat saya mengambil handphone dan menelepon ibu saya. Beginilah percakapan saya dengan ibu saya (yang sudah saya translate ke Bahasa Indonesia) :
S : saya
I : ibu saya

S : Assalamu'alaykum, Bu
I : Wa'alaykumsalam. Ada apa?
S : Saya minta maaf sudah membuat hati Ibu terluka kemarin (sambil meneteskan air mata, merasa bersalah)
I : Sebenarnya tidak segampang itu Ibu memaafkan kamu, Le. Kamu harus janji tidak akan mengulanginya lagi. Hati ibu sakit. Tidak boleh sekalipun berkata kasar pada ibu. Istighfar, Le. Surga itu di bawah telapak kaki Ibu (terdengar suaranya serak, sambil ikut menangis juga)
S : (entah mengapa air mata saya menetes bahkan membanjiri pipi saya) Iya, Bu. Saya minta maaf. Saya menyesal telah berbuat seperti itu pada Ibu. Insya Allah saya tidak akan mengulangi perbuatan saya lagi.

I : Iya, Le. Ibu maafkan. Tau tidak? Beberapa hari ini hati ibu gelisah memikirkan kamu. Bagaimana? Sehat to?

S : Alhamdulillah, sehat, Bu. (hati saya tersayat - sayat. Dalam kemarahannya, Ibu ternyata sangat perhatian) Maaf beribu - ribu maaf ya, Bu. Saya janji tidak akan mengulangi lagi (masih menangis) Ibu sehat?
I : Iya, Le. Alhamdulillah. Kamu ndakkuliah to, Le?
S : Kuliah, Bu. Ini mau ujian. Minta doa restunya agar ujian saya diperlancar jalannya sama Allah.
I : Iya. Doa ibu akan terus ada buat kamu, Le. Semoga kamu jadi orang yang sukses, dunia dan akhirat. Aamiin.

S : Aamiin, Bu. Saya berangkat dulu. Sudah mau telat.
I : Hati - hati di jalan, Le
S : Assalamu'alaykum. I love you, Bu
I : Wa'alaykumsalam. I love you, too

Sejak saat itu, saya sudah sangat berhati - hati mengeluarkan kata - kata untuk Ibu. Alhamdulillah, setelah percakapan yang menurut saya mengharukan itu, ujian saya SUKSES dengan nilai memuaskan. Hubungan saya dengan Ibu juga semakin baik. Terima kasih yaa Allah, Engkau telah membukakan jalan untuk berbakti kepadanya (ibu). Memang benar, surga-Mu ada di bawah telapak kaki beliau. Dan ridho-Mu adalah ridho beliau.

Itulah pengalaman saya. Untuk Agan Sista yang baik hati, jangan pernah meniru apa yang telah saya lakukan. Berdoalah untuk kedua orang kita, sebelum kita ditinggalkan oleh mereka.

Cerita yang saya posting disini berasal dari pengalaman saya sendiri: Y. A. Rezeki, tidak melanggar hak cipta pihak manapun dan diperbolehkan untuk dipublikasikan di Forum KASKUS