Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

abrahamyogieAvatar border
TS
abrahamyogie
Di Antariksa bagaimana seorang muslim menjalankan Ibadah Shalat dan Puasa
Sejumlah Muslim ternyata pernah pergi ke antariksa. Muslim pertama yang pergi adalah Sultan Salman Al Saud dari Arab Saudi, yang terbang dalam misi STS 51-G pada 17 Juni 1985. Yang terakhir adalah astronot
Malaysia, Sheikh Muszaphar Sukhor, yang terbang dalam misi Soyuz TMA-11 pada 10 Oktober 2007.

Jadi pertanyaan sekarang, bisakah
dan bagaimanakah Muslim harus
menunaikan ibadah di antariksa?
Memasuki Ramadhan seperti saat ini, jika ada Muslim di antariksa, maka bagaimana harus menjalankan shalat tarawaih atau shalat lain? Apakah Muslim di antariksa bisa berpuasa?

Sejak keberangkatan Sheikh
Muszaphar Sukhor, isu tentang
beribadah di antariksa mengemuka.
Pada tahun 2006, Badan Antariksa
Malaysia (ANGKASA) bekerja sama dengan Department of Islamic Development Malaysia (JAKIM) mengadakan Seminar on Islam and Living in Space.

Seminar tersebut menghasilkan
sebuah pedoman bagi Muslim untuk menjalankan ibadah di antariksa.
Dinyatakan bahwa walaupun berada di luar angkasa, Muslim tetap dapat menjalankan ibadah. Hanya, perlu beberapa penyesuaian terkait kondisi antariksa yang berbeda
dengan Bumi.

Shalat, termasuk tarawih, harus
dilakukan sendiri jika tak ada
Muslim lain dalam misi antariksa
yang sama. Kondisi antariksa dengan gravitasi rendah kadang
mempersulit Muslim untuk berdiri
tegak, rukuk, dan bersujud seperti
di Bumi. Karenanya, Muslim di
antariksa diperbolehkan shalat
dengan posisi duduk atau tidur
telentang.

Umat Muslim juga harus wudu
sebelum shalat. Karena kondisi
minim air, Muslim di antariksa bisa
melakukan tayamum untuk
menggantikan wudu. Tayamum bisa dilakukan dengan menggosokkan telapak tangan pada permukaan yang bersih atau cermin, lalu mengusapkannya pada bagian tubuh tertentu yang harus dibersihkan.

Arah shalat harus menghadap ke
kiblat. Di antariksa, Muslim juga bisa menghadap kiblat bila mengetahui betul arah kiblat. Bila tidak, muslim bisa shalat dengan menghadap ke Bumi. Bila tak paham atau sulit juga menentukan arah Bumi, Muslim bisa shalat menghadap ke mana saja.

Untuk shalat wajib, Muslim juga bisa menjalankan shalat lima waktu dan tetap berhak untuk melakukan jamak (menggabungkan) atau qasar
(menyingkat) bila punya halangan
tertentu. Sementara itu, waktu
shalat wajib mengikuti waktu shalat tempat peluncuran misi antariksa.

Bila akan berpuasa, maka Muslim
juga tetap bisa melakukannya. Bila merasa kurang nyaman, maka Muslim bisa mengganti ibadah puasanya setelah Ramadhan ketika kembali ke
Bumi. Waktu sahur, imsak, puasa, dan berbuka mengikuti waktu yang sama dengan tempat peluncuran.

Sheikh Muszaphar Sukhor sendiri
terbang ke antariksa pada saat
Ramadhan. Dikutip Reuters, 24
September 2007, Sukhor saat itu
berharap dapat tetap berpuasa di
antariksa. Namun, ia juga mengatakan bahwa Islam sangat
toleran. Oleh karenanya, penggantian puasa saat sudah
berada di Bumi juga diperbolehkan.

Sumber : http://sains.kompas.com/read/2013/07/09/1719247/Di.Antariksa.Bagaimana.Muslim.Harus.Shalat.dan.Puasa

Iseng² Share abis tarawih... emoticon-DP
0
1.9K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan