- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah


TS
LadiessMan217
[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah
Quote:
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707030328.gif)
Spoiler for No Repsol:
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707033656.jpg)
Quote:
Ulin
Status konservasiRentan (IUCN 2.3)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
(tidak termasuk) Magnoliids
Ordo: Laurales
Famili: Lauraceae
Genus: Eusideroxylon
Spesies: E. zwageri
Nama binomial
Eusideroxylon zwageri
Teysm. & Binnend.
Ulin atau disebut juga dengan bulian atau kayu besi adalah pohon berkayu dan merupakan tanaman khas Kalimantan.[1] Kayu ulin terutama dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, seperti konstruksi rumah, jembatan, tiang listrik, dan perkapalan.[2] Ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan. [1]
Morfologi[sunting]
Ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter sampai 120 cm [3]. Pohon ini tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m.[3] Ulin umumnya tumbuh pada ketinggian 5 – 400 m di atas permukaan laut dengan medan datar sampai miring, tumbuh terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran namun sangat jarang dijumpai di habitat rawa-rawa.[4]Kayu Ulin juga tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan pengaruh air laut sehingga sifat kayunya sangat berat dan keras.[4] agak terpisah dari pepohonan lain dan dikelilingi jalur jalan melingkar dari kayu ulin.[5] Di bagian bawah pohon ulin terdapat bagian yang berlobang.[5]
Pemuliaan[sunting]
Proses pemuliaan alami di hutan bekas tebangan umumnya kurang berjalan dengan baik.[6] Perkecambahan biji Ulin membutuhkan waktu cukup lama sekitar 6-12 bulan dengan persentase keberhasilan relatif rendah, produksi buah tiap pohon umumnya juga sedikit.[6] Penyebaran permudaan alam secara umum cenderung mengelompok. [6] Ulin tumbuh di dataran rendah primer dan hutan sekunder sampai dengan ketinggian 500m.[6] Biji ulin lebih suka ditiriskan baik tanah, tanah liat berpasir ke tanah liat, kadang-kadang batu kapur. [6]Hal ini umumnya ditemukan di sepanjang sungai dan bukit-bukit yang berdekatan. Hal ini membutuhkan rata-rata curah hujan tahunan 2500-4000 mm.[6]
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707031006.jpg)
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707031029.jpg)
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707031559.jpg)
Quote:
Kayu Besi Untuk Sumpit
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707031901.jpg)
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707031918.jpg)
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707031945.jpg)
Sumpit yang dalam bahasa Dayak Ngaju disebut 'sipet' merupakan senjata tradisional yang sudah dikenal sejak jaman dahoeloe kala. Sipet terbuat dari kayu ulin yang dibentuk dan dilobangi bagian dalamnya sehingga menyerupai pipa lurus, dengan ukuran diameter bagian luar sekitar 3 cm, diameter rongga dalam sekitar 0,75 cm dan panjang sekitar 200 cm. Setelah diraut dan digosok sampai rapi, biasanya kayu ulin tersebut menjadi berwarna hitam mengkilat sehingga permukaannya mirip seperti logam. Pada bagian ujung depan pipa tadi dipasang dua macam aksesori yang terbuat dari besi, yaitu di sisi sebelah bawah dipasang mata tombak yang tajam, dan pada sisi sebelah atas dipasang besi kecil menyerupai pisir pada ujung laras senjata api, yang berguna sebagai alat bantu untuk membidik sasaran. Kedua aksesori tersebut dilekatkan pada batang sipet menggunakan rotan yang dianyam sedemikian rupa sehingga terlihat rapi, kuat dan artistik. Bagian permukaan batang sipet terkadang dihiasi dengan ukiran relief atau ornamen dengan motif khas Dayak.
Kegunaan utama sipet adalah sebagai senjata atau alat berburu, walaupun bisa juga digunakan sebagai senjata pada saat berperang. Sebagai senjata, ia dilengkapi dengan peluru yang dimasukkan ke dalam lobang laras dan dilontarkan ke arah sasaran dengan cara ditiup menggunakan mulut. Jenis pelurunya ada 2 macam. Jenis pertama terbuat dari tanah liat dalam keadaan setengah basah dibentuk berupa bola-bola kecil sebesar ukuran lubang laras, biasanya digunakan untuk jarak dekat (sekitar 5 meter) untuk berburu binatang kecil misalnya tupai dan burung-burung yang terbang rendah. Jenis peluru yang kedua disebut damek atau lahes, terbuat dari bilah bambu yang diruncingkan seperti anak panah dan di bagian belakangnya dipasang potongan kayu gabus untuk mengatur arah, kurang lebih berfungsi sama dengan bulu angsa yang dipasang pada shuttlecock (bola badminton). Lahes tersebut dibuat dalam jumlah banyak, disimpan di dalam tabung bambu yang sudah diisi dengan cairan 'bisa atau racun' dari binatang liar, sehingga apabila melukai sedikit saja tubuh hewan sasaran akan langsung mematikan. Biasanya lahes digunakan untuk berburu hewan yang lebih besar, misalnya kancil, kijang atau hewan primata (misalnya monyet dll) yang tinggal di atas pohon-pohon tinggi.
Suatu hal yang unik pada sumpit ialah ketika pelurunya dilontarkan menuju sasaran, tidak akan terdengar bunyi apapun yang membuat sasarannya mengetahui dari mana sumber asal serangan. Hal ini berbeda dengan senapan atau senjata api. Konon hal ini jugalah yang membuat Belanda kewalahan dalam perang gerilya melawan suku Dayak di Kalimantan. Kita tahu bahwa sebagai bangsa Eropah, orang Belanda itu mempunyai rasa ingin tahu yang sangat tinggi terhadap setiap hal yang belum dimengerti olehnya. Suatu ketika pasukan serdadu Belanda melintasi hutan. Kebetulan tidak jauh dari situ ada beberapa orang suku Dayak sedang mengintai. Merekapun melontarkan peluru sumpit dari tanah liat yang sengaja diarahkan pada sebatang pohon di depan salah seorang serdadu Belanda. Para serdadu tadi langsung berkerumun meneliti benda apakah gerangan yang tiba-tiba melesat di depan hidungnya. Ketika mereka asyik berkerumun itulah mereka diserang dengan peluru beneran, yaitu lahes yang mengandung racun
.
Pada masa kini, anak-anak Dayak di daerah pedalaman Kalimantan masing sering bermain perang-perangan menggunakan 'sumpit-sumpitan' yang terbuat dari ruas bambu kecil dengan peluru tanah liat. Meskipun maksudnya cuma sekedar main-main tapi sesekali peluru tanah tersebut sering juga tanpa disengaja mengenai tubuh lawan. Sakiiit, tapi asyik.
"Makanya, tak heran penjajah Belanda bilang, menghadapi prajurit Dayak itu seperti melawan hantu," tutur Pembina Komunitas Tarantang Petak Belanga, Chendana Putra, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (2/6/2011).
Tanpa tahu keberadaan lawannya, tiba-tiba saja satu per satu serdadu Belanda terkapar, membuat sisa rekannya yang masih hidup lari terbirit-birit. Kalaupun sempat membalas dengan tembakan, dampak timah panas ternyata jauh tak seimbang dengan dahsyatnya anak sumpit beracun.
Tak sampai lima menit setelah tertancap anak sumpit pada bagian tubuh mana pun, para serdadu Belanda yang awalnya kejang-kajang akan tewas. Bahkan, bisa jadi dalam hitungan detik mereka sudah tak bernyawa. Sementara, jika prajurit Dayak tertembak dan bukan pada bagian yang penting, peluru tinggal dikeluarkan. Setelah dirawat beberapa minggu, mereka pun siap berperang kembali.
Penguasaan medan yang dimiliki prajurit Dayak sebagai warga setempat tentu amat mendukung pergerakan mereka di hutan rimba.
"Karena itu, pengaruh penjajahan Belanda di Kalimantan umumnya umumnya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar tapi tak menyentuh hingga pedalaman," Chendana.
Tak hanya di medan pertempuran, sumpit tak kalah ampuhnya ketika digunakan untuk berburu. Hewan-hewan besar akan ambruk dalam waktu singkat. Rusa, biawak, atau babi hutan tak akan bisa lari jauh. "Apalagi, tupai, ayam hutan, atau monyet, lebih cepat lagi," katanya.
Bagian tubuh yang terkena anak sumpit hanya perlu dibuang sedikit karena rasanya pahit. Uniknya, hewan tersebut aman jika dimakan. "Mereka yang mengonsumsi daging buruan tak akan sakit atau keracunan," kata Chendana.
Baik hewan maupun manusia, setelah tertancap anak sumpit hanya bisa berlari sambil terkencing-kencing.
"Bukan sekadar istilah, dampak itu memang nyata secara harfiah. Orang atau binatang yang kena anak sumpit, biasanya kejang-kejang sambil mengeluarkan kotoran atau air seni sebelum tewas," tambah Chendana.
Quote:
Terancam Punah
Nama ulin meroket seiring dengan fungsinya yang meluas. Belakangan, begitu sulit menemukan pohon yang satu ini, meskipun di habitat asalnya, Kalimantan. Eksploitasi besar-besaran ulin di masa lalu membuat pohon ini musnah di beberapa negara, dan menjadikannya flora yang dilindungi di tanah air. Perdagangan dan pemanfaatannya mendapat pengawasan ketat dari pemerintah.
Di awal tahun 1900-an, ulin banyak ditemukan di kawasan Asia tenggara, seperti Pulau Sumatra, Bangka, Belitung, Kalimantan, Kepulauan Sulu, Sabah, Sarawak, dan Pulau Palawan di Pilipina. Kini, hanya satu-dua pohon yang menghuni bagian tengah dan selatan Sumatera, seperti di Musi Banyuasin, Jambi, dan Indragiri. Meski tergolong luas, hutan ulin di Kalimantan makin menyempit. Paling hanya taman nasional seperti TN Kutai dan TN Tanjung Putting, serta Kebun Raya Lempakai saja yang melindunginya.
Biasanya, pohon dengan ketinggian antara 30-35 meter dan diameter antara 60-80 cm ini banyak ditemui di hutan dataran rendah hingga pada ketinggian 400 meter dari permukaan laut. Ia tumbuh secara sporadis di antara tegakan hutan alam yang didominasi famili Dipterocarpaceae. Kadang tumbuh berkelompok, sering nampak sendiri di antara jenis pohon lainnya.
Ciri utama ulin adalah batangnya yang lurus dengan banir yang tumbuh tidak secara melingkar. Kulit pohonnya licin, berwarna kuning atau kelabu muda. Ulin yang sudah dipotong akan menghitam jika lama terendam air. Tekstur kayunya kasar, sangat keras sehingga sulit digergaji, dan baunya aromatis.
Pohon yang tak banyak cabangnya ini memperbanyak diri dengan buah dan biji. Ulin bisa tumbuh dengan baik di tanah yang mudah meresapkan air, biasanya pada tanah berpasir. Meskipun menyukai udara lembab, ulin bisa tumbuh di daerah kering. Hingga umur 3 tahun, ulin tak butuh banyak cahaya. Setelah itu, sedikit demi sedikit membutuhkan cahaya sampai penuh.
Umurnya Seribu Tahun
TN Kutai bisa disebut surga bagi tanaman ulin. Dengan luas 198.629 ha, separonya berupa hutan ulin-meranti-kapur. Tak salah jika dikatakan TN Kutai memiliki hutan ulin terluas di Indonesia. Di sini, ulin tersebar hampir di seluruh kawasan. Biasanya berasosiasi dengan jenis famili Dipterocarpaceae seperti meranti (Shorea spp), keruing (Dipterocarpus cornutus), dan kapur (Dryobalanops aromatika).
TN Kutai juga memiliki fosil hidup, sebatang ulin raksasa yang berumur lebih 1000 tahun. Ulin ini tumbuh di kawasan wisata alam Sangkima, 30 km dari Jalan Bontang-Sangatta, dan memiliki diameter 2,47 meter. Dua kali lingkaran tangan manusia normal. Sayang, ujung batangnya terbelah akibat tersambar petir. Namun, bagian bawahnya tumbuh dengan subur.
Kini, sulit menemukan ulin berdiameter lebih 80 cm. Biasanya setelah mencapai diameter 60 cm, ulin ditebang. Nilai ekonomis kayu ini sangat tinggi akibat tingginya permintaan. Di pasaran internasional 1 meter kubik ulin harganya mencapai USD 1000.
Jembatan dari kayu ulin di Kampung Air, Bontang Kuala
Karena tingginya nilai jual ini, hutan ulin di TN Kutai sering dijarah. Berdasarkan data TN Kutai tahun 2001, pada tahun 1999 ada 7.280 meter kubik ulin yang dicuri. Tahun 2000 meningkat menjadi 13.805, dan tahun 2001 menjadi 19.825. Ini belum termasuk penjarahan kayu lain seperti meranti dan bengkirai. Terbatasnya jumlah petugas penjaga hutan, menurut Sugeng Jinarto –jagawana Balai TN Kutai wilayah Sangatta—membuat petugas sulit mengawasi pencurian kayu dan illegal lodging di dalam kawasan TN Kutai.
Berdasarkan penelitian Tagawa Hideo dan Nengah Wirawan dari WWF, potensi ulin di TN Kutai cukup besar. Paska kebakaran hutan tahun 1983 di TN Kutai misalnya, volume kayu ulin minimal 155 meter kubik per ha. Sedang volume maksimal mencapai 815 meter kubik. Itu berarti setiap ha ada sekitar 542 batang kayu ulin. Keberadaan ulin, menurut Wirawan, bisa dipertahankan, asal tak ada upaya perusakan oleh masyarakat. Dan, tegakan kayu ulin di TN Kutai bisa menjadi sumber biji dan bibit untuk perluasan tanaman. Ini berarti, jika hutan ulin di TN Kutai masih utuh, maka besar kemungkinannya untuk menumbuhkan kembali ulin-ulin di daerah lain. Namun jika sebaliknya, musnahlah ulin di Indonesia.
Aneka Guna Ulin
Legenda ulin tak lepas dari pemanfaatannya, baik oleh petinggi kerajaan di masa lalu maupun masyarakat lapis bawah. Kerajaan Kutai Kartanegara di Tenggarong misalnya, sudah lama memanfaatkan ulin untuk membangun istana raja. Sultan AM Sulaiman (1850-1899) menggunakan ulin sebagai bahan utama istananya yang anggun walau sederhana. Lalu Sultan AM Alimuddin (1899-1910) membangun istana ulin dua lantai, tak jauh dari istana lama. Baru setelah Sultan AM Parikesit mendirikan istana baru yang lebih kokoh dari beton pada 1936, ulin hanya tinggal penghias jendela dan pintu keraton.
Ulin juga menjadi andalan masyarakat Kampung Air di Bontang Kuala untuk membuat perkampungan di atas laut. Tonggak-tonggak dari kayu ulin setinggi lebih dua meter, mencuat dari balik air laut. Tonggak ini penuh diselubungi kerang-kerangan berwarna putih, yang muncul seiring pasang datang. Meskipun demikian, tombak-tombak ulin ini begitu kuat menyokong ratusan rumah kayu dan jembatan penghubung di setiap rumah. Seolah kehidupan masyarakat di sini tak bisa dipisahkan dari kayu besi ini. Apalagi rumah ulin bisa bertahan lebih 300 tahun.
Sisa-sisa ulin juga mereka manfaatkan sebagai atap rumah maupun galangan kapal. Sisa-sisa ulin ini dibentuk menjadi kotak-kotak kecil yang disebut sirap. Sementara serbuk ulin yang dihasilkan dari sisa pembuatan kapal, digunakan sebagai bahan pengulas kayu. Caranya, serbuk ulin bersama serbuk kayu lainnya dibakar, lalu asapnya digunakan untuk membengkokkan kayu –umumnya bangkirai, halaban, atau bungur– agar mudah dibentuk.
Perdagangan dan Eksploitasi
Sabah dulunya merupakan pengekspor ulin utama dunia. Di tahun 1987 misalnya, negara bagian Malaysia ini mengekspor 3.836.070 meter kubik ulin. Lima tahun kemudian ekspornya tinggal 7.350 meter kubik karena habisnya hutan ulin di sana. Eksploitasi ulin di bagian selatan Kalimantan dilakukan oleh para pemegang HPH dan penduduk setempat yang dikoordinir oleh penjual ulin. Para transmigran di Kaltim bahkan menebang dan menjual ulin sebagai penghasilan tambahan selain bertani.
Ulin memang banyak manfaatnya. Selain untuk konstruksi bangunan, perkapalan, dan pengairan, ulin bisa dibuat perabot rumah tangga. Derasnya permintaan dari Jepang, Amerika, dan negara-negara Eropa, membuat negara penghasil ulin semakin mengeksploitasi hutan ulinnya. Kini, setelah ulin menjadi barang langka, baru dilakukan pengawasan ketat terhadap perdagangan kayu ‘emas’ ini. Indonesia misalnya, melarang ekspor ulin ke luar negeri. Selain itu, pohon ulin baru boleh ditebang jika sudah memiliki diameter minimal 60 cm. Sedang Sarawak hanya membolehkan ekspor ulin dalam bentuk kayu gelondongan dan kayu lapis dengan ijin khusus.
Budidaya ulin paska penebangan nampaknya sulit dilakukan. Minimnya regenerasi ulin di hutan bekas tebang disebabkan sulitnya mendapatkan bibit ulin serta kondisi tanah di hutan yang rusak. Namun ulin bisa tumbuh subur di hutan-hutan alam secara alami, misalnya di hutan TN Kutai. Kerusakan TNK bisa menjadi indikasi kerusakan hutan ulin di Indonesia.
Nama ulin meroket seiring dengan fungsinya yang meluas. Belakangan, begitu sulit menemukan pohon yang satu ini, meskipun di habitat asalnya, Kalimantan. Eksploitasi besar-besaran ulin di masa lalu membuat pohon ini musnah di beberapa negara, dan menjadikannya flora yang dilindungi di tanah air. Perdagangan dan pemanfaatannya mendapat pengawasan ketat dari pemerintah.
Di awal tahun 1900-an, ulin banyak ditemukan di kawasan Asia tenggara, seperti Pulau Sumatra, Bangka, Belitung, Kalimantan, Kepulauan Sulu, Sabah, Sarawak, dan Pulau Palawan di Pilipina. Kini, hanya satu-dua pohon yang menghuni bagian tengah dan selatan Sumatera, seperti di Musi Banyuasin, Jambi, dan Indragiri. Meski tergolong luas, hutan ulin di Kalimantan makin menyempit. Paling hanya taman nasional seperti TN Kutai dan TN Tanjung Putting, serta Kebun Raya Lempakai saja yang melindunginya.
Biasanya, pohon dengan ketinggian antara 30-35 meter dan diameter antara 60-80 cm ini banyak ditemui di hutan dataran rendah hingga pada ketinggian 400 meter dari permukaan laut. Ia tumbuh secara sporadis di antara tegakan hutan alam yang didominasi famili Dipterocarpaceae. Kadang tumbuh berkelompok, sering nampak sendiri di antara jenis pohon lainnya.
Ciri utama ulin adalah batangnya yang lurus dengan banir yang tumbuh tidak secara melingkar. Kulit pohonnya licin, berwarna kuning atau kelabu muda. Ulin yang sudah dipotong akan menghitam jika lama terendam air. Tekstur kayunya kasar, sangat keras sehingga sulit digergaji, dan baunya aromatis.
Pohon yang tak banyak cabangnya ini memperbanyak diri dengan buah dan biji. Ulin bisa tumbuh dengan baik di tanah yang mudah meresapkan air, biasanya pada tanah berpasir. Meskipun menyukai udara lembab, ulin bisa tumbuh di daerah kering. Hingga umur 3 tahun, ulin tak butuh banyak cahaya. Setelah itu, sedikit demi sedikit membutuhkan cahaya sampai penuh.
Umurnya Seribu Tahun
TN Kutai bisa disebut surga bagi tanaman ulin. Dengan luas 198.629 ha, separonya berupa hutan ulin-meranti-kapur. Tak salah jika dikatakan TN Kutai memiliki hutan ulin terluas di Indonesia. Di sini, ulin tersebar hampir di seluruh kawasan. Biasanya berasosiasi dengan jenis famili Dipterocarpaceae seperti meranti (Shorea spp), keruing (Dipterocarpus cornutus), dan kapur (Dryobalanops aromatika).
TN Kutai juga memiliki fosil hidup, sebatang ulin raksasa yang berumur lebih 1000 tahun. Ulin ini tumbuh di kawasan wisata alam Sangkima, 30 km dari Jalan Bontang-Sangatta, dan memiliki diameter 2,47 meter. Dua kali lingkaran tangan manusia normal. Sayang, ujung batangnya terbelah akibat tersambar petir. Namun, bagian bawahnya tumbuh dengan subur.
Kini, sulit menemukan ulin berdiameter lebih 80 cm. Biasanya setelah mencapai diameter 60 cm, ulin ditebang. Nilai ekonomis kayu ini sangat tinggi akibat tingginya permintaan. Di pasaran internasional 1 meter kubik ulin harganya mencapai USD 1000.
Jembatan dari kayu ulin di Kampung Air, Bontang Kuala
Karena tingginya nilai jual ini, hutan ulin di TN Kutai sering dijarah. Berdasarkan data TN Kutai tahun 2001, pada tahun 1999 ada 7.280 meter kubik ulin yang dicuri. Tahun 2000 meningkat menjadi 13.805, dan tahun 2001 menjadi 19.825. Ini belum termasuk penjarahan kayu lain seperti meranti dan bengkirai. Terbatasnya jumlah petugas penjaga hutan, menurut Sugeng Jinarto –jagawana Balai TN Kutai wilayah Sangatta—membuat petugas sulit mengawasi pencurian kayu dan illegal lodging di dalam kawasan TN Kutai.
Berdasarkan penelitian Tagawa Hideo dan Nengah Wirawan dari WWF, potensi ulin di TN Kutai cukup besar. Paska kebakaran hutan tahun 1983 di TN Kutai misalnya, volume kayu ulin minimal 155 meter kubik per ha. Sedang volume maksimal mencapai 815 meter kubik. Itu berarti setiap ha ada sekitar 542 batang kayu ulin. Keberadaan ulin, menurut Wirawan, bisa dipertahankan, asal tak ada upaya perusakan oleh masyarakat. Dan, tegakan kayu ulin di TN Kutai bisa menjadi sumber biji dan bibit untuk perluasan tanaman. Ini berarti, jika hutan ulin di TN Kutai masih utuh, maka besar kemungkinannya untuk menumbuhkan kembali ulin-ulin di daerah lain. Namun jika sebaliknya, musnahlah ulin di Indonesia.
Aneka Guna Ulin
Legenda ulin tak lepas dari pemanfaatannya, baik oleh petinggi kerajaan di masa lalu maupun masyarakat lapis bawah. Kerajaan Kutai Kartanegara di Tenggarong misalnya, sudah lama memanfaatkan ulin untuk membangun istana raja. Sultan AM Sulaiman (1850-1899) menggunakan ulin sebagai bahan utama istananya yang anggun walau sederhana. Lalu Sultan AM Alimuddin (1899-1910) membangun istana ulin dua lantai, tak jauh dari istana lama. Baru setelah Sultan AM Parikesit mendirikan istana baru yang lebih kokoh dari beton pada 1936, ulin hanya tinggal penghias jendela dan pintu keraton.
Ulin juga menjadi andalan masyarakat Kampung Air di Bontang Kuala untuk membuat perkampungan di atas laut. Tonggak-tonggak dari kayu ulin setinggi lebih dua meter, mencuat dari balik air laut. Tonggak ini penuh diselubungi kerang-kerangan berwarna putih, yang muncul seiring pasang datang. Meskipun demikian, tombak-tombak ulin ini begitu kuat menyokong ratusan rumah kayu dan jembatan penghubung di setiap rumah. Seolah kehidupan masyarakat di sini tak bisa dipisahkan dari kayu besi ini. Apalagi rumah ulin bisa bertahan lebih 300 tahun.
Sisa-sisa ulin juga mereka manfaatkan sebagai atap rumah maupun galangan kapal. Sisa-sisa ulin ini dibentuk menjadi kotak-kotak kecil yang disebut sirap. Sementara serbuk ulin yang dihasilkan dari sisa pembuatan kapal, digunakan sebagai bahan pengulas kayu. Caranya, serbuk ulin bersama serbuk kayu lainnya dibakar, lalu asapnya digunakan untuk membengkokkan kayu –umumnya bangkirai, halaban, atau bungur– agar mudah dibentuk.
Perdagangan dan Eksploitasi
Sabah dulunya merupakan pengekspor ulin utama dunia. Di tahun 1987 misalnya, negara bagian Malaysia ini mengekspor 3.836.070 meter kubik ulin. Lima tahun kemudian ekspornya tinggal 7.350 meter kubik karena habisnya hutan ulin di sana. Eksploitasi ulin di bagian selatan Kalimantan dilakukan oleh para pemegang HPH dan penduduk setempat yang dikoordinir oleh penjual ulin. Para transmigran di Kaltim bahkan menebang dan menjual ulin sebagai penghasilan tambahan selain bertani.
Ulin memang banyak manfaatnya. Selain untuk konstruksi bangunan, perkapalan, dan pengairan, ulin bisa dibuat perabot rumah tangga. Derasnya permintaan dari Jepang, Amerika, dan negara-negara Eropa, membuat negara penghasil ulin semakin mengeksploitasi hutan ulinnya. Kini, setelah ulin menjadi barang langka, baru dilakukan pengawasan ketat terhadap perdagangan kayu ‘emas’ ini. Indonesia misalnya, melarang ekspor ulin ke luar negeri. Selain itu, pohon ulin baru boleh ditebang jika sudah memiliki diameter minimal 60 cm. Sedang Sarawak hanya membolehkan ekspor ulin dalam bentuk kayu gelondongan dan kayu lapis dengan ijin khusus.
Budidaya ulin paska penebangan nampaknya sulit dilakukan. Minimnya regenerasi ulin di hutan bekas tebang disebabkan sulitnya mendapatkan bibit ulin serta kondisi tanah di hutan yang rusak. Namun ulin bisa tumbuh subur di hutan-hutan alam secara alami, misalnya di hutan TN Kutai. Kerusakan TNK bisa menjadi indikasi kerusakan hutan ulin di Indonesia.
Quote:
Diduga Terlibat Pembalakan Liar di Kutai, Oknum TNI Ditangkap
Bontang - Polisi Hutan Taman Nasional Kutai (TNK) Kalimantan Timur, menangkap tangan oknum TNI AD aktif yang bertugas di Koramil, Kabupaten Kutai Timur, sedang membawa kayu ulin diduga hasil pembalakan liar. Kasus ini sudah dilaporkan ke Kementerian Kehutanan dan Denpom Sangata.
"Yang terbaru sedang diproses adalah oknum TNI sejak sepekan ini. Kami menangkap tangan oknum TNI kemudian kita serahkan ke Denpom Sangatta," kata Kepala Balai TNK Erli Sukrismanto, kepada wartawan di kantornya, Jl Awang Long, kota Bontang, Kaltim,
Menurut Erli, oknum TNI tersebut tertangkap bersama istrinya sedang mengendarai roda empat bermuatan kayu ulin di dalam kawasan TNK, yang menjadi kayu khas hutan Kalimantan.
"Dalam posisi dia mengangkut. Barang bukti 1 unit roda empat jenis kijang membawa kayu jenis ulin. Juga sudah ada kontak dari Kodim Sangata karena ingin menangani tapi saya langsung serahkan ke Denpom," ujar Erli.
"Dalam laporan awal, dia (oknum TNI) bersama istrinya (tertangkap tangan) dan memang sudah menjadi target operasi. Ada beberapa pelaku lainnya baik hasil operasi maupun informasi masyarakat, kita sudah punya list-nya dan sedang menjadi target operasi kita," tambahnya.
Pengungkapan kasus tersebut, sambung Erli, sudah dilaporkan ke Kementerian Kehutanan melalui Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) dan terus ditindaklanjuti sesuai hukum yang berlaku.
"Kasus ini sudah saya laporkan ke Dirjen PHKA Kemenhut. Beliau mengatakan akan mengontak Pangdam dan Panglima TNI. Kita sudah sampai ke sana (melaporkan ke Dirjen) dan kita proses lebih lanjut karena memang harus diproses," sebutnya.
"Setiap oknum aparat yang kita laporkan ke pimpinannya selalu dibilang mereka tidak bisa menangkap tanpa bukti. Akhirnya kan harus ditangkap tangan, dia lagi membawa akhirnya disetop oleh kita, berisi kayu ulin satu mobil modifikasi. Sempat ada perlawanan," terangnya.
Usai diperiksa oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kemenhut, oknum TNI tersebut kini dalam penanganan Detasemen Polisi Militer (Denpom) Sangata.
"Oknum TNI itu aktif bertugas di Koramil di Kutai Timur. Undang-undang pokok kehutanan dan undang-undang koservasi hutan. Ancaman hukumannya di atas 5 tahun," tegasnya.
"Yang jelas, kegiatan ilegal loging masih ditemukan. Kita masih sering temukan tumpukan kayu ulin di beberapa titik kawasan TNK, informasi masyarakat juga sering menemukan kendaraan lalu lalang angkut kayu di dalam kawasan," terangnya.
JIKA OKNUM KAYA TNI DAN POLISI YANG IKUT DALAM PENEBANGAN HUTAN TRUS YANG MEMELIHARA SIAPA?


Quote:
DiDesa Ane Masih Ada 1 Pohon yang berumur 1000tahun lebih... besok ane foto dah klo pas dirumah
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707033938.jpg)
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707034020.jpg)
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707034118.jpg)
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707034219.jpg)
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707034301.jpg)
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707034327.jpg)
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707034344.jpg)
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707034409.jpg)
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707034535.jpg)
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707034606.jpg)
![[Kayu Besi] Kayu Ulin Hampir Punah](https://s.kaskus.id/images/2013/07/07/2559617_20130707034717.jpg)

Quote:


Diubah oleh LadiessMan217 07-07-2013 15:55
0
17.4K
Kutip
94
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan