- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Lounge Pictures
Taman Nasional Kelimutu : Menemukan Kekayaan Flora dan Fauna di Tanah Flores


TS
rui_xinokuden
Taman Nasional Kelimutu : Menemukan Kekayaan Flora dan Fauna di Tanah Flores

Tinjauan
Siapa bilang yang menarik dari Taman Nasional Kelimutu hanyalah Danau Kelimutu? Meski tak dipungkiri bahwa keberadaan danau unik dan hanya ada di Indonesia ini adalah salah satu daya tarik utama namun Taman Nasional Kelimutu juga menyimpan beragam potensi wisata menarik lainnya.
Taman Nasional Kelimutu mencakup luas wilayah sekira 5356,50 ha yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.679/Kpts-II/1997, Tanggal 10 Oktober 1997. Taman nasional ini merupakan yang terkecil dari enam taman nasional di kawasan Bali dan Nusa Tenggara. Secara adminitratif lokasinya berada di 3 kecamatan, yaitu: Kecamatan Detsuko, Kecamatan Wolowaru, dan Kecamatan Ndona Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Meski luasnya terbilang kecil tetapi taman nasional dengan bentang alamnya yang unik dan indah ini menyimpan kekayaan flora dan fauna yang beragam, beberapa bahkan terbilang langka dan juga endemik. Kekayaan dan keindahan bentang alam tropis di tanah Flores ini semakin menarik untuk disambangi sebab di kawasan inilah terdapat Danau Kelimutu (Danau Tiga Warna) yang melegenda itu. Topografi taman nasional ini juga bervariasi mulai dari bergelombang ringan sampai berat—berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan tingkat kemiringan lereng yang sangat terjal dan curam. Secara umum, ketinggian kawasan Taman Nasional Kelimutu berkisar antara 1.500 - 1.731 m dpl; titik tertinggi terdapat di puncak Gunung Kelibara, sekira 1.731 m dpl.
Terdapat beragam jenis flora di kawasan Taman Nasional Kelimutu, yaitu sekira 100 spesies dalam 36 family dan 2 (dua) diantaranya merupakan jenis endemik Kelimutu yaitu uta onga (Begonia kelimutuensis) dan turuwara (Rhondodenron renschianum). Beberapa flora lain yang ada di Taman Nasional Kelimutu adalah ajang kode (Toona spp.), cemara (Casuarina equisetifolia), kawah (Anthocephalus cadamba), kesambi (Schleichera oleosa), kesi (Canarium spp.), kodal (Diospyros ferra), sita (Alstonis scholaris), bunga abadi edelweiss, dan masih banyak lagi yang lainnnya.
Sementara itu, beberapa jenis satwa endemik Flores seperti burung gerugiwa (Monarcha sp) juga menghuni kawasan taman nasional. Burung pengicau endemik yang memiliki 11 suara kicauan yang berbeda ini disebut-sebut sebagai burung arwah, mengingat burung ini jarang terlihat. Hewan endemik lainnya, diantaranya adalah jenis mamalia yaitu tikus lawo (Rattushainaldi), tikus gunung (Bunomys naso), deke (Papagomys armandvillei), dan wawi ndua (Susheureni). Jenis satwa lain, diantaranya ayam hutan (Gallus gallus), banteng (Bos javanicus javanicus), kijang (Muntiacus muntjak nainggolani), rusa (Cervus timorensis), babi hutan (Sus sp.), elang (Elanus sp.), srigunting (Dicrurus sulphurea), luwak (Pardofelis marmorata), trenggiling (Manis javanica), landak (Hystrix brachyura brachyura), kancil (Tragulus javanicus javanicus), dan lainnya.
Taman Nasional Kelimutu juga merupakan habitat bagi sekira 19 jenis burung yang terancam punah. Burung-burung tersebut diantaranya punai flores (Treron floris), burung hantu wallacea (Otus silvicola), cabai emas (Dicaeum annae), sikatan rimba-ayun (Rhinomyias oscillans), burung madu matari (Nectarinia solaris), kancilan flores (Pachycephala nudigula), sepah kerdil (Pericrocotus lansbergei), tesia Timor (Tesia everetti), opior jambul (Lophozosterops dohertyi), opior paruh tebal (Heleia crassirostris), kehicap flores (Monarcha sacerdotum), dan elang flores (Spizaetus floris).
Transportasi
Taman Nasional Kelimutu dapat dicapai dengan memilih beberapa pilihan jalur perjalanan baik udara maupun laut. Apabila terbang dari Jakarta, Surabaya, Bali atau kota besar lainnya maka tujuan penerbangan Anda baiknya adalah ke Kupang terlebih dulu. Dari Kupang berikutnya penerbangan dilanjutkan menuju Ende sekira 40 menit. Untuk jalur laut menuju Ende, terdapat sejumlah kapal-kapal penumpang dari Bali, Surabaya, dan Semarang yang terhubung langsung ke Kota Ende.
Dari Ende, perjalanan perjalanan dilanjutkan menuju ke Desa Moni sebagai salah satu gerbang memasuki Taman Nasional Kelimutu dan Danau Kelimutu. Bus dari Ende ke Maumere akan melewati Moni. Sepanjang perjalanan, kontur jalan berliku dan menanjak sedikit berat namun pemandangan yang disuguhkan sepanjang jalan akan menjadi bonus yang hebat.
Jarak antara Desa Moni dan Kelimutu sekitar 15 kilometer. Anda dapat naik ojek atau angkutan umum untuk tiba di area parkir Danau Kelimutu. Selanjutnya, perjalanan menuju danau dilanjutkan berjalan kaki sekira 30 menit untuk menuju puncak Danau Kelimutu. Tersedia pula jalur khusus jungle trekking bagi Anda yang ingin menyusuri hutan Taman Nasional Kelimutu.
Akomodasi
Untuk kebutuhan penginapan, terdapat sejumlah homestay di rumah penduduk dengan tarif murah di Desa Moni yang terletak di kaki Gunung Kelimutu. Kebutuhan ATM terdekat ada di Kota Ende.
Di Desa Moni, jasa pemandu, ojek, dan penyewaan motor dapat Anda dapatkan di sana. Beberapa masyarakat lokal memang mencari tambahan uang dengan menjadi guide dan ojeg yang siap mengantar hingga ke puncak Gunung Kelimutu atau lokasi sekitarnya.
Kegiatan
Selain trekking atau hiking menuju puncak Gunung Kelimutu demi melihat dari dekat Danau Kelimutu, ada banyak kegiatan lain yang dapat dilakukan selama mengunjungi atau menjelajahi Taman Nasional Kelimutu. Kegiatan tersebut diantaranya adalah menikmati panorama alam, kemping, menyaksikan dari dekat fauna atau flora yang beragam, penelitian alam, mengamati gejala alam, dan juga wisata budaya dan sejarah.
Panorama alam di kawasan taman nasional yang topografinya bervariasi mulai dari bergelombang ringan sampai berat ini memang menarik untuk dijelajahi dan diabadikan. Kekayaan hutan tropis dengan segala potensi yang dimilikinya adalah harta bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Untuk memudahkan wisatawan menjelajahi kawasan Taman Nasional Kelimutu maka telah diupayakan sejumlah fasilitas penunjang seperti pintu gerbang, pondok jaga, shelter, MCK, jalan setapak, dan lain sebagainya.
Sesaat akan memasuki kawasan hutan yang dilindungi ini, sebuah gerbang batu akan menyambut Anda. Dalam bahasa daerah setempat, gerbang ini disebut Perekonde dan merupakan istana bagi Konde Ratu. Konde Ratu dipercaya masyarakat suku Lio sebagai penguasa Kelimutu. Dialah yang akan menentukan danau mana yang pantas bagi tiap arwah yang sudah meninggal dunia. Masyarakat Lio percaya bahwa Danau Tiga Warna (Tiwu Telu)—Tiwu Ata Polo, Tiwu Ata Mbupu, dan Tiwu Nuwa Muri Ko’o Fai —masing-masing adalah tempat peristirahatan terakhir bagi arwah sesuai dengan amal perbuatannya semasa hidup. Kepercayaan ini masih dipegang teguh oleh masyarakat Lio yang meyakini bahwa Gunung dan Danau Kelimutu adalah tempat yang sakral dan patut dijaga.
Bagi masyarakat setempat perubahan warna Danau Kelimutu juga sering dikaitkan dengan keadaan sosial masyarakat dan fenomena politik.
Keberadaan danau yang memiliki warna yang berbeda satu dan lainnya dan kerap berubah-rubah warnanya tanpa dapat diprediksi adalah fenomena dan kekayaan alam Indonesia yang tiada duanya. Danau ini berada di puncak Gunung Kelimutu 1.690 m dpl. Karena keunikan dan kecantikannya, tidak mengherankan danau ini menjadi salah satu tujuan utama wisatawan datang berkunjung. Keberadaan danau tersebut semakin menarik dengan latar belakang mitos dan kepercayaan yang masih dianut masyarakat lokal perihal keberadaannya. Bentang alam yang mengelilingi danau ini juga sungguh memesona siapa pun yang berhasil mencapai puncaknya. Menyaksikan Matahari terbit atau tenggelam di puncak ketiga danau tersebut akan menjadi suguhan keindahan alam yang spektakuler.
Setelah puas menikmati Matahari terbit atau panorama ketiga danau berwarna tersebut, Anda mungkin tertarik untuk mengambil jalur keluar alternatif sembari memuaskan rasa ingin tahu terhadap keanekaragaman hayati di hutan kawasan. Jalur altrenatif ini dinamakan Jalur Arboretum. Berfungsi sebagai kawasan koleksi keragaman flora di Kelimutu, hutan di dalam hutan dengan lahan seluas 4.5 ha ini merupakan habitat bagi sekira 250 pepohonan dari 79 jenis pohon; beberapa flora adalah endemik Flores yang tidak ada ditemukan di tempat lain.
Tidak hanya sebagai sumber genetik (pengembangan budi daya), tempat pengembangan riset, pendidikan, jalur ini juga terbuka bagi kegiatan pariwisata dan rekreasi edukatif. Hal ini tampak dari kondisi jalur yang sudah dilengkapi dengan jalur trekking dan tempat istirahat bagi wisatawan. Pepohonan di jalur ini ditata sedemikian rupa dan dilengkapi dengan papan nama sehingga pengunjungnya dapat ikut mengenali potensi hayati yang dimilikinya. Jalur ini juga merupakan rumah bagi sejumlah hewan liar, bahkan beberapa hewan endemik Flores, seperti burung garugiwa (Pachychepala nudigula nudigula).
Sumber
0
1.3K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan