- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Senyum Nenek Pemungut Paku Jalan


TS
ashcrimson
Senyum Nenek Pemungut Paku Jalan
Semoga no


Hidup sebatang kara di tengah hiruk pikuk dan keganasan metro Denpasar tidak membuat nenek Fatma (60) menjadi seorang yang berpangku tangan. Setiap hari hampir 8 kilometer lebih disusuri jalan sepanjang Kota hanya untuk memungut paku.
Berbekal sebilah kayu sepanjang 80 centimeter yang ujungnya diberi besi magnet, nenek Fatma tegar dan sabar memilah dan memilih paku yang ada di sepanjang pinggir jalan kota. Peluh keringat yang menetes dan pegalnya tungkai kaki bukan hambatan. Langkahnya kadang terseok, kadang perlahan juga kadang cepat. Semangatnya membara ketika ditemui tumpukan paku. Paku-paku itu dikumpulkan nenek Fatma, kemudian dimasukkan ke dalam karung sebagai keranjang. Bila sudah terkumpul, nenek Fatma menjualnya kepada tukang pengepul besi dan paku di dekat rumahnya, Jalan Pulau Roti. Sekarung paku dihargai oleh pengepul kurang lebih Rp.10 sampai Rp.20.000,- (tergantung berapa beratnya). Demikianlah sehari-hari, nenek Fatma hidup dari paku.
Rumahnya yang reyot juga bukan rumah sendiri. Setiap bulan, nenek Fatma harus membayar kost rumah Rp.100.000,-. Belum lagi jika hujan, nenek Fatma harus menderita karena atap rumahnya sering bocor.
Nenek Fatma adalah seorang pendatang asal Jember yang mengais hidup dengan kemiskinan di Bali. Suaminya sudah meninggal sejak 20 tahun lalu. Dua anaknya sudah menikah dan meninggalkan serta melupakan dirinya.
“Anak kulo sampun seneng, kulo mboten sumerep meleh.”, ujar nenek Fatma ketika ditanya kemana anak-anaknya. Jangankan menjenguk, dimana rimbanya, nenek Fatma sudah tidak tahu. Sungguh malang nasib sang nenek.

Ada cerita memilukan yang pernah terjadi pada nenek Fatma. Saat itu siang hari bolong, sang nenek sedang beristirahat di pinggir jalan karena lelah. Tanpa disangka-sangka datang mobil Satpol PP mengepung nenek dan mengangkut nenek Fatma. Nenek Fatma berteriak-teriak sambil memberitahu bila ia bukan seorang gelandangan atau pengemis. Ternyata nenek Fatma ditangkap bukan karena alasan gembel, tapi karena tempat nenek Fatma berteduh ternyata ditengarai Satpol PP adalah lokalisasi terselubung. Nenek Fatma disangka adalah seorang germo ( ibu asuh PSK ). Setelah diperiksa dan dicecar berbagai macam pertanyaan, nenek Fatma akhirnya tidak terbukti seorang germo. Nenek Fatma dibebaskan. Sejak saat itulah nenek Fatma selalu berhati-hati melihat tempat yang akan dijadikan tempat istirahat. “Kulo niki wedi kalihan PP, kulo mboten salah, sanes germo“. Sungguh ngenes hati saya mendengar cerita nenek Fatma.
Ada kebanggaan di hati bila saya melihat beliau. Setiap berjalan dan disapa orang, nenek Fatma selalu tersenyum. Walau miskin, nenek Fatma orangnya terbuka. Senang bercerita pada orang yang ditemuinya. Senyumnya selalu mengembang. Senyum yang membuat kita ikut semangat. Kerasnya hidup di jalanan ternyata tidak mampu menghapus senyuman nenek Fatma.
Setua beliau, seharusnya sedang duduk ditemani cucu-cucunya yang lucu dan nakal. Bercengkerama menikmati usia senja. Ah, itu hanya sebuah ilusi bayangan.
Yang pasti untuk beliau, panasnya jalan, debu, air hujan tidak mampu menghapus senyum beliau.
Sungguh, Fatma, nenek yang hebat.
Salam
Denpasar, 13 Januari 2012
ini sumbernya gan http://lifestyle.kompasiana.com/urba...an-427113.html


Quote:
Original Posted By meBegini gan, disela kesibukan ane sehari-hari yang harus pulang pergi ke kantor, ada sosok yang selalu mendapatkan perhatian ane dijalan. Karena seringnya ane bertemu, ane menyadari bahwa sosok itu adalah seorang nenek yang terlihat lelah karena berjalan jauh dengan membawa bungkusan dari karung dan sebilah kayu yang tampak pada ujungnya diberi besi magnet dan paku-paku kecil yang menempel.
Quote:
Original Posted By meKarena saking penasarannya dengan kehidupan yang dijalani oleh nenek ini pun, ane kemudian mencari artikel tentangnya di google, dan ternyata artikel tentang nenek ini ane temukan. Ditulis oleh agan Agung Soni, dan berikut ini kisahnya
Spoiler for Kisah Nenek Fatma:

Hidup sebatang kara di tengah hiruk pikuk dan keganasan metro Denpasar tidak membuat nenek Fatma (60) menjadi seorang yang berpangku tangan. Setiap hari hampir 8 kilometer lebih disusuri jalan sepanjang Kota hanya untuk memungut paku.
Berbekal sebilah kayu sepanjang 80 centimeter yang ujungnya diberi besi magnet, nenek Fatma tegar dan sabar memilah dan memilih paku yang ada di sepanjang pinggir jalan kota. Peluh keringat yang menetes dan pegalnya tungkai kaki bukan hambatan. Langkahnya kadang terseok, kadang perlahan juga kadang cepat. Semangatnya membara ketika ditemui tumpukan paku. Paku-paku itu dikumpulkan nenek Fatma, kemudian dimasukkan ke dalam karung sebagai keranjang. Bila sudah terkumpul, nenek Fatma menjualnya kepada tukang pengepul besi dan paku di dekat rumahnya, Jalan Pulau Roti. Sekarung paku dihargai oleh pengepul kurang lebih Rp.10 sampai Rp.20.000,- (tergantung berapa beratnya). Demikianlah sehari-hari, nenek Fatma hidup dari paku.
Rumahnya yang reyot juga bukan rumah sendiri. Setiap bulan, nenek Fatma harus membayar kost rumah Rp.100.000,-. Belum lagi jika hujan, nenek Fatma harus menderita karena atap rumahnya sering bocor.
Nenek Fatma adalah seorang pendatang asal Jember yang mengais hidup dengan kemiskinan di Bali. Suaminya sudah meninggal sejak 20 tahun lalu. Dua anaknya sudah menikah dan meninggalkan serta melupakan dirinya.
“Anak kulo sampun seneng, kulo mboten sumerep meleh.”, ujar nenek Fatma ketika ditanya kemana anak-anaknya. Jangankan menjenguk, dimana rimbanya, nenek Fatma sudah tidak tahu. Sungguh malang nasib sang nenek.

Ada cerita memilukan yang pernah terjadi pada nenek Fatma. Saat itu siang hari bolong, sang nenek sedang beristirahat di pinggir jalan karena lelah. Tanpa disangka-sangka datang mobil Satpol PP mengepung nenek dan mengangkut nenek Fatma. Nenek Fatma berteriak-teriak sambil memberitahu bila ia bukan seorang gelandangan atau pengemis. Ternyata nenek Fatma ditangkap bukan karena alasan gembel, tapi karena tempat nenek Fatma berteduh ternyata ditengarai Satpol PP adalah lokalisasi terselubung. Nenek Fatma disangka adalah seorang germo ( ibu asuh PSK ). Setelah diperiksa dan dicecar berbagai macam pertanyaan, nenek Fatma akhirnya tidak terbukti seorang germo. Nenek Fatma dibebaskan. Sejak saat itulah nenek Fatma selalu berhati-hati melihat tempat yang akan dijadikan tempat istirahat. “Kulo niki wedi kalihan PP, kulo mboten salah, sanes germo“. Sungguh ngenes hati saya mendengar cerita nenek Fatma.
Ada kebanggaan di hati bila saya melihat beliau. Setiap berjalan dan disapa orang, nenek Fatma selalu tersenyum. Walau miskin, nenek Fatma orangnya terbuka. Senang bercerita pada orang yang ditemuinya. Senyumnya selalu mengembang. Senyum yang membuat kita ikut semangat. Kerasnya hidup di jalanan ternyata tidak mampu menghapus senyuman nenek Fatma.
Setua beliau, seharusnya sedang duduk ditemani cucu-cucunya yang lucu dan nakal. Bercengkerama menikmati usia senja. Ah, itu hanya sebuah ilusi bayangan.
Yang pasti untuk beliau, panasnya jalan, debu, air hujan tidak mampu menghapus senyum beliau.
Sungguh, Fatma, nenek yang hebat.
Salam
Denpasar, 13 Januari 2012
Quote:
Original Posted By dead.link►anak-anaknya pada kemana itu
emaknya kok nggak diurusin. nggak inget apa dirawat dari kecil ampe besar, udah gede emaknya nggak dirawat

Quote:
Original Posted By toharisson►
“Anak kulo sampun seneng, kulo mboten sumerep meleh.”
indo = "Anak saya sudah senang (bahagia/mulya), saya tidak lihat (bertemu) lagi"
comment = semoga anak si mbah ini diberi rezeki dan hidayah
“Kulo niki wedi kalihan PP, kulo mboten salah, sanes germo“
indo = "Saya ini takut sama PP (satpol PP), saya tidak salah, Bukan germo"
comment = Yang salah dan jadi teroris sebenarnya adalah pemerintah yang telah memiskin kan rakyatnya
“Anak kulo sampun seneng, kulo mboten sumerep meleh.”
indo = "Anak saya sudah senang (bahagia/mulya), saya tidak lihat (bertemu) lagi"
comment = semoga anak si mbah ini diberi rezeki dan hidayah
“Kulo niki wedi kalihan PP, kulo mboten salah, sanes germo“
indo = "Saya ini takut sama PP (satpol PP), saya tidak salah, Bukan germo"
comment = Yang salah dan jadi teroris sebenarnya adalah pemerintah yang telah memiskin kan rakyatnya
Quote:
Original Posted By H4rdyb0yz►kalo g ada dia mungkin mobil2 ama motor kalian udah pada bocor tuh
mari kita ucapkan : TERIMA KASIH NEK

Quote:
Original Posted By kenjishin►nenek ini sibuk mungut paku
, orang lain malah banyak yang sengaja nebar paku dijalan 


ini sumbernya gan http://lifestyle.kompasiana.com/urba...an-427113.html
Diubah oleh ashcrimson 06-07-2013 10:00
0
3.6K
Kutip
32
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan