- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Film “I’m Star”, Sulitnya Menerima Keberbedaan Anak Spesial


TS
kadub
Film “I’m Star”, Sulitnya Menerima Keberbedaan Anak Spesial

Quote:

Quote:

Kita mungkin sering menyaksikan film dengan tema kisah anak berkebutuhan khusus, yang diperankan oleh aktor dan aktris handal. Seperti satu contoh adegan dalam film omnibus Rectoverso beberapa bulan silam, dimana aktor Lukman Sardi sukses memerankan sosok “abang” sang penyandang autis. Akting yang ciamik yang mampu membuat penonton mengharu biru menyaksikan aktingnya.
Lalu bagaimana bila film bertema sama diperankan langsung oleh mereka anak-anak berkebutuhan khusus? Tentu ini menjadi lain ceritanya. Mereka anak-anak yang tak berlatar belakang pekerja film dan memiliki keterbatasan dalam prilaku, harus memainkan peran layaknya pemain film profesional. Pasti bukan hal mudah menyutradarai mereka. Terlebih anak berkebutuhan khusus umumnya terlahir dengan jiwa yang polos tanpa tendensi.
Untuk anda ketahui, adalah hal sulit bagi anak berkebutuhan khusus “berakting”. Dalam tanda kutip berpura-pura menjadi orang lain. Bermain pura-pura adalah bagian dari sesi terapi yang diberikan pada mereka. Pura-pura makan, pura-pura tidur, demikian seterusnya. Lalu kenapa sulit? Karena pada perkembangan psikologisnya, diibaratkan anak-anak berkebutuhan khusus ini umumnya hanya mengenal konsep “hitam dan putih”. Memasukkan konsep lain yang berbeda dari kedua hal itu, adalah bagian yang butuh rentang waktu panjang. Membuat mereka mengerti bahwa selain hitam putih ada warna lain. Selain konsep yang nyata ada juga konsep abu-abu atau pura-pura tadi. Begitulah sekilas gambarannya.
Jadi bila mereka, para anak-anak berkebutuhan khusus ini bisa berakting seperti yang ditampilkan dalam film I’m Star ini, sungguh itu adalah sesuatu yang luar biasa. Mereka bisa melampaui tahapan yang mungkin belum dimiliki banyak penyandang autis lain di luar sana. Meski dalam film ini, mereka berakting dengan menjadi diri mereka sendiri.
Kembali ke cerita film. Film ini berkisah tentang Mella (diperankan oleh Natasha Demantra), Ketua OSIS SMA yang gaul dan populer, yang mendadak berubah drastis ketika sekolahnya kedatangan murid-murid berkebutuhan khusus (diperankan para anak penyandang autis Arya, Abhy, Shinta, dan Ervitha). Kenangan sekaligus mimpi buruk Mella tentang adiknya yang juga penyandang autis, yang meninggal dalam kecelakaan mobil, membuat ia lebh berempati dan menjadi dekat dengan para remaja berkebutuhan khusus tersebut.
Pada kenyataan, kehadiran mereka di sekolah menghadapi aneka tantangan. Dari mulai guru yang canggung menghadapi mereka, sampai pada kerisihan siswa lain melihat tingkah mereka yang berbeda. Seperti yang sering terjadi, anak-anak berkebutuhan khusus ini menjadi korban bully para siswa. Tak hanya secara verbal namun juga secara fisik. Seperti dalam satu adegan, bagaimana Abhi begitu sedih saat teman-temannya menyiram tubuh Abhi dengan seember air, dimana saat itu Abhi sedang asik bermain gadgetnya saat jam istirahat. Atau dalam adegan lain mereka menyebut anak-anak ini sebagai idiot. Akhirnya Mella merasa berjalan sendiri memperjuangkan keberadaan anak-anak ini untuk bisa diterima di lingkungan sekolahnya.
Sulitnya menunjukkan keinginan bagi anak-anak berkebutuhan khusus ini, membuat mereka mengalihkan energi yang mereka punya pada kegiatan bermusik. Hingga mereka membentuk grup band yang diberi nama I’m Star. Tak lebih mereka hanya ingin menggapai mimpi mereka, yakni terwujudnya sebuah PENERIMAAN. Sesederhana itu saja.
Lalu bagaimana kelanjutan perjuangan Mella dan teman-teman barunya? Anda bisa menyaksikan sendiri kisahnya, yang tayang serentak mulai 4 Juli.
Satu pertanyaan yang mengusik, film ini ditayangkan dengan menggunakan dialog berbahasa Inggris dengan disertai teks berbahasa Indonesia. Sedikit kritik, saya melihat ini terlalu dipaksakan. Kalaulah nantinya film ini akan menyasar penonton sampai ke mancanegara, bukankah bisa dibuatkan subtitle dalam bahasa negara setempat sebagaimana yang ada pada film import selama ini?
Yang pasti film yang ditulis dan disutradarai oleh Damien Dematra ini sebelumnya telah dieksibisikan di MIPCOM Cannes, Perancis dan AFM di Los Angeles AS pada 2012 yang lalu. Film ini juga dibuat sebagai bagian dari International Film Festival for Environment, Health and Culture, yang menampilkan 83 film dari seluruh dunia itu, cerita besarnya bernarasi tentang kesehatan.
Ke depan sang sutradara berencana akan memutar film ini keliling Indonesia melalui program Kemenpora bertajuk “Merajut Indonesia”. Tak lain dengan satu tujuan mulia, agar pesan dalam film ini bisa tersebar luas ke lebih banyak orang. Proficiat!!
Quote:

[RIGHT]Sumber[/RIGHT]
Quote:

0
1.5K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan