xplore1881Avatar border
TS
xplore1881
Jokowi Sang Pengacau
Bismillah

Baru beberapa hari wakil ketua umum PPP, Hasrul Azwar mengatakan “Jokowi jangan nafsu jadi presiden!” sang ketua PPP Suryadharma Ali malah berkeinginan menjadi wakil presidennya Jokowi. Sungguh aneh dunia politik ini, kawan dapat menjadi lawan dan lawan dapat menjadi kawan. Dari kedua tokoh PPP ini mana yang bisa dipegang omongannya? Hazrul Azwar berpendapat bahwa Suryadharma Ali lebih pantas menjadi presiden dibanding Jokowi sedangkan Suryadharma Ali yang elektabilitasnya kalah dengan Jokowi merasa cukup puas menjadi wakil presidennya Jokowi. Bahkan Suryadharma Ali ingin mewujudkan kenangan lama dimana ketua PPP Hamzah Haz menjadi wakil presidennya Megawati. Jika akhirnya Suryadharma Ali mewujudkan impiannya ini dimana akan ditaruh muka Harsul Azwar ini.

Tidak hanya PPP yang mengalami hal ini. Partai pertama yang mengalami sikap ambiguitas para pengurus partai karena pengaruh Jokowi adalah partai Demokrat. Partai penguasa ini melalui Ruhut Sitompul selalu menganggap Jokowi tidak pantas mencalonkan diri sebagai presiden. Bahkan akhir-akhir ini mengeluarkan pendapatnya jika Pramono Edi (adik ipar SBY) lebih pantas daripada Jokowi. Dasar pemikirannya karena Rakyat Indonesia masih harus dipimpin oleh orang militer terbukti setelah era Suharto hanya SBY yang dari militer yang sanggup bertahan dua periode sebagai presiden. Padahal banyak orang yang tahu, sewaktu Pramono Edi sebagai KASAD tidak ada prestasi cemerlang yang ditorehkan. Sedangkan pengurus partai Demokrat lainnya “Nurhayati Ali Assegaf” mengatakan siapapun boleh mengikuti konvensi Capres partai Demokrat termasuk Jokowi. Padahal sebenarnya SBY sangat menginginkan Jokowi turut dalam konvensi hal ini diungkapkan Andi Nurpati (vivanews.com 4 mei 2013). Jika SBY menginginkan Jokowi sebagai penggantinya, mau ditaruh dimana muka Ruhut ini.

Demikian pula dengan PKS, melalui Idris M Luthfi, Ketua Majelis Syuro PKS mengisyaratkan bisa saja PKS mencalonkan Jokowi hal ini didasarkan bahwa sejak terpilih sebagai gubernur Jokowi mampu memberikan perubahan melalui kebijakannya. Hal ini berbeda dengan sikap dari calon legeslatif PKS dapil Jateng Mustofa Nahrawardaya yang menganggap Jokowi kerjanya hanya hura-hura. Jika akhirnya pengurus PKS ikut mengusung Jokowi sebagai presiden lalu bagaimana dengan Mustofa ini? Apakah terus mencela Jokowi atau menjilat ludah sendiri karena Jokowi jagoan dari partainya juga?

Jokowi memang mengacaukan jagat perpolitikan Indonesia. Tanpa mengajukan diri menjadi presiden tetapi banyak rakyat yang berkeingan beliau untuk maju. Sangat berbeda dengan tokoh politik yang lain. Sudah habis-habis mengiklankan diri elektabilitasnya tidak naik-naik. Syukur bagi yang mempunyai media, cukup mewajibkan medianya mengiklankan dirinya tanpa banyak keluar biaya tapi bagi yang tidak punya? Hal ini bisa kita lihat pada diri ARB di Golkar, Surya Paloh di Nasdem dan juga Hary Tanoesoedibjo di Hanura. Mari kita tunggu saja, apakah media bisa membeli rasa percaya rakyat pada tokoh apa adanya atau bisa mengalihkan kepercayaan rakyat kepada tokoh yang pandai berpura-pura.

Credit to :
Bandung Bondowoso

Spoiler for SUMBER:


Spoiler for TS Mengharapkan:


MOHON KOMENGNYA YA GAN..

Diubah oleh xplore1881 04-07-2013 13:04
0
4.3K
53
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan