- Beranda
- Komunitas
- Female
- Wedding & Family
pernikahan dengan janda [di ambang perceraian]
TS
lingga489
pernikahan dengan janda [di ambang perceraian]
Pernikahan perjaka dengan seorang janda beranak 1 yang berumur lebih tua 1 tahun diatas saya. (Sekarang saya berumur 34 tahun dan istri berumur 35 tahun.) Dengan maksud untuk membina rumah tangga yang di dasari rasa cinta, kemandirian dan kedewasaan seorang istri. Maka saya berusaha menikahi seorang janda beranak 1. Saya adalah seorang perjaka dan anak semata wayang, dengan menentang semua larangan keluarga dan orangtua saya malalui berbagai rintangan berhasil menikahi janda beranak 1 dengan harapan bahagia.
Tahun pertama setelah nyampur hidup dengan rumah orang tua, saya kaget melihat penolakan dari orangtua yang luar biasa dan kesabaran saya benar2 di uji di sini. Dengan kesabaran dan memberikan pengertian ke orang tua, lambat laun keadaan orang tua melunak dan menghormati pilihan hidup saya. Bahkan istri saya di tawari untuk mencicil sebuah mobil dengan dp yang di bayar oleh orang tua saya. Akan tetapi karena istri sudah terlanjur sakit hati dan tidak sabar bertahan jadi saya mengikuti keinginan istri untuk pindah sewa apartemen tipe studio pada saat tahun kedua pernikahan saya.
Setelah pindah kesabaran saya di uji kembali dengan konflik internal mengenai pandangan hidup dan kondisi ekonomi saya yang morat marit setelah keluar dari rumah orang tua saya. Konflik di tahun kedua pun berhasil baik saya atasi, akan tetapi konflik di tahun ketiga sekarang ini terulang kembali dan begitu memberatkan bagi saya dan serasa perceraian sudah diambang pintu saja dimana istri pergi kabur menginap ke rumah teman nya tanpa ijin suami, dan seolah tak perduli lagi dengan kehidupan saya, apalagi saya sedang jatuh sakit.
Sampai sekarang saya sudah loss kontak, istri tidak lagi menggubris telpon dan sms dari saya, whatsup pun di blocked. Ketika saya bertanya ke teman nya di facebook, malahan facebook saya di blocked oleh teman nya. Sekarang saya bertahan seorang diri di apartemen dan mengharapkan istri saya pulang.
Masalah yang saya hadapi sekarang adalah :
• Kurang nya penerimaan ane terhadap anak dari buah pernikahan pertama. Walalupun begitu saya masih berusaha untuk menirma dan menyanyangi anak nya seperti anak saya sendiri yaitu dengan memikirkan pendidikannya dengan membayar uang sebesar 4 juta untuk masuk ke SMA favorit di tangerang dan menangung biaya masuk, buku, dan seragam di saat masih SMP.
• Tidak percaya nya saya dengan menejemen keuangan istri. Karena sifat boros istri yang pernah menungak kartu kredit sebesar 6-8 juta. Maka dengan alasan tersebut saya belum dapat menyatukan pendapatan saya dengan istri.
• Tuntutan orang tua agar saya mempunyai seorang anak dimana umur saya dan istri yang semakin tua
• Perbedaan visi dan misi, saya inginkan membeli sebuah rumah dahulu, sedangkan istri menginginkan sebuah mobil, dengan alasan mobil yg di beli untuk menunjang pekerjaannya sebagai guru sekolah kidnergarten dan les-les privat.
• Kesedihan yang mendalam melihat orangtua saya yg begitu sedih setelah saya tinggalkan dan memilih menetap di apartemen bersama istri saya.
Tips Bermanfaat
Tahun pertama setelah nyampur hidup dengan rumah orang tua, saya kaget melihat penolakan dari orangtua yang luar biasa dan kesabaran saya benar2 di uji di sini. Dengan kesabaran dan memberikan pengertian ke orang tua, lambat laun keadaan orang tua melunak dan menghormati pilihan hidup saya. Bahkan istri saya di tawari untuk mencicil sebuah mobil dengan dp yang di bayar oleh orang tua saya. Akan tetapi karena istri sudah terlanjur sakit hati dan tidak sabar bertahan jadi saya mengikuti keinginan istri untuk pindah sewa apartemen tipe studio pada saat tahun kedua pernikahan saya.
Setelah pindah kesabaran saya di uji kembali dengan konflik internal mengenai pandangan hidup dan kondisi ekonomi saya yang morat marit setelah keluar dari rumah orang tua saya. Konflik di tahun kedua pun berhasil baik saya atasi, akan tetapi konflik di tahun ketiga sekarang ini terulang kembali dan begitu memberatkan bagi saya dan serasa perceraian sudah diambang pintu saja dimana istri pergi kabur menginap ke rumah teman nya tanpa ijin suami, dan seolah tak perduli lagi dengan kehidupan saya, apalagi saya sedang jatuh sakit.
Sampai sekarang saya sudah loss kontak, istri tidak lagi menggubris telpon dan sms dari saya, whatsup pun di blocked. Ketika saya bertanya ke teman nya di facebook, malahan facebook saya di blocked oleh teman nya. Sekarang saya bertahan seorang diri di apartemen dan mengharapkan istri saya pulang.
Masalah yang saya hadapi sekarang adalah :
• Kurang nya penerimaan ane terhadap anak dari buah pernikahan pertama. Walalupun begitu saya masih berusaha untuk menirma dan menyanyangi anak nya seperti anak saya sendiri yaitu dengan memikirkan pendidikannya dengan membayar uang sebesar 4 juta untuk masuk ke SMA favorit di tangerang dan menangung biaya masuk, buku, dan seragam di saat masih SMP.
• Tidak percaya nya saya dengan menejemen keuangan istri. Karena sifat boros istri yang pernah menungak kartu kredit sebesar 6-8 juta. Maka dengan alasan tersebut saya belum dapat menyatukan pendapatan saya dengan istri.
• Tuntutan orang tua agar saya mempunyai seorang anak dimana umur saya dan istri yang semakin tua
• Perbedaan visi dan misi, saya inginkan membeli sebuah rumah dahulu, sedangkan istri menginginkan sebuah mobil, dengan alasan mobil yg di beli untuk menunjang pekerjaannya sebagai guru sekolah kidnergarten dan les-les privat.
• Kesedihan yang mendalam melihat orangtua saya yg begitu sedih setelah saya tinggalkan dan memilih menetap di apartemen bersama istri saya.
Quote:
Quote:
Tips Bermanfaat
Spoiler for tips bermanfaat:
tata604 memberi reputasi
1
36.2K
188
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan