- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Konflik Georgia : Ossetia Selatan


TS
suan000
Konflik Georgia : Ossetia Selatan
Agan Pernah nonton Film 5 Days of War, yang bercerita bagaimana seorang beberapa wartawan yang terjebak dalam konflik antara Russia dengan Georgia terkait Ossetia Selatan yang berujung pendudukan Ossetia Selatan oleh Russia.
Mari kita bahas ya
Periode Perang 1991 - 1992 Ossetia Selatan (5 January 1991 – 24 June 1992)
di tahun 1989 sekitar 98.000 orang tinggal di wilayah Ossetia selatan yang terdiri dari 66,61% Etnis Ossetia dan 29,4% Etnis Georgia dan sekitar 99.000 etnik Ossetia tersebar di wilayah Georgia. pada akhir 1991 saat runtuhnya era Uni Soviet, Georgia memilih untuk memerdekakan diri dibawah pimpinan Zviad Gamsakhurdia. yang menjadi Presiden pertama Georgia, dan kebijakannya lebih ke arah kebijakan Soviet lama tetapi tetap melindungi etnik minoritas di Georgia.

disaat yang sama di Ossetia Selatan meminta status republik, yang dengan cepat dinyatakan sebagai gerakan ilegal oleh pemerintah Georgia, guna menarik dukungan Presiden Gamsakhurdia mendorong demonstrasi besar di Tskhinvali ibu kota dari Ossetia Selatan untuk mendukung kebijakan Gamsakhurdia, pihak Ossetia Selatan menjawab hal ini dengan melakukan blokade jalan. dan pada bulan berikutnya kekerasan terus terjadi dengan banyak korban berjatuhan, panasnya situasi membuat pihak Ossetia Selatan mempersenjatai diri mereka sendiri.
Di tahun 1990 Gamsakhurdia memenangi pemilu yang dengan cepat di boykot oleh pihak Ossetia Selatan, dan Pihak Ossetia Selatan melakukan voting di parlemen internal Ossetia Selatan. Menjawab hal ini pihak Georgia melalui mahkamah agungnya mencabut status otonomi Ossetia Selatan. Pada akhir 1990 situasi kian memanas dimana milisi Ossetia Selatan dan milisi Georgia melakukan perampasan dan penganiayaan sebagai aksi balas membalas. dan pada desember 1990 Georgia menyatakan situasi darurat di wilayah Ossetia Selatan dan mengirim pasukan ke wilayah tersebut.
saat itu pihak Ossetia Selatan hanya memiliki 300-400 milisi bersenjata ringan peninggalan soviet dan dalam waktu enam bulan kekuatan mereka bertambah menjadi 1.500 pejuang ditambah 3.500 pendukung, pihak georgia saat itu lebih parah karena hanya terdiri dari kumpulan etnik Georgia dan tanpa persenjataan memadai tidak seperti yang dimiliki pihak Ossetia Selatan yang memiliki persenjataan yang disinyalir dari Russia. dan diperparah lagi Pasukan georgia yang berkekuatan 12.000 prajurit baru saja di bentuk pada Januari 1991 melalui wajib militer. akan tetapi karena kesulitan ekonomi hanya pasukan sukerala saja yang ikut.
Jalannya Perang
Pada awal konflik di Tskhinvali pihak Georgia menguasai bagian timur kota dan pihak Ossetia menguasai bagian barat tapi hanya dalam waktu satu bulan Pasukan Georgia berhasil dipukul mundir dari kota ke bukit sekitar. Pasukan Georgia melakukan tiga kali serangan ke Tskhinvali pada bulan Februari dan Maret 1991 dan terakhir Juni 1992, tetapi Pasukan Georgia boleh dikatakan tidak antusias dalam merebut Tskhinvali karena dinilai tak memeliki sumber daya yang harus direbut. dan akibat dari itu hanya beberapa detasemen saja yang melakukan serangan dan dengan mudah dapat di pukul mundir oleh milisi Ossetia Selatan, akan tetapi pada serangan di Bulan Juni 1992 pasukan Georgian National Guard menghancurkan 80% lahan pertanian dan lumbung pertanian di Tskhinvali, dan juga Pihak Georgia memutus aliran listrik, air dan akses dari dan menuju seluruh wilayah Ossetia Selatan.
di musim semi 1992 pertempuran kembali berkobar, kali ini dengan keterlibatan Russia, akan tetapi pada Maret 1992 Pemerintahan Gamsakhurdia di kudeta dan digantikan oleh Eduard Shevardnadze
Eduard Shevardnadze

dan para loyalis Gamsakhurdia melancarkan pemberontakan, dan ditambah lagi dengan konflik yang skalanya lebih besar lagi yaitu di wilayah Abkhazia, yang muncul tahun 1992 (mungkin nanti kita akan bahas ^^) dan memaksa Shevardnadze untuk menyelesaikan konflik dengan Ossetia Selatan dengan cepat dengan menandatangani gencatan senjata pada Sochi agreement.
Area Konflik di Georgia

Sochi agreement.

Akhir Konflik
Perjanjian gencatan senjata itu membagi Ossetia Selatan menjadi area yang di kontrol Pemerintah Georgia dan area lain di kontrol oleh pemberontak. dan perjanjian itu membuat badan sebagai penjaga kedamaian yang disebut Joint Control Commission (terdiri dari Georgia, Russia, North Ossetia dan South Ossetia).
Pada konflik ini banyak operasi militer dilakukan karena kehendak perwira tanpa perencanaan yang matang dan rendahnya tingkat disiplin prajurit di kedua pihak yang banyak memakan korban sipil dan terjadi pemebersihan etnis di kedua belah pihak.
Bersambung yah
Source
1991–92 South Ossetia War
Konflik Georgia-Ossetia (1918-1920)
Mari kita bahas ya

Quote:
Latar Belakang
etnis Ossetia yang berasal dari etnik Iran dan berbahasa seperti iran yang juga merupakan turunan dari bahasa Indo-Eropa yang tinggal di sekitar pegunungan Kaukakus, penduduknya mayoritas sekarang berbahasa Russia yang digunakan sebagai bahasa kedua dan juga sebagai bahasa sehari-hari.
Tahun 1917-1918
Sebelum membahas lebih jauh mari kita flash back jauh ke tahun 1917, dimana setelah Tsar Nicholas 2 digulingkan dalam revolusi berdarah yang dilancarkan oleh kaum Bolshevik, kala itu di Kaukakus daerah yang banyak dihuni ethnic Ossetia juga terjadi pergolakan dimana pada tahun itu mereka mendirikan National Council of Ossetia dengan basis kekuatan di kota Java yang menginginkan kemerdekaan untuk kedua sisi daerah pegunungan Kaukakus.
Pada perjalanannya pergerakan ini banyak terpengaruh oleh kaum bolshevik yang menginginkan integrasi penuh seluruh wilayah yang dihuni etnik Ossetia yang ada di Wilayah kedua sisi kaukakus ke Uni Sovyet.

Di tahun 1918 keadaan memanas dimana para petani dari Etnik Ossetia menolak membayar pajak kepada pemerintah Transcaucasus government yang saat itu memerintah daerah tersebut sebagai pemerintahan interim yang terbentuk pada tahun yang sama dan beribu kota di Tbilsi dan hanya berumur 4 bulan yang bubar setelah Georgia, Armenia, dan Azerbaijan menyatakan memisahkan diri (24 februari 1918 - 28 Mei 1918)
Ini adalah Bendera Transcaucasian Federation Transcaucasus government

Ini adalah Peta Negara Transcaucasian Federation

Di tanggal 15 Maret 1918 para petani Ossetia melakukan pemberontakan dan berhasil menahan laju offensive dari tentara Georgia (Georgian People’s Guard punitive detachment) yang bertugas memadamkan pemberontakan dan pasukan itu di pimpin oleh perwira yang berasal dari etnik Ossetia, Kosta Kaziev. Pertempuran terus terjadi dan berpusat di Tskhinvali yang berhasil di duduki pemberontak pada 19 Maret 1918, akhirnya pada 22 Maret 1918 tentara georgia yang di dominasi menshevik (sama seperti Bolshevik hanya lebih moderat) berhasil menduduki Tskhinvali dan menghancurkan tentara pemborantak.
Untuk menghindari terjadinya kembali pemberontakan tentara pemerintah melakukan tindakan represif terhadap daerah itu, yang menyuburkan sentimen anti pemerintah Georgia. dan di lain pihak peristiwa ini menguatkan kekuatan yang pro bolshevik di mata penduduk Ossetia.
Tahun 1919
Di bulan Oktober pemberontakan kembali meletus di beberapa area, dan pada 23 Oktober tentara pemberontak di sekitar Roki memplokamirkan berdirinya kekuatan Soviet di daerah itu dan memulai offensif ke Tskhinvali, akan tetapi berhasil dikalahkan dan mereka mundur ke area distrik Terek.Di tahun itu juga Ossetia meminta otonomi khusus seperti yang diberikan kepada Muslim Georgia di Adjara, akan tetapi pemerinta Georgia menyatakan bahwa tidak akan memberi otonomi khusus ke Ossetia yang di dominasi Bolshevik. dan dimanfaatkan dengan sangat pintar oleh kaum Bolshevik atas blunder yang dilakukan Pihak Georgia yang di dominasi Menshevik untuk menaikkan suhu politik di kawasan itu dan juga menguatkan sentimen Pro Bolshevik.

Tahun 1920
pada tahun itu banyak sekali wilayah Ossetia melakukan pemberontakan dengan dukungan penuh dari komite regional (Russian Communist Party (Bolsheviks) (RCP (b)) yang menghimpun basis militer di Vladikavkaz, ibu kota dari yang sekarang disebut Republik North Ossetia–Alania yang berada di bawah kekuasaan Pemerintah Russia.walaupun pihak Soviet Russia sudah menandatangani Perjanjian Moskow pada 7 Mei 1920, pihak Soviet Russia tetap meminta Georgia untuk menarik mundur pasukannya dari wilayah Ossetia. dan Pada 8 Mei 1920 para pendukung Bolshevik yang telah berkumpul di Vladikavkaz melancarkan offensif dan membantu pemberontak lokal untuk mengalahkan pasukan Georgia di distrik Java.

Walaupun pemberontakan terjadi dengan dukungan dari Soviet Russia sang pemimpin Soviet Lenin tetap menjaga jarak dengan tetap menghormati Georgia dengan tidak menyatakan perang. seiring perjalanan waktu para pemberontak yang didukung Bolshevik terus mengalami kekalahan dari pasukan Georgia, dan pada akhirnya The Georgian People’s Guard dibawah pimpinan Valiko Jugheli berhasil mengalahkan pihak pemberontak sepenuhnya dengan tangan besi. dimana banyak desa dibakar dan sekitar 3000 - 7000 korban dari pihak sipil berjatuhan, dan sekitar 20.000 milisi Ossetia mengungsi ke Soviet Russia.
Valiko Jugheli

Hasil Akhir
Pada akhir 1920an terjadi pemberontakan Bolshevik di seluruh wilayah Georgia dan para milisi Ossetia ikut dalam gerakan tersebut yang akhirnya menjadikan Georgia berada di bawah kekuasaan Soviet Russia.
Pihak Georgia menolak jumlah korban yang terjadi dan menyatakan bahwa angka tersebut di besar-besarkan, akan tetapi tidak menyangkal setiap kekerasan yang terjadi pada konflik tersebut. Pihak Georgia menyatakan bahwa konflik itu adalah awal dari usaha Russia untuk menciptakan instabilitas di kawasan Georgia guna memisahkan Ossetia Selatan dari Georgia dan dilain pihak yaitu di pihak Ossetia kekejaman dan kekerasan yang terjadi pada saat konflik tersebut membuat sentimen anti Georgia kian meningkat.
etnis Ossetia yang berasal dari etnik Iran dan berbahasa seperti iran yang juga merupakan turunan dari bahasa Indo-Eropa yang tinggal di sekitar pegunungan Kaukakus, penduduknya mayoritas sekarang berbahasa Russia yang digunakan sebagai bahasa kedua dan juga sebagai bahasa sehari-hari.
Tahun 1917-1918
Sebelum membahas lebih jauh mari kita flash back jauh ke tahun 1917, dimana setelah Tsar Nicholas 2 digulingkan dalam revolusi berdarah yang dilancarkan oleh kaum Bolshevik, kala itu di Kaukakus daerah yang banyak dihuni ethnic Ossetia juga terjadi pergolakan dimana pada tahun itu mereka mendirikan National Council of Ossetia dengan basis kekuatan di kota Java yang menginginkan kemerdekaan untuk kedua sisi daerah pegunungan Kaukakus.
Pada perjalanannya pergerakan ini banyak terpengaruh oleh kaum bolshevik yang menginginkan integrasi penuh seluruh wilayah yang dihuni etnik Ossetia yang ada di Wilayah kedua sisi kaukakus ke Uni Sovyet.

Di tahun 1918 keadaan memanas dimana para petani dari Etnik Ossetia menolak membayar pajak kepada pemerintah Transcaucasus government yang saat itu memerintah daerah tersebut sebagai pemerintahan interim yang terbentuk pada tahun yang sama dan beribu kota di Tbilsi dan hanya berumur 4 bulan yang bubar setelah Georgia, Armenia, dan Azerbaijan menyatakan memisahkan diri (24 februari 1918 - 28 Mei 1918)
Ini adalah Bendera Transcaucasian Federation Transcaucasus government

Ini adalah Peta Negara Transcaucasian Federation

Di tanggal 15 Maret 1918 para petani Ossetia melakukan pemberontakan dan berhasil menahan laju offensive dari tentara Georgia (Georgian People’s Guard punitive detachment) yang bertugas memadamkan pemberontakan dan pasukan itu di pimpin oleh perwira yang berasal dari etnik Ossetia, Kosta Kaziev. Pertempuran terus terjadi dan berpusat di Tskhinvali yang berhasil di duduki pemberontak pada 19 Maret 1918, akhirnya pada 22 Maret 1918 tentara georgia yang di dominasi menshevik (sama seperti Bolshevik hanya lebih moderat) berhasil menduduki Tskhinvali dan menghancurkan tentara pemborantak.
Untuk menghindari terjadinya kembali pemberontakan tentara pemerintah melakukan tindakan represif terhadap daerah itu, yang menyuburkan sentimen anti pemerintah Georgia. dan di lain pihak peristiwa ini menguatkan kekuatan yang pro bolshevik di mata penduduk Ossetia.
Tahun 1919
Di bulan Oktober pemberontakan kembali meletus di beberapa area, dan pada 23 Oktober tentara pemberontak di sekitar Roki memplokamirkan berdirinya kekuatan Soviet di daerah itu dan memulai offensif ke Tskhinvali, akan tetapi berhasil dikalahkan dan mereka mundur ke area distrik Terek.Di tahun itu juga Ossetia meminta otonomi khusus seperti yang diberikan kepada Muslim Georgia di Adjara, akan tetapi pemerinta Georgia menyatakan bahwa tidak akan memberi otonomi khusus ke Ossetia yang di dominasi Bolshevik. dan dimanfaatkan dengan sangat pintar oleh kaum Bolshevik atas blunder yang dilakukan Pihak Georgia yang di dominasi Menshevik untuk menaikkan suhu politik di kawasan itu dan juga menguatkan sentimen Pro Bolshevik.

Tahun 1920
pada tahun itu banyak sekali wilayah Ossetia melakukan pemberontakan dengan dukungan penuh dari komite regional (Russian Communist Party (Bolsheviks) (RCP (b)) yang menghimpun basis militer di Vladikavkaz, ibu kota dari yang sekarang disebut Republik North Ossetia–Alania yang berada di bawah kekuasaan Pemerintah Russia.walaupun pihak Soviet Russia sudah menandatangani Perjanjian Moskow pada 7 Mei 1920, pihak Soviet Russia tetap meminta Georgia untuk menarik mundur pasukannya dari wilayah Ossetia. dan Pada 8 Mei 1920 para pendukung Bolshevik yang telah berkumpul di Vladikavkaz melancarkan offensif dan membantu pemberontak lokal untuk mengalahkan pasukan Georgia di distrik Java.

Walaupun pemberontakan terjadi dengan dukungan dari Soviet Russia sang pemimpin Soviet Lenin tetap menjaga jarak dengan tetap menghormati Georgia dengan tidak menyatakan perang. seiring perjalanan waktu para pemberontak yang didukung Bolshevik terus mengalami kekalahan dari pasukan Georgia, dan pada akhirnya The Georgian People’s Guard dibawah pimpinan Valiko Jugheli berhasil mengalahkan pihak pemberontak sepenuhnya dengan tangan besi. dimana banyak desa dibakar dan sekitar 3000 - 7000 korban dari pihak sipil berjatuhan, dan sekitar 20.000 milisi Ossetia mengungsi ke Soviet Russia.
Valiko Jugheli

Hasil Akhir
Pada akhir 1920an terjadi pemberontakan Bolshevik di seluruh wilayah Georgia dan para milisi Ossetia ikut dalam gerakan tersebut yang akhirnya menjadikan Georgia berada di bawah kekuasaan Soviet Russia.
Pihak Georgia menolak jumlah korban yang terjadi dan menyatakan bahwa angka tersebut di besar-besarkan, akan tetapi tidak menyangkal setiap kekerasan yang terjadi pada konflik tersebut. Pihak Georgia menyatakan bahwa konflik itu adalah awal dari usaha Russia untuk menciptakan instabilitas di kawasan Georgia guna memisahkan Ossetia Selatan dari Georgia dan dilain pihak yaitu di pihak Ossetia kekejaman dan kekerasan yang terjadi pada saat konflik tersebut membuat sentimen anti Georgia kian meningkat.
Quote:
Periode Perang 1991 - 1992 Ossetia Selatan (5 January 1991 – 24 June 1992)
di tahun 1989 sekitar 98.000 orang tinggal di wilayah Ossetia selatan yang terdiri dari 66,61% Etnis Ossetia dan 29,4% Etnis Georgia dan sekitar 99.000 etnik Ossetia tersebar di wilayah Georgia. pada akhir 1991 saat runtuhnya era Uni Soviet, Georgia memilih untuk memerdekakan diri dibawah pimpinan Zviad Gamsakhurdia. yang menjadi Presiden pertama Georgia, dan kebijakannya lebih ke arah kebijakan Soviet lama tetapi tetap melindungi etnik minoritas di Georgia.

disaat yang sama di Ossetia Selatan meminta status republik, yang dengan cepat dinyatakan sebagai gerakan ilegal oleh pemerintah Georgia, guna menarik dukungan Presiden Gamsakhurdia mendorong demonstrasi besar di Tskhinvali ibu kota dari Ossetia Selatan untuk mendukung kebijakan Gamsakhurdia, pihak Ossetia Selatan menjawab hal ini dengan melakukan blokade jalan. dan pada bulan berikutnya kekerasan terus terjadi dengan banyak korban berjatuhan, panasnya situasi membuat pihak Ossetia Selatan mempersenjatai diri mereka sendiri.
Di tahun 1990 Gamsakhurdia memenangi pemilu yang dengan cepat di boykot oleh pihak Ossetia Selatan, dan Pihak Ossetia Selatan melakukan voting di parlemen internal Ossetia Selatan. Menjawab hal ini pihak Georgia melalui mahkamah agungnya mencabut status otonomi Ossetia Selatan. Pada akhir 1990 situasi kian memanas dimana milisi Ossetia Selatan dan milisi Georgia melakukan perampasan dan penganiayaan sebagai aksi balas membalas. dan pada desember 1990 Georgia menyatakan situasi darurat di wilayah Ossetia Selatan dan mengirim pasukan ke wilayah tersebut.
saat itu pihak Ossetia Selatan hanya memiliki 300-400 milisi bersenjata ringan peninggalan soviet dan dalam waktu enam bulan kekuatan mereka bertambah menjadi 1.500 pejuang ditambah 3.500 pendukung, pihak georgia saat itu lebih parah karena hanya terdiri dari kumpulan etnik Georgia dan tanpa persenjataan memadai tidak seperti yang dimiliki pihak Ossetia Selatan yang memiliki persenjataan yang disinyalir dari Russia. dan diperparah lagi Pasukan georgia yang berkekuatan 12.000 prajurit baru saja di bentuk pada Januari 1991 melalui wajib militer. akan tetapi karena kesulitan ekonomi hanya pasukan sukerala saja yang ikut.
Jalannya Perang
Pada awal konflik di Tskhinvali pihak Georgia menguasai bagian timur kota dan pihak Ossetia menguasai bagian barat tapi hanya dalam waktu satu bulan Pasukan Georgia berhasil dipukul mundir dari kota ke bukit sekitar. Pasukan Georgia melakukan tiga kali serangan ke Tskhinvali pada bulan Februari dan Maret 1991 dan terakhir Juni 1992, tetapi Pasukan Georgia boleh dikatakan tidak antusias dalam merebut Tskhinvali karena dinilai tak memeliki sumber daya yang harus direbut. dan akibat dari itu hanya beberapa detasemen saja yang melakukan serangan dan dengan mudah dapat di pukul mundir oleh milisi Ossetia Selatan, akan tetapi pada serangan di Bulan Juni 1992 pasukan Georgian National Guard menghancurkan 80% lahan pertanian dan lumbung pertanian di Tskhinvali, dan juga Pihak Georgia memutus aliran listrik, air dan akses dari dan menuju seluruh wilayah Ossetia Selatan.
di musim semi 1992 pertempuran kembali berkobar, kali ini dengan keterlibatan Russia, akan tetapi pada Maret 1992 Pemerintahan Gamsakhurdia di kudeta dan digantikan oleh Eduard Shevardnadze
Eduard Shevardnadze

dan para loyalis Gamsakhurdia melancarkan pemberontakan, dan ditambah lagi dengan konflik yang skalanya lebih besar lagi yaitu di wilayah Abkhazia, yang muncul tahun 1992 (mungkin nanti kita akan bahas ^^) dan memaksa Shevardnadze untuk menyelesaikan konflik dengan Ossetia Selatan dengan cepat dengan menandatangani gencatan senjata pada Sochi agreement.
Area Konflik di Georgia

Sochi agreement.

Akhir Konflik
Perjanjian gencatan senjata itu membagi Ossetia Selatan menjadi area yang di kontrol Pemerintah Georgia dan area lain di kontrol oleh pemberontak. dan perjanjian itu membuat badan sebagai penjaga kedamaian yang disebut Joint Control Commission (terdiri dari Georgia, Russia, North Ossetia dan South Ossetia).
Pada konflik ini banyak operasi militer dilakukan karena kehendak perwira tanpa perencanaan yang matang dan rendahnya tingkat disiplin prajurit di kedua pihak yang banyak memakan korban sipil dan terjadi pemebersihan etnis di kedua belah pihak.
Bersambung yah
Source
1991–92 South Ossetia War
Konflik Georgia-Ossetia (1918-1920)
Diubah oleh suan000 03-07-2013 20:10




tyrodinthor dan yoseful memberi reputasi
2
4.6K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan