- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Dilema Menjadi Ketua Kelas
TS
giarrr
Dilema Menjadi Ketua Kelas
Selamat datang agan-aganwati, hehe. Ane baru nih di SFTH.
Kebetulan, ane punya blog... dan biasanya di blog itu ane nulis tulisan-tulisan aneh yang absurd gitu lah.
Nah, sekarang ane mau nyoba copy ke SFTH, semoga agan-aganwati berkenan ya dengan tulisan ane yang absurd ini. Hehe.
Kebetulan, ane punya blog... dan biasanya di blog itu ane nulis tulisan-tulisan aneh yang absurd gitu lah.
Nah, sekarang ane mau nyoba copy ke SFTH, semoga agan-aganwati berkenan ya dengan tulisan ane yang absurd ini. Hehe.
Quote:
Ngomongin soal ketua kelas, ketua kelas pasti jadi hal yang paling diinginkan bagi sebagian besar pelajar. Tapi, mereka ga berpikir jauh... mereka ga berpikir bagaimana masa depan seorang ketua kelas.
Contohnya gue. Waktu kelas satu SMP, gue sangat menginginkan buat menjadi ketua kelas, dan ternyata gue berhasil. Pertama kali masuk kelas satu, tentunya setelah masa MOPD selesai, wali kelas gue langsung mengadakan pemilihan ketua kelas. Gue, dengan semangatnya, langsung mencalonkan.
Pemilihan diadakan dengan cara pemungutan suara dari setiap siswa-siswi. Suasana cukup tegang saat kertas suara terakhir dibuka... nilai suara gue dan satu temen gue sama. Dan akhirnya... gue pun jadi ketua kelas. Perasaan gue amat sangat senang pada saat itu.
Namun, setelah beberapa minggu menjabat, gue mulai menemukan masalah demi masalah yang didapat seorang ketua kelas.
Gue jadi lebih sering dipanggil ke kantor...
Gue pasti selalu jadi petugas upacara... Awalnya gue sering banget nolak, tapi temen-temen gue langsung pada bilang kalau gue seorang ketua kelas, dan wajib jadi petugas upacara. Sial. Gue nggakbisa ngelak.
Enam bulan kemudian, akhirnya gue mengundurkan diri dari ketua kelas. Dengan alasan, gue udah nggak kuat lagi capek.
Ternyata nasib memang nasib, nasib tidak bisa ditebak, dan yang pasti, nasib bukanlah hansib. Gue kembali menjadi ketua kelas di kelas dua. Yah, semua itu gue terima dengan lapang dada.
GUE, adalah seorang yang pemalu, gue nggak pernah berani maju ke depan papan tulis buat ngerjain soal yang disuruh guru gue. Ada beberapa guru yang nggak gue tau kenapa, di setiap pelajarannya, dia selalu nunjuk gue buat ngerjain soal. I hate that teacher!
Tapi, dengan modal tampang melas dan baju yang kotor seperti gembel, gue pun berhasil menyentuh hati guru tersebut.
"Nggak bisa bu" kata gue sambil menggelengkan kepala.
Dan, tak lama kemudian, guru itu menoleh dan mencari teman gue yang lain.
Ada cerita aneh yang gue alamin sebagai seorang ketua kelas. Entah pengalaman ini hanya di sekolah, atau bahkan dikelas gue aja, tapi ini bener kejadian.
Pada suatu pagi, gue datang ke sekolah. Gue melihat kelas gue yang sangat gelap, ternyata... pada pagi itu lampu kelas gue belum dinyalain.
Gue cek kedalem kelas, ada banyak teman-teman gue sedang membersihkan kelas yang cukup kotor. Gue pun ikut membantu. Tak lama kemudian, gue mencium bau yang tidak sedap dan gue langsung nanya ke temen satu kelas gue, Fikri.
"Lo nyium bau ngga?" tanya gue.
"Iya, itu bau tai kucing dipojok sana" kata Fikri sambil menunjuk kearah pojok kelas.
Tak lama kemudian, temen sekelas gue dateng, namanya Gina. Terjadi percakapan singkat diantara kami berdua yang menimbulkan pertanyaan aneh dibenak gue.
"Giar, bersihin tai kucing noh!" kata Gina.
"Kok gue? yang piket suruh bersihin" kata gue.
"Yang piket gamau"
"Ya gue juga gamau!" gue kesel.
"Lo kan ketua kelas"
*hening*
Timbul-lah satu pertanyaan aneh dibenak gue. Sejak kapan, seorang ketua kelas tugasnya bersihin TAI KUCING? SEJAK KAPAN?
Sebagai ketua kelas, gue merasa gagal.
Gue berpikir... kalau tugas seorang ketua kelas adalah membersihkan tai kucing, gue yakin nggak akan ada orang yang mau jadi ketua kelas. Yap, gue yakin betul!
Oke, kita beralih ke judul dari postingan gue ini. "Dilema Menjadi Ketua Kelas".
Ada satu kejadian pada kelas dua smp, dimana gue masih menjadi ketua kelas. Pada saat itu pukul 08.30, dimana saatnya pergantian jam pelajaran. Sepuluh menit berlalu, dan guru yang seharusnya mengajar pun tak kunjung datang.
Gue ingin memanggil guru, namun beberapa teman gue tidak mengizinkan, bahkan mengancam gue.
Disinilah dilema-nya...
Jadi ketua kelas itu nggak enak. Banget. Disaat-saat seperti itu, dimana saat kita ingin memanggil guru, namun teman kita nggak nge-bolehin, kita punya dua masalah.
Satu
Kalau pada saat itu gue nggak manggil guru, mungkin bisa aja ada guru lain yang dateng ke kelas gue dan ngeliat nggak ada guru. Dia langsung ngomelin gue abis-abisan... karena gue nggak manggil guru.
Dua
Kalau pada saat itu gue manggil guru, dan ternyata gurunya ada, masuk kelas, ngajar selama dua jam. Pas jam istirahat, gue mungkin udah bonyok digebukin sama temen-temen gue.
Gue nggak tau pasti, pengalaman gue itu terjadi juga atau nggak disekolah lain, tapi yang gue tau, itu bener-bener terjadi disekolah, dikelas gue.
Contohnya gue. Waktu kelas satu SMP, gue sangat menginginkan buat menjadi ketua kelas, dan ternyata gue berhasil. Pertama kali masuk kelas satu, tentunya setelah masa MOPD selesai, wali kelas gue langsung mengadakan pemilihan ketua kelas. Gue, dengan semangatnya, langsung mencalonkan.
Pemilihan diadakan dengan cara pemungutan suara dari setiap siswa-siswi. Suasana cukup tegang saat kertas suara terakhir dibuka... nilai suara gue dan satu temen gue sama. Dan akhirnya... gue pun jadi ketua kelas. Perasaan gue amat sangat senang pada saat itu.
Namun, setelah beberapa minggu menjabat, gue mulai menemukan masalah demi masalah yang didapat seorang ketua kelas.
Gue jadi lebih sering dipanggil ke kantor...
Gue pasti selalu jadi petugas upacara... Awalnya gue sering banget nolak, tapi temen-temen gue langsung pada bilang kalau gue seorang ketua kelas, dan wajib jadi petugas upacara. Sial. Gue nggakbisa ngelak.
Enam bulan kemudian, akhirnya gue mengundurkan diri dari ketua kelas. Dengan alasan, gue udah nggak kuat lagi capek.
------------------------------
Ternyata nasib memang nasib, nasib tidak bisa ditebak, dan yang pasti, nasib bukanlah hansib. Gue kembali menjadi ketua kelas di kelas dua. Yah, semua itu gue terima dengan lapang dada.
GUE, adalah seorang yang pemalu, gue nggak pernah berani maju ke depan papan tulis buat ngerjain soal yang disuruh guru gue. Ada beberapa guru yang nggak gue tau kenapa, di setiap pelajarannya, dia selalu nunjuk gue buat ngerjain soal. I hate that teacher!
Tapi, dengan modal tampang melas dan baju yang kotor seperti gembel, gue pun berhasil menyentuh hati guru tersebut.
"Nggak bisa bu" kata gue sambil menggelengkan kepala.
Dan, tak lama kemudian, guru itu menoleh dan mencari teman gue yang lain.
Ada cerita aneh yang gue alamin sebagai seorang ketua kelas. Entah pengalaman ini hanya di sekolah, atau bahkan dikelas gue aja, tapi ini bener kejadian.
Pada suatu pagi, gue datang ke sekolah. Gue melihat kelas gue yang sangat gelap, ternyata... pada pagi itu lampu kelas gue belum dinyalain.
Gue cek kedalem kelas, ada banyak teman-teman gue sedang membersihkan kelas yang cukup kotor. Gue pun ikut membantu. Tak lama kemudian, gue mencium bau yang tidak sedap dan gue langsung nanya ke temen satu kelas gue, Fikri.
"Lo nyium bau ngga?" tanya gue.
"Iya, itu bau tai kucing dipojok sana" kata Fikri sambil menunjuk kearah pojok kelas.
Tak lama kemudian, temen sekelas gue dateng, namanya Gina. Terjadi percakapan singkat diantara kami berdua yang menimbulkan pertanyaan aneh dibenak gue.
"Giar, bersihin tai kucing noh!" kata Gina.
"Kok gue? yang piket suruh bersihin" kata gue.
"Yang piket gamau"
"Ya gue juga gamau!" gue kesel.
"Lo kan ketua kelas"
*hening*
Timbul-lah satu pertanyaan aneh dibenak gue. Sejak kapan, seorang ketua kelas tugasnya bersihin TAI KUCING? SEJAK KAPAN?
Sebagai ketua kelas, gue merasa gagal.
Gue berpikir... kalau tugas seorang ketua kelas adalah membersihkan tai kucing, gue yakin nggak akan ada orang yang mau jadi ketua kelas. Yap, gue yakin betul!
------------------------------
Oke, kita beralih ke judul dari postingan gue ini. "Dilema Menjadi Ketua Kelas".
Ada satu kejadian pada kelas dua smp, dimana gue masih menjadi ketua kelas. Pada saat itu pukul 08.30, dimana saatnya pergantian jam pelajaran. Sepuluh menit berlalu, dan guru yang seharusnya mengajar pun tak kunjung datang.
Gue ingin memanggil guru, namun beberapa teman gue tidak mengizinkan, bahkan mengancam gue.
Disinilah dilema-nya...
Jadi ketua kelas itu nggak enak. Banget. Disaat-saat seperti itu, dimana saat kita ingin memanggil guru, namun teman kita nggak nge-bolehin, kita punya dua masalah.
Satu
Kalau pada saat itu gue nggak manggil guru, mungkin bisa aja ada guru lain yang dateng ke kelas gue dan ngeliat nggak ada guru. Dia langsung ngomelin gue abis-abisan... karena gue nggak manggil guru.
Dua
Kalau pada saat itu gue manggil guru, dan ternyata gurunya ada, masuk kelas, ngajar selama dua jam. Pas jam istirahat, gue mungkin udah bonyok digebukin sama temen-temen gue.
Gue nggak tau pasti, pengalaman gue itu terjadi juga atau nggak disekolah lain, tapi yang gue tau, itu bener-bener terjadi disekolah, dikelas gue.
Kalo berkenan boleh gan dan nya hehe
anasabila memberi reputasi
1
5.1K
Kutip
18
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan