Sebelumnya terlintas pertanyaan yang harus terjawab oleh agan semua, Kenapa kita harus sekolah??
Sekolah mengambil 8 jam waktu anak tiap harinya, ini adalah 1/3 waktu seharinya dan ½ waktu bangunnya. Bahkan kita sendiri tidak tau untuk apa di sekolah. Tidakkah ini hebat? Pendidikan adalah investasi yang paling menguntungkan. Saya tidak akan berdebat dengan hal itu, tapi tak adakah pendidikan lain yang lebih baik? Apakah hasil yang didapatkan dengan pengorbanan itu setimpal? Mungkin secara materi ya (balik modal) tapi bagaimana dengan hal lain yang dikorbankan (seperti waktu untuk kebersamaan contohnya).
Hmm.. Okelah kita telusuri penyebab kenapa mutu pendidikan kita masih jauh tertinggal dengan negara lain
Spoiler for Penyebab Pertama:
1. MENCONTEK
Siswa menyontek itu biasa terjadi. tapi, guru tidak akan lelah untuk memperingatkannya, Tapi apakah kalian tahu kalau "guru bahkan professor sekalipun juga menyontek" ?
Hindari Mencontek
Mulai dari sekarang belajarlah untuk sama sekali tidak mencontek, Apapun asumsi dari jawabanmu adalah dari pikiranmu sendiri. Jangan takut nilai jelek, bukannya itu malah membuat kita bisa memperbaiki kualitas diri sendiri. Toh kalau nilai bisa di katrol sama guru yak.. Asal kelakuan kita baik
Spoiler for Penyebab Kedua:
2. METODE PERTANYAAN TERBUKA TIDAK DIPAKAI
Salah satu ciri negara Finlandia yang merupakan negara ranking pertama kualitas pendidikannya adalah dalam ujian guru memberkan soal terbuka, siwa boleh menjawab soal dengan membaca buku. Sedangkan Di Indoneisa? tidak mungkin, guru pasti sudah berfikir, "nanti banyak yang nyontek dong," begitu kata seorang guru. Guru Indonesiabelum siap menerapkan ini karena masih kesulitan membuat soal terbuka. Soal terbuka seolah-olah beban berat. Mendingan soal tertutup atau soal pilihan ganda, menilainya mudah, begitu kira-kira alasan guru sekarang.
Ujian dengan Buku Terbuka (Openbook)
Lebihbaik banyak membaca daripada banyak menghafal
Spoiler for Penyebab Ketiga:
3. GURU TIDAK MENANAMKAN SOAL "BERTANYA"
Lihatlah pembelajaran di ruang kelas. Sepertinya sudah diseragamkan. Anak duduk rapi, tangan dilipat di meja, mendengarkan guru menjelaskan. seolah-olah Anak “Dipaksa” mendengar dan mendapatkan informasi sejak pagi sampai siang, belum lagi ada sekolah yang menerapkan Full Days. Anak diajarkan cara menyimak dan mendengarkan penjelasan guru, sementara kompetensi bertanya tak disentuh. Anak-anak dilatih sejak TK untuk diam saat guru menerangkan, untuk mendengarkan guru. Akibatnya Siswa tidak dilatih untuk bertanya. Siswa tidak dibiasakan bertanya, akibatnya siswa tidak berani bertanya. Selesai mengajar, guru meminta anak untuk bertanya. Heninglah suasana kelas. Yang bertanya biasanya anak-anak itu saja. Malah ada aja siswa yang kentut waktu pada diam semua
Mulailah Mengajukan Pertanyaan
Bukannya seorang yang cerdas itu lebih banyak bertanya daripada seorang pintar yang pendiam
Spoiler for Penyebab Keempat:
4. PERATURAN YANG TERLALU MENGIKAT
Ini tentang KTSP, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang seharusnya sekolah memiliki kurikulum sendiri sesuai dengan karakteristiknya. Namun apa yang terjadi? Karena tuntutan RPP, SILABUS yang “membelenggu” kreatifitas guru dan sekolah dalam mengembangkan kekuatannya. Yang terjadi RPP banyak yang jiplakan (bahkan ada lho RPP dijual bebas, siapapun boleh meniru). Padahal RPP seharusnya unik sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Administrasi-administrasi yang “membelenggu” guru, yang menjadikan guru lebih terfokus pada administrator, sehingga guru lupa fungsi utama lainnya sebagai mediator, motivator, akselerator, fasilitator, dan lainnya
Spoiler for Penyebab Kelima:
5. KURANGNYA SARANA BELAJAR
Sebenarnya, perhatian pemerintah itu sudah cukup, namun masih kurang cukup. Pemerintah yang semangat memberikan pelatihan pengajaran yang PAIKEM (dulunya PAKEM) tanpa memberikan pelatihan yang benar-benar memberi dampak dan pengaruh. Malah sebaliknya, pelatihan metode PAIKEM oleh pemerintah dilaksanakan dengan hanya berupa Ocehan belaka
Spoiler for Penyebab Keenam:
6. PEMBELAJARAN DENGAN METODE CERAMAH
Pernahkan kalian eaktu diajar liat guru ngomong, tapi gak tau apa yang dimaksud, ya kalau gurunya cakep sih gak papa gan.. Nah kalau gurunya Maho..
Metode pembelajaran yang menjadi favorit guru mungkin hanya satu, yaitu metode berceramah. Karena berceramah itu mudah dan ringan, tanpa modal, tanpa tenaga, tanpa persiapan yang rumit, Metode ceramah menjadi metode terbanyak yang diapakai guru karena memang hanya itulah metode yang benar-benar di kuasai sebagain besar guru. Pernahkah guru mengajak anak berkeliling sekolahnya untuk belajar ? Pernahkah guru membawa siswanya melakukan percobaan di alam lingkungan sekitar ? Atau pernahkah guru membawa seorang ilmuwan langsung datang di kelas untuk menjelaskan profesinya? mungkin hanya satu alasannya, yaitu Biaya
Spoiler for Penyebab Terakhir:
7. PEMBELAJARAN HANYA PADA BUKU PAKET
Lagi-lagi disuruh beli buku paketlah, LKS lah.. tak taunya gak kepake
Di indonesia telah berganti beberapa kurikulum dari KBK menjadi KTSP. Hampir setiap menteri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum yang baru. Namun adakah yang berbeda dari kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah? TIDAK. Karena pembelajaran di sekolah sejak jaman dulu masih memakai KURIKULUM BUKU PAKET. Sejak era 60-70an, Pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Apapun kurikulumnya, guru hanya mengenal buku paket. Materi dalam buku paketlah yang menjadi “ACUAN” pengajaran guru. Sebagian Guru Tidak pernah mencari sumber refrensi lain sebagai acuan belajar.
Menyontek menurut ane udah jadi budaya gan, ngak hanya dipendidikan menengah sampek atas, diperguruan tinggi pun banyak,,,
-> menurut sudut pandang ane, mahasiswa sekarang lagi berburu akan nilai IPK yang bagus buat melamar kerja nanti, ngak peduli itu kerja hasil mereka sendiri, ato patungan nyontek.. sampek dibela-belain bermuka dua didepan dosen..
CEWEK dan COWOK sama aja...
-> Ane miris liatnya gan, ape cuman gara-gara nilai mereka bela-belain segitunya. . menurut pandangan mereka juga buat nyenengin ortu mereka..(Soalnya dia anak mama), bisanya cuman merengek sama temen-temen biar dibantu buat nilai bagus. (Cuman mau enaknya doang "PICIK") bisa ditebak klo pendidikan seperti ini nantinya gimana..
-> Kesimpulan ane : ane setuju ama TS, Supaya jujur untuk tidak mencontek, dan kita akan tahu nilai yang sebenarnya jelek apa bagus, klo bagus Kita HARUS bersyukur, klo jelek, sebagai motivasi untuk belajar lebih giat lagi dan terus lebih giat lagi, DARIPADA nilai bagus tapi hasil mencontek, mereka akan cepat puas, lama kelamaan mereka akan jatuh dalam kubangan kebodohan mereka sendiri...