- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Unjuk Rasa Meolak Penambangan Besi Cianjur
TS
syakir.muhammad
Unjuk Rasa Meolak Penambangan Besi Cianjur
Aksi unjuk rasa menolak aktivitas penambangan pasir besi yang dilakukan oleh PT. Megatop Inti Selaras di Kampung Cikamurang Desa Sukapura, Kec. Cidaun, Kab. Cianjur, Selasa (26/6/2013) berakhir ricuh. Sejumlah warga mengalami luka terkena lemparan, bahkan dikabarkan dua orang warga terkena tembak pelurus karet.
Keterangan yang berhasil dihimpun menyebutkan, aksi unjuk rasa yang dilakukan ratusan warga dari berbagai wilayah kecamatan di Cianjur selatan itu menolak rencana kegiatan penambangan pasir besi yang dilakukan oleh perusahaan besar PT. Megatop. Mereka kawatir adanya aktivitas penambangan tersebut akan merusak lingkungan.
"Saat ini saja dengan kondisi seperti ini, adanya aktivitas penambangan sejumlah infrastruktur jalan rusak akibat banyaknya kendaraan berat yang lalu lalang mengangkut pasir besi. Apalagi ditambah dengan adanya aktivitas penambangan besar, kondisinya akan semakin parah," kata seorang warga.
Aksi unjuk rasa tersebut semakin memanas, saat perwakilan massa dan pihak perusahaan bernegosiasi dengan berlangsung alot. Massa yang terbakar emosi berupaya melempari aset milik perusahaan. Bahkan sempat terjadi pembakaran terhadap aset milik perusahaan.
Ditengah aksi unjuk rasa yang mendapatkan kawalan ketat dari aparat kepolisian gabungan dari Polsek Cidaun dan Polres Cianjur itu tersiar kabar adanya dua orang warga yang terkena tembak.Warga tersebut dikabarkan terkena tembak peluru karet dibagian dadanya.
"Keduanya dilarikan ke Puskesmas Sindangbarang. Sepertinya terkena tembak peluru karet. Kondisinya sudah membaik setelah mendapatkan perawatan," kata Dian (29) seorang warga.
Tertembaknya warga tersebut juga dibenarkan oleh Camat Cidaun Heli Kuswandi mengatakan, berdasarkan informasi yang didapatnya ada seorang warga yang terkena tembak tersebut bukan pengunjuk rasa. Mereka saat itu sedang melintas dengan mengendarai sepeda motor.
"Ada seorang warga yang diduga terkena tembak, tapi bukan pengunjuk rasa, dia hanya warga yang melintas dengan mengendara sepeda motor. Kebetulan warga tersebut masih saudaraanya anggota trantib kecamatan," kata Heli saat dihubungi melalui telepon.
Menurutnya para pengunjuk rasa tersebut bukan hanya dilakukan oleh warga Cidaun tapi banyak yang berasal dari luar Cidaun. Bahkan ada LSM yang turut mendampingi aksi unjuk rasa itu. "Kalau warga Cidaunnya hanya sedikit, kebanyakan dari luar," paparnya.
Saat ini pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan pihak perusahaan untuk melakukan mediasi dalam mencarikan jalan keluar terkait tuntutan warga terhadap penolakan keberadaan PT. Megatop Inti Selaras selaku pemegang ijin penambangan pasir besi.
"Saya mendapatkan perintah langsung dari pimpinan untuk membantu menyelesaikan masalah Megatop ini dengan warga. Malam ini juga saya tengah berupaya menjalin komunikasi dengan pihak perusahaan untuk mencarikan solusi terbaiknya," kata camat.
Sementara itu pihak kepolisian membantah telah melepaskan peluru karet pada saat terjadi aksi unjuk rasa menolak aktivitas penambangan pasir besi di Kecamatan Cidaun Cianjur selatan itu. Apalagi sampai melukai warga.
Kasat Reskrim Polres Cianjur AKP Gito mengatakan, polisi sempat mengeluarkan tembakan gas air mata karena massa sudah bertindak anarkistis. "Penembakan gas air matapun itu terpaksa karena massa sudah bertindak anarkis," katanya.
Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan (PSDAP) Kabupaten Cianjur, Oting Zaenal Mutaqien mengatakan, keberadaan PT Mega Top Inti Selaras memang selaku pemegang izin usaha pertambangan (IUP) yang pernah dikeluarkan. Penerbitan IUP itu sekitar tahun 2008 lalu atau jauh hari sebelum dikeluarkannya moratorium penambangan pasir besi.
"Saat ini PT Mega Top itu belum beroperasi karenamasih melengkapi sarana dan prasarananya, seperti dermaga dan fasilitas lainnya. Jadi belum ada aktivitas penambangan yang dilakukan oleh PT. Megatop," katanya
Keterangan yang berhasil dihimpun menyebutkan, aksi unjuk rasa yang dilakukan ratusan warga dari berbagai wilayah kecamatan di Cianjur selatan itu menolak rencana kegiatan penambangan pasir besi yang dilakukan oleh perusahaan besar PT. Megatop. Mereka kawatir adanya aktivitas penambangan tersebut akan merusak lingkungan.
"Saat ini saja dengan kondisi seperti ini, adanya aktivitas penambangan sejumlah infrastruktur jalan rusak akibat banyaknya kendaraan berat yang lalu lalang mengangkut pasir besi. Apalagi ditambah dengan adanya aktivitas penambangan besar, kondisinya akan semakin parah," kata seorang warga.
Aksi unjuk rasa tersebut semakin memanas, saat perwakilan massa dan pihak perusahaan bernegosiasi dengan berlangsung alot. Massa yang terbakar emosi berupaya melempari aset milik perusahaan. Bahkan sempat terjadi pembakaran terhadap aset milik perusahaan.
Ditengah aksi unjuk rasa yang mendapatkan kawalan ketat dari aparat kepolisian gabungan dari Polsek Cidaun dan Polres Cianjur itu tersiar kabar adanya dua orang warga yang terkena tembak.Warga tersebut dikabarkan terkena tembak peluru karet dibagian dadanya.
"Keduanya dilarikan ke Puskesmas Sindangbarang. Sepertinya terkena tembak peluru karet. Kondisinya sudah membaik setelah mendapatkan perawatan," kata Dian (29) seorang warga.
Tertembaknya warga tersebut juga dibenarkan oleh Camat Cidaun Heli Kuswandi mengatakan, berdasarkan informasi yang didapatnya ada seorang warga yang terkena tembak tersebut bukan pengunjuk rasa. Mereka saat itu sedang melintas dengan mengendarai sepeda motor.
"Ada seorang warga yang diduga terkena tembak, tapi bukan pengunjuk rasa, dia hanya warga yang melintas dengan mengendara sepeda motor. Kebetulan warga tersebut masih saudaraanya anggota trantib kecamatan," kata Heli saat dihubungi melalui telepon.
Menurutnya para pengunjuk rasa tersebut bukan hanya dilakukan oleh warga Cidaun tapi banyak yang berasal dari luar Cidaun. Bahkan ada LSM yang turut mendampingi aksi unjuk rasa itu. "Kalau warga Cidaunnya hanya sedikit, kebanyakan dari luar," paparnya.
Saat ini pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan pihak perusahaan untuk melakukan mediasi dalam mencarikan jalan keluar terkait tuntutan warga terhadap penolakan keberadaan PT. Megatop Inti Selaras selaku pemegang ijin penambangan pasir besi.
"Saya mendapatkan perintah langsung dari pimpinan untuk membantu menyelesaikan masalah Megatop ini dengan warga. Malam ini juga saya tengah berupaya menjalin komunikasi dengan pihak perusahaan untuk mencarikan solusi terbaiknya," kata camat.
Sementara itu pihak kepolisian membantah telah melepaskan peluru karet pada saat terjadi aksi unjuk rasa menolak aktivitas penambangan pasir besi di Kecamatan Cidaun Cianjur selatan itu. Apalagi sampai melukai warga.
Kasat Reskrim Polres Cianjur AKP Gito mengatakan, polisi sempat mengeluarkan tembakan gas air mata karena massa sudah bertindak anarkistis. "Penembakan gas air matapun itu terpaksa karena massa sudah bertindak anarkis," katanya.
Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pertambangan (PSDAP) Kabupaten Cianjur, Oting Zaenal Mutaqien mengatakan, keberadaan PT Mega Top Inti Selaras memang selaku pemegang izin usaha pertambangan (IUP) yang pernah dikeluarkan. Penerbitan IUP itu sekitar tahun 2008 lalu atau jauh hari sebelum dikeluarkannya moratorium penambangan pasir besi.
"Saat ini PT Mega Top itu belum beroperasi karenamasih melengkapi sarana dan prasarananya, seperti dermaga dan fasilitas lainnya. Jadi belum ada aktivitas penambangan yang dilakukan oleh PT. Megatop," katanya
0
1.1K
2
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan