Quote:
Ratusan eks pedagang asong Stasiun Prujakan Kota Cirebon kembali unjuk kekuatan Kamis (27/6/2013). Selama lebih dari 1 jam, mereka menduduki rel kereta api di pintu perlintasan Krucuk Kota Cirebon pukul 10.00 WIB.
Akibat aksi blokade tersebut, kereta api Argo Dwipangga yang melaju dari arah Gambir menuju Yogyakarta, tertahan lebih dari 30 menit di titik sinyal masuk Stasiun Kejaksan, yang berjarak sekitar 500 meter dari Stasiun Kejaksan.
Kereta Api Argo Dwipangga yang seharusnya masuk Stasiun Kejaksan Kota Cirebon pukul 10.55 WIB, baru masuk pukul 11.27 WIB.
Pengunjukrasa menuntut Daop 3 Cirebon memberikan kehijakan berupa toleransi, agar mereka diberi kesempatan untuk berjualan lagi di Stasiun Parujakan sampai lebaran.
"Setelah lebaran, kami siap untuk melepaskan dengan rela, dan tidak akan lagi menuntut-nuntut untuk berjualan di Stasiun Prujakan," ujar koordinator pedagang asong Naryo Ambon.
Pedagang ikut mengerahkan anak dan cucunya yang masih kecil-kecil untuk ikut unjuk rasa.
Menurut Naryo Ambon, pedagang asong sudah siap ditembak mati sekalipun, untuk memperjuangkan nasibnya.
"Silahkan polisi atau tentara kalau mau tembak mati kami. Kami cuma ingin sekedar berjualan supaya tidak kelaparan," katanya.
Bujukan aparat kepolisian dari Polresta Cirebon agar pengunjukrasa membuka blokade baru berhasil setelah lebih dari 1 jam, aksi blokade.
Dengan berjalan kaki ratusan pedagang melanjutkan aksi unjuk rasa ke kantor Daop 3 Cirebon di Jln. Siliwangi Kota Cirebon.
Petugas keamanan Daop 3 Cirebon, langsung menutup pintu gerbang kantor.
Bahkan gerbang Balaikota Cirebon yang persis bersebelahan dengan kantor Daop 3 Cirebon dan gedung DPRD yang berada persis di depannya, langsung ditutup oleh petugas pamdal.
Di depan kantor Daop 3 Cirebon, mereka kembali berorasi secara bergantian. Dua buah ban bekas dibakar persis di depan dua pintu gerbang kantor Daop 3 Cirebon.
Perwakilan pengunjukrasa akhirnya diterima Vice President PT KA Daop 3 Cirebon, Wawan Ariyanto yang didampingi Manager Humas Sapto Hartoyo.
Naryo Ambon kembali menyampaikan tuntutannya kepada Wawan, agar pedagang diberi kesempatan untuk berjualan lagi hanya sampai lebaran.
"Setelah lebaran, kami semua dengan suka rela tidak akan meminta-minta lagi untuk berjualan di stasiun," katanya.
Dikatakan Naryo, eks pedagang asong Stasiun Prujakan bersikukuh untuk bisa berjualan, karena melihat di stasiun lain juga masih diberi kesempatan.
Namun sampai dengan dialog yang berlangsung panas dan tegang berakhir, tuntutan pedangan tidak dipenuhi.
Wawan Ariyanto dengan dalih instruksi direksi dan tidak ada jaminan pedagang bakal menepati janji, hanya berjualan sampai lebaran, tetap bersikukuh menolak tuntutan pedagang.
"Kami ini kalau ibarat organisasi di pemerintahan desa, hanya Ketua RT yang tidak mungkin melangkapi kewenangan kepala desa," katanya.
Dikatakan dia, upaya penertiban pedagang asong, sebenarnya sudah berlangsung 1,5 tahun lalu. "Namun di Cirebon diundur karena waktu itu ada momen pilwalkot," katanya.
Meski kecewa karena tidak berhasil, ratusan pedagang akhirnya membubarkan diri. Untuk mengantisipasi kemungkinan tawuran dengan Polsuska, aparat kepolisian kemudian mengawal pedagang untuk pulang kembali ke rumahnya. (A-92/A-89)***
Sumber
Gak usah sok membawa nama "WONG CILIK" semua pengguna kereta sudah tahu BRENGSEKNYA tingkah laku kalian, memaksa bangun orang yang lagi tidur plus mematok harga seenak perutnya....
Ngakunya setelah lebaran gak jualan lagi, bisa saja mereka bohong....