- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kata-Kata yang Sudah Jarang Digunakan


TS
putrio77
Kata-Kata yang Sudah Jarang Digunakan

Quote:


Kata-Kata Kuno yang Sudah Jarang Digunakan
Quote:
kata-kata pun ada masanya datang dan ada masanya pula menghilang untuk sementara dari percaturan. Kata-kata ini tak sungguh-sungguh binasa, hanya bersembunyi di balik kerimbunan belantara bahasa hingga suatu saat nanti muncul kembali seperti pertapa yang turun gunung.
Yang pertama kali tercetus dalam pikiran ane adalah kata prei, dalam kamus 'prei' itu di maknai dengan libur, bebas, tidak melakukan sesuatu, sedangkan kalimat untuk pemisalan : Akhirnya bisa preijuga setelah sepekan masuk kerja.
Masih ingatkah kaskuser dengan kata ’gering’? Kata yang sudah sangat jarang digunakan ini bermakna ’sakit yang berkepanjangan’. Orang yang menderita penyakit kronis dan tak kunjung sembuh disebut dengan ’gering’. Orang yang sedang patah hati dan dikiaskan dengan makan nasi terasa seperti sekam juga disebut dengan ’gering’. Lalu ada pula kata ’degil’. Ingat ’degil’ ini tak sama dengan ’dekil’. Degil menyiratkan sifat keras kepala atau kepala batu (obstinate, stubborn). Contoh kalimat: Perangainya yang degil membuat orang segan untuk memberikan nasehat kepadanya.
Kata usang berikutnya adalah
’dawat’ (yang bermakna ’tinta’),
’cawat’ (yang bermakna kain penutup aurat),
’tamasya’ (piknik atau darmawisata) yang banyak dijumpai pada iklan koran tempo dulu dengan judul ’kimpoi tamasya’),
’dangau’ (gubuk kecil di sawah tempat orang menjaga tanaman),
’bilik’ (kamar),
’belanga’ (kuali besar dari tanah liat),
’bejana’ (jambang/ tempat menaruh bunga untuk hiasan; pasu bunga),
’belacan’ (terasi),
’perca’ (potongan kecil dari kain sisa jahitan),
’anai-anai’ (rayap),
’rama-rama’ (kupu-kupu),
’selesma’ (pilek, flu),
’berangus’ (selongsong penutup dari anyaman kulit atau rotan pada moncong anjing supaya tak dapat menggigit),
’sabak’ (papan tulis kecil berbingkai terbuat dari batu tulis),
’telaga’ (danau),
’anak semang’ (anak kos, anak mondok).
'handai tolan' (semua teman, kawan-kawan)
Berpuluh tahun yang lalu, kita sering menjumpai kata-kata seperti
’kelontong’ (barang keperluan sehari-hari seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, gelas),
’lesung’ (lumpang untuk menumbuk padi),
’buah pinggang’ (ginjal),
’kantong nasi’ (lambung),
’air muka’ (wajah),
‘misai‘ (kumis),
’ubi jalar’ (ketela),
’anjing tanah’ (orong-orong),
’ular sendok’ (ular kobra),
’hotel prodeo’ (penjara),
’air belanda’ (soda),
’jeram’ (air terjun),
’kerani’ (pegawai administrasi),
’periuk api’ (granat).
Berapa persenkah dari kata-kata di atas yang masih ada terekam dalam memori Kaskuser? Seperti yang ane utarakan pada awal tulisan ini, tak tertutup kemungkinan kata-kata yang nampaknya sudah uzur ini akan menitis (terlahir kembali) dengan tak diduga-duga. Bahasa memang tak mengenal dan memiliki usia seperti pada manusia penggunanya. Dia bisa muda dalam ketuaannya dan bisa tua dalam kemudaannya
Yang pertama kali tercetus dalam pikiran ane adalah kata prei, dalam kamus 'prei' itu di maknai dengan libur, bebas, tidak melakukan sesuatu, sedangkan kalimat untuk pemisalan : Akhirnya bisa preijuga setelah sepekan masuk kerja.
Masih ingatkah kaskuser dengan kata ’gering’? Kata yang sudah sangat jarang digunakan ini bermakna ’sakit yang berkepanjangan’. Orang yang menderita penyakit kronis dan tak kunjung sembuh disebut dengan ’gering’. Orang yang sedang patah hati dan dikiaskan dengan makan nasi terasa seperti sekam juga disebut dengan ’gering’. Lalu ada pula kata ’degil’. Ingat ’degil’ ini tak sama dengan ’dekil’. Degil menyiratkan sifat keras kepala atau kepala batu (obstinate, stubborn). Contoh kalimat: Perangainya yang degil membuat orang segan untuk memberikan nasehat kepadanya.
Kata usang berikutnya adalah
’dawat’ (yang bermakna ’tinta’),
’cawat’ (yang bermakna kain penutup aurat),
’tamasya’ (piknik atau darmawisata) yang banyak dijumpai pada iklan koran tempo dulu dengan judul ’kimpoi tamasya’),
’dangau’ (gubuk kecil di sawah tempat orang menjaga tanaman),
’bilik’ (kamar),
’belanga’ (kuali besar dari tanah liat),
’bejana’ (jambang/ tempat menaruh bunga untuk hiasan; pasu bunga),
’belacan’ (terasi),
’perca’ (potongan kecil dari kain sisa jahitan),
’anai-anai’ (rayap),
’rama-rama’ (kupu-kupu),
’selesma’ (pilek, flu),
’berangus’ (selongsong penutup dari anyaman kulit atau rotan pada moncong anjing supaya tak dapat menggigit),
’sabak’ (papan tulis kecil berbingkai terbuat dari batu tulis),
’telaga’ (danau),
’anak semang’ (anak kos, anak mondok).
'handai tolan' (semua teman, kawan-kawan)
Berpuluh tahun yang lalu, kita sering menjumpai kata-kata seperti
’kelontong’ (barang keperluan sehari-hari seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, gelas),
’lesung’ (lumpang untuk menumbuk padi),
’buah pinggang’ (ginjal),
’kantong nasi’ (lambung),
’air muka’ (wajah),
‘misai‘ (kumis),
’ubi jalar’ (ketela),
’anjing tanah’ (orong-orong),
’ular sendok’ (ular kobra),
’hotel prodeo’ (penjara),
’air belanda’ (soda),
’jeram’ (air terjun),
’kerani’ (pegawai administrasi),
’periuk api’ (granat).
Berapa persenkah dari kata-kata di atas yang masih ada terekam dalam memori Kaskuser? Seperti yang ane utarakan pada awal tulisan ini, tak tertutup kemungkinan kata-kata yang nampaknya sudah uzur ini akan menitis (terlahir kembali) dengan tak diduga-duga. Bahasa memang tak mengenal dan memiliki usia seperti pada manusia penggunanya. Dia bisa muda dalam ketuaannya dan bisa tua dalam kemudaannya

Spoiler for SUMBER:

Diubah oleh putrio77 28-06-2013 15:58
0
26.8K
Kutip
278
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan