Ditolak 4 Rumah Sakit, Balita Penyakit Muntaber Meninggal Dunia
TS
bagaswara
Ditolak 4 Rumah Sakit, Balita Penyakit Muntaber Meninggal Dunia
Orang tua almarhum Revan Adiyaksa Andi Amir saat menguburkan anaknya yang masih berumur 1,3 tahun di pekuburan Panaiakang, Makassar, (27/6). Revan meninggal karena menderita Muntaber dan 4 rumah sakit di Makassar menolak merawatnya. TEMPO/iqbal lubis
Spoiler for turut berduka:
Nirmawati menunjukkan foto anaknya yang masih berumur 1,3 tahun, Revan Adiyaksa Andi Amir di rumah duka Jalan H Kalla, Makassar, (27/6). Revan harus meninggal karena sakit Muntaber dan 4 rumah sakit di Makassar menolak untuk merawatnya Bayi. TEMPO/iqbal lubis
Spoiler for turut berduka:
Ibu kandung menagis di dekat jenazah Revan Adiyaksa Andi Amir di rumah duka di Makassar, (27/6). Bayi penderita Muntaber berusia 1,3 tahun ini meninggal dunia setelah empat rumah sakit di Kota Makassar menolak untuk merawatnya. TEMPO/iqbal lubis
Spoiler for turut berduka:
Andi Amir ayah kandung almarhum Revan Adiyaksa saat antarkan untuk dikuburkan di Panaiakang, Makassar, (27/6). Revan penderita Muntaber meninggal dunia karena 4 rumah sakit di Makassar menolak untuk merawatnya. TEMPO/iqbal lubis
Spoiler for turut berduka:
Ayah kandung almarhum Revan Adiyaksa Andi Amir menaburkan bungan di makam anaknya di pekuburan Panaiakang, Makassar, (27/6). Revan (1.3 tahun) penderita Muntaber meninggal dunia usai empat rumah sakit di Makassar menolak untuk merawatnya. TEMPO/iqbal lubis
ini kronologis dan alasan yang ane browsing di Internet berdasarkan sudut pandang orang medis-nya:
Pemberitaan dan pencitraan negatif dimedia terus dan terus bermunculan, tanpa mereka sadari wartawan penulis berita semacam ini sebenarnya telah melakukan FITNAH keji krn menulis berita hanya berdasarkan asumsi mereka sendiri tanpa melakukan konfirmasi ataupun mencari data fakta sumber yg jelas.
Dalam tulisan diatas dituliskan bayi revan adhitya usia 1 tahun meninggal dunia karena penyakit muntaber krn ditolak 4 rumah sakit. Judul yg indah sekali bukan utk membentuk opini dimasyarakat bahwa sarana dan tenaga medis di negeri ini terkesan KEJAM.
Tulisan ini bukan pencitraan ataupun pembelaan, namun klo mau disebut pembelaan silahkan saja, krn memang nyatanya kami mau meluruskan apa yg sebenarnya seringkali terjadi dirumah sakit hingga ujungnya selalu saja dibilang MENOLAK pasien. Berikut sedikit analisa “pembelaan” yg kami buat, walaupun kami tak sepandai menulis seperti seorang wartawan tp semoga anda sbg pembaca bisa mencerna dan memahaminya.
1. Bayi Revan, usia sekitar 15 Bulan, masih sangat kecil, imu-imut dan tentu saja daya tahan tubuhnya jg msh sangat lemah, serta rawan utk terserang penyakit. Tubuh bayi pun sekitar 80 % masih terdiri dari cairan sehingga jika sampai kehilangan banyak cairan sangat berbahaya baginya.
2. Bayi Revan, menurut keterangan terserang MUNTABER (muntah dan berak) kalau bahasa medis kita sebut Gastrointestinal Acute atau ada yg menyebutnya Diare Akut, gejalanya biasanya berupa muntah dan BAB cair lbh dari 3 kali jika tidak segera ditangani penderita bisa mengalami dehidrasi/kehilangan cairan yg diklasifikasikan ke dalam dehidrasi ringan, sedang dan berat (yg mengancam jiwa).
3. “Amir menceritakan, anaknya menderita muntaber sejak Selasa. Namun semakin kritis pada Rabu siang. Ia bersama istrinya kemudian membawa ke RS Daya, Makassar. Sempat dirawat beberapa jam, Revan kemudian di rujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo.” Coba disimak baik2 kondisi semakin kritis” >> berarti saat dibawa ke rumah sakit kondisi pasien sudah parah, berarti kt bisa menyimpulkan sementara bahwa anak tersebut kemungkinan besar mengalam ” DIARE AKUT DEHIDRASI BERAT”. Namun entah krn pertimbangan apa krg tahu, knp tidak sejak awal pasien mengalami diare tdk segera dibawa ke rmh sakit.
4. Untuk tindakan diare dehidrasi berat semacam ini apa yg harus dilakukan ?? yaitu penggantian cairan tubuh sesegara mungkin untuk mengganti cairan tubuh yg hilang karena diare dengan pemasangan INFUS dan psang infus pada pasien dehidrasi berat tidak semudah membalikan telapak tangan, krn pembulah darah sudah kolaps/menyempit sehingga terkadang byk tenaga medis yg kesulitan/gagal memasang INFUSnya sehingga memerlukan keahlian khusus yg biasanya dilakukan oleh ahli bedah/ dokter yg terlatih dgn melakukan VENA SECTION. Itulah kenapa rumah sakit pertama “DAYA” barangkali menolak dan merujuknya karena pd rumah sakit tersebut tidak memiliki kemampuan utk merawat pasien tersebut. Klo tidak dirujuk apa akan dibiarkan begitu saja disana tanpa pertolongan yg lbh baik ?? tentu tidak bukan.
5. “Namun, Revan hanya menjalani perawatan selama 1 jam di RS tersebut karena pihak RS menyuruh keluarga korban untuk dipindahkan ke rumah sakit lain. “Saya disuruh cari rumah sakit lain karena alasan kamar penuh,” kata Andi Amir yang mengaku hanya membawa bekal kartu fasilitas Jaminan Kesehatan Daerah.” >> Revan hanya di rawat 1 jam di RS Wahidin Sudirohusodo >> tetap dirawat bukan walau hanya 1 jam dan hanya berbekal kartu JAMKESDA. Pasien tidak membawa uang sepeserpun juga dirawat bukan ?? kalau ada yg blg orang miskin tidak ditolong itu sungguh sebuah FITNAH yg sangat kejam. Revan pun jg dirujuk menggunakan AMBULANCE, dia tidak dibiarkan pergi/diusir begitu saja tanpa didampingi/ tidak mendapatkan pertolongan apapun bukan ?? *Baca bagian bawah artikel vivanews diatas (Revan akhirnya dirawat di ICU)
6. “Dengan pasrah ia kemudian membawa anak bungsunya itu ke RS Ibnu Sina. Dengan alasan sama, yakni kamar penuh, Revan kembali ditolak. Beruntung, karena pihak RS masih melakukan tindakan terhadap Revan meski di atas mobil ambulans.” >> Revan msh ditolong bukan dan diantar dengan ambulance walaupun dia hanya memawa kartu jamkesda ?? dia jg tidak diribeti dgn urusan pembayaran ini itu bukan ?? lalu knp srgkali opini masyrakat blg kalau org miskin tidak dilayani ??
7. Lalu kenapa di RS Ibnu Sina jg dibilang kamar penuh ?? kamar penuh yg dimaksud adalah ICU (intensive care unit ) dimana pasien tersebut harus dirawat dengan benar-benar intensive karena kalau lengah sedikit saja kematian siap menjemput. Itulah yg terjadi pd REVAN, pasien ini memerlukan PROTAP perawatan di ICU atau lbh tepat pada ruang PICU (Perinatal Intensive care Unit) krn kondisi dehidrasi beratnya tapi rumah sakit Ibnu sina dan rs wahidin kemungkinan besar ruang PICU nya terbatas / memang sudah terpakai semua atau memang tidak mempunya ruang PICU. Perlu diketahui utk membangun satu tempat tidur ICU/PICU saja rumah sakit memerlukan biaya yg sangat besar dan dilengkapi alat2 canggih dan tenaga kesehatan yg terlatih sehingga tidak semua rumah sakit bisa menyediakan itu semua. Bahkan rumah sakit yg besar sekalipun biasanya hanya menyediakan 5-10 bed/ tmpt tidur di ICU dan tidak semua memiliki fasilitas ruang PICU. Itulah juga sebabnya kenapa tidak semua rumah sakit memiliki ICU apa lg PICU. Sementara kondisi pasien ini memerlukan perawatan di ICU, krn jika tidak sama saja kita membiarkannya mati secara perlahan tanpa penanganan yg tepat. kalau sudah begitu kita pilih utk di RUJUK ke RS lain atau membiarkannya meninggal di UGD ??
8. “Petualangan orangtua Revan mencari rumah sakit belum berakhir. Ia bersama istrinya, Nirmawati, membawa Revan ke rumah sakit Awal Bross. Lagi-lagi pihak rumah sakit tidak menerima bayi tersebut dan hanya memeriksanya di atas ambulans.” RS awal bross ini setau kami adl RS SWASTA dan tidak semua RS swasta terutama yg baru berdiri memiliki ICU atau memiliki ICU namun jg ruangannya terbatas ataupun memang rs tersebut tdk bekerja sama dgn pemerintah utk melayani pasien JAMKESDA. Makanya pasien tersebut akhirnya hanya diperiksa di Ambulance. >> lalu kenapa akhirnya ditolak juga ?? kembali ke nomor 6 diatas, pasien ini memerlukan perawatan di PICU, jadi percuma saja dia di rawat disana jika fasilitas PICU tidak ada. Namun perlu diingat, dalam proses pengantaran/rujukan pasien ini dengan AMBULANCE, jadi pasien ini tentu saja pastilah sudah mendapat pertolongan pertama dan juga dikawal oleh tenaga medis berpengalaman. Jadi tidak mungkin dibiarkan sendirian cari rumah sakit lain. Itulah ausH menjadi prosedur Rujukan setiap rumah sakit dimanapun anda berada.
9. “Dengan kondisi yang makin kritis, balita kemudian di larikan ke RS Akademis. Sang bayi diterima dan langsung ditangani di ruang ICU. Tapi sayangnya, di RS tersebut, Revan meregang nyawa.” >> Nah rmh sakit inilah akhirnya revan mendapatkan ruang ICU walaupun akhirnya harus meregang nyawa. Bukan karena tidak ditolong, tapi krn memang kondisi pasien terutama anak-anak yg masih sangat lemah sangat berisiko mengalami kematian. >> Apakah teman2 masih ingat beberapa waktu lalu saya pernah sharing tentang permohonan bantuan dana utk merawat pasien anak dgn diare dehidrasi berat di RSIA tegal utk keluarga pasien yg tidak mampu tp anaknya harus dirawat di ICU ??? nah kondisinya hampir sama. Akhirnya pasien di RSIA tegal tersebut kedua putranya meninggal dunia krn penyakit diare akut dehidrasi berat ini. Padahal sudah dirawat di ICU selama lbh dari 1 minggu dan menghabiskan dana yg tidak sedikit. Sama halnya dengan REVAN bukan ? walaupun bapanya tak ada dana dan hanya bawa kartu JAMKESDA tp revan tetap ditolong dan mendapatkan pelayanan yg sama. Apa msh bs disebut org miskin dilarang sakit ??
10. Lalu kenapa diare tidak boleh disepelakan dan bisa menyebabkan kematian ?? Kenapa diare dapat membunuh?
Karena penyakit diare ini menyebabkan kita terus menerus buang air besar yang didominasi dengan dengan banyaknya keluar air, maka cairan didalam tubuh kita terus berkurang sehingga apabila tidak ditangani secara serius maka akan menyebabkan kehilangan cairan tubuh (dehidrasi). Dehidrasi inilah yang dapat menyebabkan kematian terutama kekurangan cairan di organ-organ vital seperti jantung, hati ginjal, paru-paru dan otak. Seperti kita ketahui tubuh kita 70 % adalah cairan, sedangkan pd anak 80-85% tubuh terdiri dari cairan, sehingga saat kita kehilangan banyak cairan dan tidak diganti sesegera mungkin tentu saja fungsi organ tubuh akan sangat terganggu dan kematian mendadak pun dapat secara cepat terjadi.
Original Posted By batu.merah►1. ortu telat bawa, karena mungkin minim pengetahuan atau hal lain ? (dunia pendidikan nech urusannya, kementrinya aja hobi ngubah kurikulum+urusin proyek) kemudian ortu bawa jamkesda.
2. Rs.daya lempar karena alasan = ga bisa nanganin
3. Rs. sudiro = pasien bokek cuma bawa jamkesda, lempar lagi ke rs lain pake ambulan
4. Rs.Ibnu sina = ditolak rs.penuh (udah cek room belom ?) + jamkesda, cuma di tanganin ala kadarnya di ambulan.
5. Rs.Awal bross = di cek ala kadarnya di ambulan + bawa jamkesda.
6. Rs.akademis = diterima tapi meninggal.
mungkin ada kaskuser dokter yang bisa menjelaskan.
turut
Quote:
Original Posted By terongbelanda►Hm... mungkin masayrakat perlu membuka mata dan pikirannya. Apakah merujuk sama dengan menolak? itu jauh berbeda.
Dari yang ada diatas itu bukan menolak, tapi merujuk karena kondisi pasien membutuhkan perawatan di ICU. Kenapa sampai butuh di ICU? anak itu dehidrasi berat! mungkin juga sudah jatuh ke kondisi syok (kondisi di mana terjadi kegagalan memenuhi kebutuhan jaringan ok. kurangnya cairan). Justru kalau tidak dirujuk dan dipaksakan rawat di ruang biasa malah dokternya salah.
APAKAH dokter jaganya salah? tolong ya, dokter jaga itu bukan yang punya rumah sakit! Kalau di rumah sakitnya penuh? dari administrasi menolak? itu dokter mau apa? dia-kan karyawan di sana, pekerja di RS tsb! Suka tidak suka ya harus ikut aturan RS. Cabut ijin praktek dokter tsb? atas kesalahan apa? ia merujuk pasien yang memang seharusnya dirujuk kok, kalau dia masukin ke km. rawat biasa dan meninggal di sana malah dia salah!
Memang dari dulu, masalah ketersediaan ICU ini masalah yang gak ada habis2nya. Pendiriannya mahal sekali, rumah sakit besar macam RS pusat aja paling punya 10-20 bed ICU, RSUD paling gak sampe 10 bed. Sering, mau masuk ICU itu ngantri...karena kurangnya ICU. Terus salah siapa?
SARAN :
1. Untuk pada wartawan, tanpa merendahkan profesi manapun, tolong tulis berita berimbang, setelah fakta dicari. Nulis berita jangan seperti fitnah, kalo dirujuk ya tulis dirujuk, jangan ditulis menolak. Kecuali jika memang wartawan BODREX!
2. Bandingkan judul berikut:
"SEORANG BALITA MENINGGAL SETELAH SEMPAT DITANGANI DAN DIRUJUK KE 4 RS KARENA KRITIS DAN ICU DI 3 RS PENUH"
atau
"SEORANG BALITA PASIEN JAMKESDA MENINGGAL SETELAH DITOLAK DI 4 RS"
Itulah hebatnya wartawan "oknum--a.k.a--bodrek" dalam menyulut emosi publik
3. Sebagai seorang praktisi kesehatan, saya akan sangat senang jika ada yang dapat membuat aplikasi yang dapat memonitor ketersediaan bed/ruang dan terutama ketersediaan ICU/PICU/NICU di suatu wilayah. Akan sangat membantu bagi dokter maupun pasien, tinggal klik, keluar sederet nama RS dan ketersediaan tempat di ICU-nya, lalu tinggal kontak, jalan ke RS tujuan, beres. Gak ada lagi deh yang namanya di ping-pong sana sini.