- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
5 Tempat makan bersejarah di dunia


TS
AyyubTheHero
5 Tempat makan bersejarah di dunia
Quote:
Tidak hanya menyajikan hidangan yang nikmat, tempat-tempat klasik ini adalah jendela menuju masa lalu
Makanan dan minuman bukanlah bintang dari restoran bersejarah ini, meski beberapa di antara tempat makan ini menyajikan steak yang lezat atau pizza nikmat yang layak disandingkan dengan reputasi mereka. Restoran-restoran berikut memadukan aura waktu dan spekulasi tokoh ternama yang mungkin saja pernah duduk di tempat Anda menikmati sajiannya saat ini.
Para pecandu sejarah akan menyukai kejadian-kejadian luar biasa yang terjadi di kafe-kafe dan restoran-restoran ini, namun jika Anda bukan penggemar kisah klasik, Anda masih tetap bisa mengagumi arsitektur dan larut dalam atmosfer tempat-tempat berkarisma berikut.
Spoiler for 1:
Quote:
1. Café Central, Wina
Apa kesaamaan dari diktaktor NAZI Adolf Hitler, tokoh sosialis Vladimir Lenin, pimpinan Tentara Merah Leon Trotsky, dan ahli psikolinguistik Sigmun Freud?
Mereka semua menikmati kopi di Café Central, tempat gagasan revolusioner dikembangkan dan meyebar di antara kaum intelektual Wina saat ini.
Bahkan jika Anda tidak tertarik terhadap sejarah era Perang Dunia, masih ada rak cantik dan mengilap yang dapat membuat Anda berdecak kagum. Di buka pada 1876, Café Central berlokasi di Palais Ferstel, Wina, yang penah menjadi lokasi Vienna Stock Exchange dan Austro-Hungarian National Bank.
Menunya kebanyakan sajian tradisional Austria seperti Wiener Schnitzel, yang berasal dari daging sapi muda yang digoreng dan roti, berbagai kue manis yang memanjakan Anda serta kopi yang merupakan sajian khas kafe ini. Selain itu juga ada surat kabar lokal yang diberikan secara gratis, yang menjadi teman bacaan para intelektual hebat dunia yang menjadi pelanggan di kafe ini.
Kemungkinan saat ini, sulit bagi Anda untuk menemukan Hitler atau tokoh besar lainnya yang menikmati espresso mereka di Café Central. Meski demikian Anda harus bersiap karena ada banyak turis yang singgah di kafe ini.
Apa kesaamaan dari diktaktor NAZI Adolf Hitler, tokoh sosialis Vladimir Lenin, pimpinan Tentara Merah Leon Trotsky, dan ahli psikolinguistik Sigmun Freud?
Mereka semua menikmati kopi di Café Central, tempat gagasan revolusioner dikembangkan dan meyebar di antara kaum intelektual Wina saat ini.
Bahkan jika Anda tidak tertarik terhadap sejarah era Perang Dunia, masih ada rak cantik dan mengilap yang dapat membuat Anda berdecak kagum. Di buka pada 1876, Café Central berlokasi di Palais Ferstel, Wina, yang penah menjadi lokasi Vienna Stock Exchange dan Austro-Hungarian National Bank.
Menunya kebanyakan sajian tradisional Austria seperti Wiener Schnitzel, yang berasal dari daging sapi muda yang digoreng dan roti, berbagai kue manis yang memanjakan Anda serta kopi yang merupakan sajian khas kafe ini. Selain itu juga ada surat kabar lokal yang diberikan secara gratis, yang menjadi teman bacaan para intelektual hebat dunia yang menjadi pelanggan di kafe ini.
Kemungkinan saat ini, sulit bagi Anda untuk menemukan Hitler atau tokoh besar lainnya yang menikmati espresso mereka di Café Central. Meski demikian Anda harus bersiap karena ada banyak turis yang singgah di kafe ini.
Spoiler for 2:
Quote:
2. Shoukeikaku, Jepang
Nikmati santapan layaknya bangsawan Samurai terakhir di Shoukeikaku, kediaman Klan Date (baca: Da-teh) Sendai yang telah berusia satu abad.
Sejarah klan tersebut sudah tidak diragukan lagi, klan ini merupakan keturunan Date Masamune, bangsawan bermata satu yang disegani, yang telah memerintah salah satu di wilayah terkuat Jepang tersebut sejak 400 tahun yang lalu.Dikenal lewat senjatanya yang berwarna hitam dan bulan sabit emas di helmnya, Masamune mengubah sebuah desa nelayan kecil menjadi kota besar di pesisir timur Jepang, Sendai.
Masamune juga di kenal di luar negeri, hal yang tidak umum bagi seorang penguasa Jepang. Dia menggagas pelayaran keliling dunia pertama Jepang, yang berlayar ke timur melintasi Pasifik sebelum melintasi daratan Amerika lalu melintasi Atlantik menuju Eropa. Perjalanan yang dilakukan anak buah Masamune dengan menggunakan kapal layar bergaya Spanyol bernama Date Maru alias San Juan Bautista tersebut telah memantapkan hubungan klan Date dengan Paus di Roma.
Dan tentu saja, Date Masamune kini telah menjadi legenda di videogame, dengan sejumlah karakter atau persenjataan yang menggunakan namanya.
Sejarah Masamune diabadikan di Shoukeikaku, tempat keturunannya kini tinggal setelah era samurai berakhir dan mengharuskan mereka untuk meruntuhkan kastilnya.
Meski desain bangunannya terasa menenangkan di wilayah tentram di luar kota Sendai (40 menit perjalanan dengan menggunakan bus dari Sendai Station), desainnya mengadaptasi era peperangan. Langit-langit yang tinggi memudahkan tombak-tombak untuk dipindahkan ke dalam bangunan, sedangkan salah satu ruang makannya menampilkan sebuah replika baju zirah Masamune yang legendaris
Hidangannya juga menjadi pemikat. Disajikan dalam tansu, kotak makanan kayu yang dipernis, menikmati sajian di Shoukeikaku adalah perjalanan untuk mendapatkan hal baru saat Anda membuka setiap lacinya untuk mendapatkan sashimi, tofu, dan sajian lainnya yang disajikan secara menarik. Gambar di atas adalah bagian dari sajian makan siang murah yang ditawarkan restoran ini, senilai 3.600 yen (sekitar Rp374,5 ribu), hidangan lainnya yang lebih mewah juga tersedia
Nikmati santapan layaknya bangsawan Samurai terakhir di Shoukeikaku, kediaman Klan Date (baca: Da-teh) Sendai yang telah berusia satu abad.
Sejarah klan tersebut sudah tidak diragukan lagi, klan ini merupakan keturunan Date Masamune, bangsawan bermata satu yang disegani, yang telah memerintah salah satu di wilayah terkuat Jepang tersebut sejak 400 tahun yang lalu.Dikenal lewat senjatanya yang berwarna hitam dan bulan sabit emas di helmnya, Masamune mengubah sebuah desa nelayan kecil menjadi kota besar di pesisir timur Jepang, Sendai.
Masamune juga di kenal di luar negeri, hal yang tidak umum bagi seorang penguasa Jepang. Dia menggagas pelayaran keliling dunia pertama Jepang, yang berlayar ke timur melintasi Pasifik sebelum melintasi daratan Amerika lalu melintasi Atlantik menuju Eropa. Perjalanan yang dilakukan anak buah Masamune dengan menggunakan kapal layar bergaya Spanyol bernama Date Maru alias San Juan Bautista tersebut telah memantapkan hubungan klan Date dengan Paus di Roma.
Dan tentu saja, Date Masamune kini telah menjadi legenda di videogame, dengan sejumlah karakter atau persenjataan yang menggunakan namanya.
Sejarah Masamune diabadikan di Shoukeikaku, tempat keturunannya kini tinggal setelah era samurai berakhir dan mengharuskan mereka untuk meruntuhkan kastilnya.
Meski desain bangunannya terasa menenangkan di wilayah tentram di luar kota Sendai (40 menit perjalanan dengan menggunakan bus dari Sendai Station), desainnya mengadaptasi era peperangan. Langit-langit yang tinggi memudahkan tombak-tombak untuk dipindahkan ke dalam bangunan, sedangkan salah satu ruang makannya menampilkan sebuah replika baju zirah Masamune yang legendaris
Hidangannya juga menjadi pemikat. Disajikan dalam tansu, kotak makanan kayu yang dipernis, menikmati sajian di Shoukeikaku adalah perjalanan untuk mendapatkan hal baru saat Anda membuka setiap lacinya untuk mendapatkan sashimi, tofu, dan sajian lainnya yang disajikan secara menarik. Gambar di atas adalah bagian dari sajian makan siang murah yang ditawarkan restoran ini, senilai 3.600 yen (sekitar Rp374,5 ribu), hidangan lainnya yang lebih mewah juga tersedia
Spoiler for 3:
]
Quote:
3. Piazzale Giuseppe Garibaldi, Roma
Beberapa orang mengatakan bahwa tanpa orang ini, Italia tidak akan ada.
Giuseppe Garibaldi dilahirkan pada 1807 dan tampil sebagai komandan militer yang telah bertempur di berbagai penjuru dunia, mulai dari Brazil sampai Uruguay, tembok Roma dan lereng pegunungan Alpen di Eropa.
Ia memimpin tentara Republik Italia yang bertempur melawan Prancis saat Perang Kemerdekaan Italia I, lalu membentuk satuan sukarela yang disebut Hunters of the Alps, mengalahkan Austria dalam sejumlah pertempuran saat Perang Kemerdekaan Italia II.
Ia juga menjadi sukarelawan yang ikut berptempur untuk Presiden Abraham Lincoln dalam Perang Sipil Amerika pada 1860-an, namun dengan syarat perang itu bertujuan untuk menghapuskan perbudakan. Sayangnya keikutsertaannya gagal, ia meninggal di usia tua di pulau Caprera, meski demikian ia menggagas ‘League of Democracy’ yang menuntut hak memilih bagi semua orang, mengurangi hak Gereja terhadap properti, hak-hak terhadap wanita, dan tentara nasional.
Garibaldi diabadikan lewat sebuah patung yang menunggang kuda di Piazzale Giuseppe Garibaldi di Janiculum Hill, Roma. Di bukit itu terbentang tembok kuno yang menjadi tempat bersantai dan menikmati pemandangan. Anda juga bisa membeli pizza al taglioI di toko-toko dekat Trastever dan membawanya untuk dijadikan sajian makan malam saat berpiknik di bangku-bangku batu di alun-alunnya.
Jangan lupa untuk menjelajahi wilayah di sekiktar alun-alunnya dan Anda mungkin berkesempatan untuk melihat patung lainnya, patung di atas adalah salah satu istri Garibaldi, Anita. Ia juga pejuang sekaligus penunggang kuda legendaris. Ia meninggal saat pasukan Italia mundur ketika Perang Kemerdekaan Italia I, untuk menghindari Prancis yang menyerang Roma.
Pastikan untuk menikmati pemandangan matahari terbenam yang cantik di Roma dari Piazzale Giuseppe Garibaldi. Di sebelah timur, di sepanjang Tiber River terbentang pusat kota kuno, dengan Basilika St. Petrus menjulang di bagian barat laut.
Beberapa orang mengatakan bahwa tanpa orang ini, Italia tidak akan ada.
Giuseppe Garibaldi dilahirkan pada 1807 dan tampil sebagai komandan militer yang telah bertempur di berbagai penjuru dunia, mulai dari Brazil sampai Uruguay, tembok Roma dan lereng pegunungan Alpen di Eropa.
Ia memimpin tentara Republik Italia yang bertempur melawan Prancis saat Perang Kemerdekaan Italia I, lalu membentuk satuan sukarela yang disebut Hunters of the Alps, mengalahkan Austria dalam sejumlah pertempuran saat Perang Kemerdekaan Italia II.
Ia juga menjadi sukarelawan yang ikut berptempur untuk Presiden Abraham Lincoln dalam Perang Sipil Amerika pada 1860-an, namun dengan syarat perang itu bertujuan untuk menghapuskan perbudakan. Sayangnya keikutsertaannya gagal, ia meninggal di usia tua di pulau Caprera, meski demikian ia menggagas ‘League of Democracy’ yang menuntut hak memilih bagi semua orang, mengurangi hak Gereja terhadap properti, hak-hak terhadap wanita, dan tentara nasional.
Garibaldi diabadikan lewat sebuah patung yang menunggang kuda di Piazzale Giuseppe Garibaldi di Janiculum Hill, Roma. Di bukit itu terbentang tembok kuno yang menjadi tempat bersantai dan menikmati pemandangan. Anda juga bisa membeli pizza al taglioI di toko-toko dekat Trastever dan membawanya untuk dijadikan sajian makan malam saat berpiknik di bangku-bangku batu di alun-alunnya.
Jangan lupa untuk menjelajahi wilayah di sekiktar alun-alunnya dan Anda mungkin berkesempatan untuk melihat patung lainnya, patung di atas adalah salah satu istri Garibaldi, Anita. Ia juga pejuang sekaligus penunggang kuda legendaris. Ia meninggal saat pasukan Italia mundur ketika Perang Kemerdekaan Italia I, untuk menghindari Prancis yang menyerang Roma.
Pastikan untuk menikmati pemandangan matahari terbenam yang cantik di Roma dari Piazzale Giuseppe Garibaldi. Di sebelah timur, di sepanjang Tiber River terbentang pusat kota kuno, dengan Basilika St. Petrus menjulang di bagian barat laut.
Spoiler for 4:
Quote:
4. Raffles Hotel
Raffles Hotel tampak dipenuhi dengan karisma dan legenda, membuat hampir semua tempat makannya memiliki kisah untuk diceritakan.
Long Bar hotel ini dikenal sebagai tepat kelahiran Singapore Sling, koktail gin dan brandy yang menyegarkan yang menyajikan jus nanas. Menurut kabar yang beredar, minuman itu diciptakan saat peralihan abad ke-20 oleh bartender Ngiam Tong Boon
Tiffin Room, dikabarkan menjadi restoran tertua di Singapura, mengenang kembali tradisi makan siang warga India - Inggris di tempat kerja. Menu di sini menyajikan hidangan nasi dan kari dalam kotak wadah kecil berlogam, sebuah kebiasaan yang sangat sesuai dengan para pekerja India di era kolonial yang tidak bisa pulang ke rumah saat waktu makan siang, namun menyantap makanan yang dibuat istri-istri mereka. Sekarang, Anda akan menemui sendok garpu dan piring yang modern, namun dekorasi restoran, seragam para pelayannya dan bahkan wadah merica dan garamnya dikabarkan tetap mengikuti model aslinya dari era sebelum perang.
Dan mungkin yang paling menarik, Ruangan Bar dan Billiard dikabarkan menjadi saksi dari jasad terakhir harimau liar Singapura yang masih tersisa pada 1902. Diburu dan kemudian punah, mungkin sebuah pertanda bahwa abad ke-20 akan menjadi era yang lebih beradab bagi Kota Singa tersebut, saat negara tersebut meroket menjadi salah satu “Macan ekonomi Asia” di masa depan.
Pengarang ‘Jungle Book’ yaitu Rudyard Kiplling memilih Raffles Hotel dalam perjalanannya ke Singapura, bahkan memberitahukan kepada para pembacanya untuk “bersantap di Raffles” namun memperingatkan mereka untuk “menginap di Hotel de L’Europe.”
Rekan senegaranya yang juga seorang penulis yaitu Somerset Maugham juga membayangkan untuk ketenaran hotel pada awal abad ke-20 tersebut dengan kutipannya: ‘Raffles Dibangun untuk semua dongeng dari wilayah Timur yang eksotik.” Dikabarkan dia selalu bekerja di tempat bersantai favoritnya di bawah pohon frangipani yang berada di Palm Court hotel tersebut.
Dan juga masih banyak lagi daftar tokoh sastrawan terkenal seperti, Joseph Conrad, Ernest Hemingway, Noel Coward, James Michener. Dan sekarang, nama Writer Bar di hotel tersebut dipakai guna menghormati mereka.
Tokoh terkenal lainnya yang juga sering berjalan-jalan di koridor hotel yang bercat putih tersebut, termasuk Charlie Chaplin, John Wayne, dan Jacky Chan.
Namun mungkin yang paling sedikit menarik kisah yang meliputi Raffles Hotel adalah bahwa awalnya hotel ini dibangun di tepi pantai pada 1887 oleh Sarkies bersaudara asal Armenia.
Siapa pun yang pernah ke hotel tersebut bisa mengatakan kepada Anda bahwa di sana tidak ada sedikit pun pemandangan laut.
Misteri tersebut terpecahkan ketika Anda mengetahui bahwa Singapura sudah mereklamasi wilayah pantainya untuk memperluas wilayah daratannya yang sempit. Hotel tersebut sekarang berada lebih dari dua kilometer dari laut.
Raffles Hotel tampak dipenuhi dengan karisma dan legenda, membuat hampir semua tempat makannya memiliki kisah untuk diceritakan.
Long Bar hotel ini dikenal sebagai tepat kelahiran Singapore Sling, koktail gin dan brandy yang menyegarkan yang menyajikan jus nanas. Menurut kabar yang beredar, minuman itu diciptakan saat peralihan abad ke-20 oleh bartender Ngiam Tong Boon
Tiffin Room, dikabarkan menjadi restoran tertua di Singapura, mengenang kembali tradisi makan siang warga India - Inggris di tempat kerja. Menu di sini menyajikan hidangan nasi dan kari dalam kotak wadah kecil berlogam, sebuah kebiasaan yang sangat sesuai dengan para pekerja India di era kolonial yang tidak bisa pulang ke rumah saat waktu makan siang, namun menyantap makanan yang dibuat istri-istri mereka. Sekarang, Anda akan menemui sendok garpu dan piring yang modern, namun dekorasi restoran, seragam para pelayannya dan bahkan wadah merica dan garamnya dikabarkan tetap mengikuti model aslinya dari era sebelum perang.
Dan mungkin yang paling menarik, Ruangan Bar dan Billiard dikabarkan menjadi saksi dari jasad terakhir harimau liar Singapura yang masih tersisa pada 1902. Diburu dan kemudian punah, mungkin sebuah pertanda bahwa abad ke-20 akan menjadi era yang lebih beradab bagi Kota Singa tersebut, saat negara tersebut meroket menjadi salah satu “Macan ekonomi Asia” di masa depan.
Pengarang ‘Jungle Book’ yaitu Rudyard Kiplling memilih Raffles Hotel dalam perjalanannya ke Singapura, bahkan memberitahukan kepada para pembacanya untuk “bersantap di Raffles” namun memperingatkan mereka untuk “menginap di Hotel de L’Europe.”
Rekan senegaranya yang juga seorang penulis yaitu Somerset Maugham juga membayangkan untuk ketenaran hotel pada awal abad ke-20 tersebut dengan kutipannya: ‘Raffles Dibangun untuk semua dongeng dari wilayah Timur yang eksotik.” Dikabarkan dia selalu bekerja di tempat bersantai favoritnya di bawah pohon frangipani yang berada di Palm Court hotel tersebut.
Dan juga masih banyak lagi daftar tokoh sastrawan terkenal seperti, Joseph Conrad, Ernest Hemingway, Noel Coward, James Michener. Dan sekarang, nama Writer Bar di hotel tersebut dipakai guna menghormati mereka.
Tokoh terkenal lainnya yang juga sering berjalan-jalan di koridor hotel yang bercat putih tersebut, termasuk Charlie Chaplin, John Wayne, dan Jacky Chan.
Namun mungkin yang paling sedikit menarik kisah yang meliputi Raffles Hotel adalah bahwa awalnya hotel ini dibangun di tepi pantai pada 1887 oleh Sarkies bersaudara asal Armenia.
Siapa pun yang pernah ke hotel tersebut bisa mengatakan kepada Anda bahwa di sana tidak ada sedikit pun pemandangan laut.
Misteri tersebut terpecahkan ketika Anda mengetahui bahwa Singapura sudah mereklamasi wilayah pantainya untuk memperluas wilayah daratannya yang sempit. Hotel tersebut sekarang berada lebih dari dua kilometer dari laut.
Spoiler for 5:
Quote:
5.Bridge of Ronda, spanyol
Anda hampir bisa mendengar gema teriakan tentara Muslim dan Kristen yang bertempur melalui jalan berbatu-batu yang sempit, atau jeritan “Ole!” dari arena adu banteng terdekat saat matador terkenal berani bertarung dengan jubah merah mereka.
Kota Ronda yang berada di puncak gunung merupakan salah satu situs warisan yang berharga di Andalusia, pusat dari wilayah ujung selatan Spanyol. Sebagai salah satu dari pueblos blancos, atau kota berwarna putih, pemandangan lokasi liburan tersebut dulunya merupakan pos garis depan yang seringkali berpindah tangan antara pasukan Muslim dan Kristen yang menguasai sebagain besar wilayah Spanyol dalam beragam peristiwa bersejarah. Akibat ancaman invasi tersebut, para penduduk Ronda tampaknya memiliki gagasan radikal terkait keamanan domestiknya, dengan membangun sejumlah rumah di atas tebing yang memiliki ketinggian 120 m di ngarai El Tajo.
Pusat kota Ronda berada di Puente Nuevo, atau “Jembatan Baru”, yang secara mengagumkan menghubungkan baik sebagian besar wilayah kota tersebut di seberang ngarai tersebut. Jangan terkecoh dengan nama tersebut, terakhir kali jembatan tersebut dikualifikasikan sebagai hal baru pada abad ke-18, ketika hal tersebut dianggap sebagai keajaiban ilmu teknik di masanya.
Jika Anda memiliki waktu luang, berkunjunglah ke jembatan tersebut termasuk bekas penjara dan ruang tahanan yangberlokasi di dalam struktur itu sendiri
Jadi pesanlah kursi di salah satu dari banyak restoran setempat dekat jembatan tersebut dan segera pesan tapas y cerveca (hidangan makanan ringan dan bir). Banyak dari restoran tersebut memiliki balkon atau beranda dengan pemandangan sisi tebing yang spektakular dari Puente Nuevo dan Sungai Guadalevin yang mengalir ratusan meter di bawahnya.
Lokasi menarik lainnya termasuk arena adu banteng tertua di Spanyol, Pemandian orang Arab dan Gereja Santa Maria la Mayor yang menyembunyikan sisa-sisa sebuah mesjid dari era Muslim.
Berangkat dengan bus ke Ronda dari pusat budaya Sevilla atau resor pinggir pantai di Malaga, selatan Spanyol.
Anda hampir bisa mendengar gema teriakan tentara Muslim dan Kristen yang bertempur melalui jalan berbatu-batu yang sempit, atau jeritan “Ole!” dari arena adu banteng terdekat saat matador terkenal berani bertarung dengan jubah merah mereka.
Kota Ronda yang berada di puncak gunung merupakan salah satu situs warisan yang berharga di Andalusia, pusat dari wilayah ujung selatan Spanyol. Sebagai salah satu dari pueblos blancos, atau kota berwarna putih, pemandangan lokasi liburan tersebut dulunya merupakan pos garis depan yang seringkali berpindah tangan antara pasukan Muslim dan Kristen yang menguasai sebagain besar wilayah Spanyol dalam beragam peristiwa bersejarah. Akibat ancaman invasi tersebut, para penduduk Ronda tampaknya memiliki gagasan radikal terkait keamanan domestiknya, dengan membangun sejumlah rumah di atas tebing yang memiliki ketinggian 120 m di ngarai El Tajo.
Pusat kota Ronda berada di Puente Nuevo, atau “Jembatan Baru”, yang secara mengagumkan menghubungkan baik sebagian besar wilayah kota tersebut di seberang ngarai tersebut. Jangan terkecoh dengan nama tersebut, terakhir kali jembatan tersebut dikualifikasikan sebagai hal baru pada abad ke-18, ketika hal tersebut dianggap sebagai keajaiban ilmu teknik di masanya.
Jika Anda memiliki waktu luang, berkunjunglah ke jembatan tersebut termasuk bekas penjara dan ruang tahanan yangberlokasi di dalam struktur itu sendiri
Jadi pesanlah kursi di salah satu dari banyak restoran setempat dekat jembatan tersebut dan segera pesan tapas y cerveca (hidangan makanan ringan dan bir). Banyak dari restoran tersebut memiliki balkon atau beranda dengan pemandangan sisi tebing yang spektakular dari Puente Nuevo dan Sungai Guadalevin yang mengalir ratusan meter di bawahnya.
Lokasi menarik lainnya termasuk arena adu banteng tertua di Spanyol, Pemandian orang Arab dan Gereja Santa Maria la Mayor yang menyembunyikan sisa-sisa sebuah mesjid dari era Muslim.
Berangkat dengan bus ke Ronda dari pusat budaya Sevilla atau resor pinggir pantai di Malaga, selatan Spanyol.
Quote:
Sorry gan... gan nyertain gambar
soalnya lappy ane ga bias.. gak tau napa
Salam Ayyubthehero


Salam Ayyubthehero

Spoiler for jangan dibuka!:
Diubah oleh AyyubTheHero 27-06-2013 18:54
0
2.4K
Kutip
15
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan