SOLO - Alumnus Fakultas Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) Universitas Sebelas Maret (UNS) Agatha Febriani Anjarsari, beserta empat temannya yang masih mahasiswa juga di FSSR UNS berhasil membuat film semi dokumenter berjudul 'Dari Titik Nol'. Padahal kelima orang tersebut dalam kondisi penyandang tunanetra danlow vision.
"Film berjudul Dari Titik Nol memang sudah diputar secara perdana di Gedung Komunitas Musik dan Film FSSR UNS, kemarin," ungkap Agatha, saat bertemu wartawan di Kantor Humas UNS, Solo, Jawa Tengah, Selasa (25/6/2013).
Agatha bercerita bahwa pembuatan film dokumenter berawal dari dua rekannya di Yayasan Balai Rehabilitasi Sosial Bakti Chandrasa mengambil gambar tentang keseharian dari penyandang tunanetra di yayasan tersebut. Namun tidak lama kemudian muncul ide kenapa tidak dibuat film sekalian.
"Maka kemudian kami berlima yakni Achmad Halim Yulianto, Warsito, Wisnu Fandi Nugroho dan Daniel Yasoda Krisnanova, serta saya sendiri. Kebetulan kami berlima juga sama-sama memiliki keterbatasan dalam hal penglihatan. Bersepakat membuat film dokumenter," jelasnya.
Agatha mengungkapkan bahwa film Dari Titik Nol berdurasi satu jam, karena terbatasnya peralatan yang dimiliki, maka pengambilan gambar hanya menggunakan kamera handphone. Wisnu dan Daniel adalah yang menjadi kameramen.
Keduanya adalah penyandang low vision sehingga masih bisa menangkap gambar yang terekam oleh kamera. Lebih lanjut Agatha mengemukakan, apabila produksi film lazimnya diawali dengan pembuatan naskah. Namun untuk film Dari Titik Nol ini dibuat sebaliknya. Pengambilan gambar terlebih dahulu baru kemudian menggagas scriptdari film serta proses lainnnya.
Saat proses pengambilan gambar, Agatha menyadari bahwa mereka memiliki keterbatasan dalam hal penglihatan. Oleh karena itu, mereka saling bertukar informasi terkait gambar yang dihasilkan. Karena proses pembuatannya dilakukan tidak sekaligus, kata Agatha, karena harus menyelesaikan kuliah, maka dibutuhkan waktu selama satu tahun untuk proses pembuatan film.
"Ke depan, saya memang berharap bisa menghasilkan karya film lain dengan peralatan yang lebih memadai. Paling tidak, memberi bukti bahwa meskipun dalam kondisi kekurangan atau tunanetra, kami bisa berkarya," pungkasnya.
Quote:
Silahkan menyimpulkan sendiri setelah membaca,kalau TS ini sarana motivasi kita ,untuk kita yang panca indranya normal,lihatlah semangat para tunanetra itu..jangan hancurkan impian dengan bermalas-malasan apalagi narkoba.Sekian dari TS