Nasionalisme memegang peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika diibaratkan, nasionalisme merupakan sebuah "landasan" pemikiran dalam mewujudkan rasa kecintaan kita terhadap bangsa dan negara. Nasionalisme berasal dari kata nasional dan "isme". Makna dari "isme" itu sendiri merupakan paham. Suatu paham yang berkapasitas nasional dengan tujuan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan suatu negara.
Mari menganalogkan nasionalisme dengan kata "motivasi". Motivasi banyak didapatkan baik itu dari dalam sendiri ataupun orang lain. Motivasi yang berasal dari dalam sendiri pada umumnya sulit didapatkan namun akan bertahan cukup lama. Bandingkan dengan motivasi dari orang lain, mudah didapatkan namun akan mudah pula motivasi itu hilang. Motivasi dari orang lain biasanya hanya bermodalkan "ikut-ikutan", tidak berasal dari dalam hati. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri, motivasi dari orang lain juga cukup berperan untuk motivasi dari diri sendiri. Namun dalam hal ini, dibutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang cukup rumit karena menggunakan logika hati. Melalui proses yang tidak mudah diterjemahkan oleh bahasa ilmiah, hati menghasilkan sebuah keputusan yang akan menjadi alasan motivasi dari dalam diri sendiri. Alasan inilah yang mungkin akan menimbulkan polemik antara pikiran dan perasaan (dalam hal ini hati). Pikiran sangat tegas mengkotak-kotakkan sebuah dua bagian, yaitu benar dan salah. Namun perasaan lebih fleksibel melihat konteks benar ataupun salah. Perasaan disini mempertimbangkan "sisi lain" yang tidak terpikirkan oleh pikiran. Sisi lain itulah yang biasanya menjadi hal yang dicari-cari dan dibutuhkan, namun harus tertimbun oleh kakunya sebuah logika pikiran. Oleh karena itu, nasionalisme yang dalam hal ini dianalogkan sebagai motivasi hendaknya berawal dari dalam hati. Dengan hati, nasionalisme akan lebih sejalan dengan perkembangan kebutuhan di kehidupan berbangsa dan bernegara ini, karena hati tahu apa yang dibutuhkan dan diperlukan.