- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Waspada Pengemis Pura-Pura Hamil


TS
boeladiegh
Waspada Pengemis Pura-Pura Hamil
Spoiler for Alhamdulillah HT:
Terima kasih kepada Momon Mimin dan agan-agan beserta sista-sista sudah



Spoiler for Terima Kasih Yang Sudah Kasih Ijo sama Abu nya:

Spoiler for Barang Mewah Pengemis di Rumahnya:

Quote:
JAKARTA, PESATNEWS- Sekarang ini banyak modus yang digunakan pengemis demi mengharapkan belas kasihan dari warga ibu kota untuk mendapatkan uang. Mulai dari berpura-pura cacat, memanfaatkan anak-anak untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak, memakai baju compang-camping, hingga berpura-pura sebagai wanita hamil.
Modus terakhir ini tengah marak di wilayah Jakarta Selatan.
"Dari pengaduan masyarakat banyak wanita hamil yang mengemis di perempatan dan pinggir jalan. Makanya kita sebar petugas untuk menertibkannya," ujar Miftahul Huda, Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Selasa (25/6).
Menurut Miftahul, modus ini banyak dipakai oleh pengemis di sekitar kawasan Mampangprapatan. Mereka berpura-pura memiliki kandungan dengan ukuran cukup besar dan meminta sejumlah uang ke pengendara. "Alasannya itu untuk biaya melahirkan, karena sudah masuk bulannya," kata Miftahul.
Selain di daerah Mampangprapatan, kata Miftahul, para PMKS juga banyak beroperasi di daerah Bintaro dan perempatan RS Fatmawati. "Ya, 3 titik itu yang kita jaga ketat dari PMKS. Karena mereka sering beroperasi dengan berbagai modus. Selain sebagai wanita hamil, ada yang mendorong nenek sakit, bahkan ada yang berpura-pura buta," ungkapnya.
Pihaknya, lanjut Miftahul, telah melakukan pengintaian terhadap para pengemis yang menggunakan modus tersebut. Namun saat ditertibkan, pada wanita memiliki perut besar itu bisa berlari dengan cepat.
"Kita kerahkan 8 petugas untuk menangkap perempuan yang berura-pura hamil tersebut. Ternyata larinya cepat, sampai petugas kehilangan jejak," tuturnya.
Untuk itu, Miftahul mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memberikan uang kepada pengemis di jalanan. Warga yang ingin berzakat atau bersedekah, hendaknya menyalurkan melalui lembaga zakat profesional.
"Dengan begitu, pengemis akan berkurang karena tidak ada lagi yang memberi di jalan," pintanya.[ ]
Modus terakhir ini tengah marak di wilayah Jakarta Selatan.
"Dari pengaduan masyarakat banyak wanita hamil yang mengemis di perempatan dan pinggir jalan. Makanya kita sebar petugas untuk menertibkannya," ujar Miftahul Huda, Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Selasa (25/6).
Menurut Miftahul, modus ini banyak dipakai oleh pengemis di sekitar kawasan Mampangprapatan. Mereka berpura-pura memiliki kandungan dengan ukuran cukup besar dan meminta sejumlah uang ke pengendara. "Alasannya itu untuk biaya melahirkan, karena sudah masuk bulannya," kata Miftahul.
Selain di daerah Mampangprapatan, kata Miftahul, para PMKS juga banyak beroperasi di daerah Bintaro dan perempatan RS Fatmawati. "Ya, 3 titik itu yang kita jaga ketat dari PMKS. Karena mereka sering beroperasi dengan berbagai modus. Selain sebagai wanita hamil, ada yang mendorong nenek sakit, bahkan ada yang berpura-pura buta," ungkapnya.
Pihaknya, lanjut Miftahul, telah melakukan pengintaian terhadap para pengemis yang menggunakan modus tersebut. Namun saat ditertibkan, pada wanita memiliki perut besar itu bisa berlari dengan cepat.
"Kita kerahkan 8 petugas untuk menangkap perempuan yang berura-pura hamil tersebut. Ternyata larinya cepat, sampai petugas kehilangan jejak," tuturnya.
Untuk itu, Miftahul mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memberikan uang kepada pengemis di jalanan. Warga yang ingin berzakat atau bersedekah, hendaknya menyalurkan melalui lembaga zakat profesional.
"Dengan begitu, pengemis akan berkurang karena tidak ada lagi yang memberi di jalan," pintanya.[ ]
Dek...bisa tolong bpk, bpk mau pulang gk ada duit anak lagi sakit di rumah
Quote:
MERDEKA.COM. Dengan muka memelas mereka menyusuri jalan-jalan Jakarta yang berdebu. Menadahkan tangan meminta sedekah. Sebagian tampil dengan anggota tubuh tak lengkap, sebagian lagi membawa bayi mungil yang dekil dalam gendongan. Penampilan para pengemis itu mengundang iba. Selembar seribu atau dua ribuan dengan ikhlas direlakan para dermawan untuk mereka.
Benarkah para pengemis yang setiap hari lalu lalang itu hidup menderita? Ternyata tidak semua.
Petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menemukan fakta mengejutkan. Dalam sehari, pengemis di Jakarta bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta.
"Kalau yang segitu biasanya didapat pengemis dengan tingkat kekasihanan yang sangat sangat kasihan. Seperti pengemis kakek-kakek atau ibu-ibu yang mengemis dengan membawa anaknya," ujar Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda saat ditemui di kantornya, Selasa (25/6).
Kemudian, lanjutnya, untuk pengemis dengan tingkat kasihan yang standar atau biasa saja dalam sehari bisa mendapatkan sekitar Rp 450 ribu hingga Rp 500 ribu.
"Itu seperti anak-anak jalanan yang saat mengemis mengandalkan muka memelas," tuturnya.
Satu hari Rp 1 juta, kalikan 30 hari. Pengemis ini bisa dapat Rp 30 juta per bulan. Bermodal perkusi dari tutup botol, anak-anak jalanan mengantongi Rp 12 juta lebih.
Maka silakan bandingkan dengan gaji manajer di Jakarta. Penelusuran merdeka.com, gaji manajer di Jakarta rata-rata berkisar Rp 12 hingga 20 jutaan. Gaji pemimpin cabang sebuah bank rata-rata Rp 16 juta. Sementara Kepala Divisi Rp 20 juta.
Rata-rata butuh waktu sekitar tujuh tahun bagi seorang profesional mencapai level manajer. Tak mudah mencapai posisi itu.
Untuk fresh graduate atau sarjana yang baru lulus dan tak punya pengalaman kerja. Kisaran gajinya Rp 2 juta hingga Rp 3,5 juta. Jika beruntung, ada perusahaan yang mau memberi hingga di atas Rp 4 juta. Tapi sangat jarang.
"Saya kerja jadi teller di bank. Sudah lima tahun, paling bawa pulang Rp 4 juta. Kaget juga dengar pengemis bisa dapet belasan sampai Rp 30 juta," kata Rani, seorang pegawai bank pemerintah saat berbincang dengan merdeka.com.
Luar biasa memang. Gaji seorang manajer kalah oleh pengemis. Teller bank yang selalu tampil cantik dan modis, gajinya hanya sepertiga anak jalanan yang bermodal tampang memelas.
"Karena pendapatan yang terbilang fantastis itulah, para pengemis enggan beralih profesi. Cukup bermodal tampang memelas, tanpa skill apapun mereka bisa dapat uang banyak dengan mudah," kata Miftahul Huda.
Dia menambahkan maraknya pengemis dan gelandangan yang tersebar di Ibukota disinyalir sudah teroganisir. Diduga ada sindikat yang mengatur kelompok pengemis yang kerap mendrop mereka di suatu tempat untuk kemudian 'beroperasi' di wilayah yang telah ditentukan.
"Kita pernah menelusuri ke kampung halamannya. Dan memang nyatanya mereka punya rumah yang bisa dibilang lebih dari cukuplah di kampungnya itu. Itu fakta yang kita dapatkan," jelas Miftahul.
Untuk itu, Miftahul mengimbau kepada masyarakat yang ingin memberikan sumbangan menyalurkan ke tempat yang tepat.
"Dengan menyalurkan ke badan zakat yang resmi, akan disalurkan ke yang berhak menerimanya. Dan secara otomatis ini mengurangi pengemis, karena tidak ada yang mau memberi di jalan," tandasnya.
Benarkah para pengemis yang setiap hari lalu lalang itu hidup menderita? Ternyata tidak semua.
Petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menemukan fakta mengejutkan. Dalam sehari, pengemis di Jakarta bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta.
"Kalau yang segitu biasanya didapat pengemis dengan tingkat kekasihanan yang sangat sangat kasihan. Seperti pengemis kakek-kakek atau ibu-ibu yang mengemis dengan membawa anaknya," ujar Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda saat ditemui di kantornya, Selasa (25/6).
Kemudian, lanjutnya, untuk pengemis dengan tingkat kasihan yang standar atau biasa saja dalam sehari bisa mendapatkan sekitar Rp 450 ribu hingga Rp 500 ribu.
"Itu seperti anak-anak jalanan yang saat mengemis mengandalkan muka memelas," tuturnya.
Satu hari Rp 1 juta, kalikan 30 hari. Pengemis ini bisa dapat Rp 30 juta per bulan. Bermodal perkusi dari tutup botol, anak-anak jalanan mengantongi Rp 12 juta lebih.
Maka silakan bandingkan dengan gaji manajer di Jakarta. Penelusuran merdeka.com, gaji manajer di Jakarta rata-rata berkisar Rp 12 hingga 20 jutaan. Gaji pemimpin cabang sebuah bank rata-rata Rp 16 juta. Sementara Kepala Divisi Rp 20 juta.
Rata-rata butuh waktu sekitar tujuh tahun bagi seorang profesional mencapai level manajer. Tak mudah mencapai posisi itu.
Untuk fresh graduate atau sarjana yang baru lulus dan tak punya pengalaman kerja. Kisaran gajinya Rp 2 juta hingga Rp 3,5 juta. Jika beruntung, ada perusahaan yang mau memberi hingga di atas Rp 4 juta. Tapi sangat jarang.
"Saya kerja jadi teller di bank. Sudah lima tahun, paling bawa pulang Rp 4 juta. Kaget juga dengar pengemis bisa dapet belasan sampai Rp 30 juta," kata Rani, seorang pegawai bank pemerintah saat berbincang dengan merdeka.com.
Luar biasa memang. Gaji seorang manajer kalah oleh pengemis. Teller bank yang selalu tampil cantik dan modis, gajinya hanya sepertiga anak jalanan yang bermodal tampang memelas.
"Karena pendapatan yang terbilang fantastis itulah, para pengemis enggan beralih profesi. Cukup bermodal tampang memelas, tanpa skill apapun mereka bisa dapat uang banyak dengan mudah," kata Miftahul Huda.
Dia menambahkan maraknya pengemis dan gelandangan yang tersebar di Ibukota disinyalir sudah teroganisir. Diduga ada sindikat yang mengatur kelompok pengemis yang kerap mendrop mereka di suatu tempat untuk kemudian 'beroperasi' di wilayah yang telah ditentukan.
"Kita pernah menelusuri ke kampung halamannya. Dan memang nyatanya mereka punya rumah yang bisa dibilang lebih dari cukuplah di kampungnya itu. Itu fakta yang kita dapatkan," jelas Miftahul.
Untuk itu, Miftahul mengimbau kepada masyarakat yang ingin memberikan sumbangan menyalurkan ke tempat yang tepat.
"Dengan menyalurkan ke badan zakat yang resmi, akan disalurkan ke yang berhak menerimanya. Dan secara otomatis ini mengurangi pengemis, karena tidak ada yang mau memberi di jalan," tandasnya.
Spoiler for Pengemis Terkaya Di Indonesia:
Cak To, begitu dia biasa dipanggil. Besar di keluarga pengemis, berkarir sebagai pengemis, dan sekarang jadi bos puluhan pengemis di Surabaya. Dari jalur minta-minta itu, dia sekarang punya dua sepeda motor, sebuah mobil gagah, dan empat rumah. Berikut kisah hidupnya.
Cak To tak mau nama aslinya dipublikasikan. Dia juga tak mau wajahnya terlihat ketika difoto untuk harian ini. Tapi, Cak To mau bercerita cukup banyak tentang hidup dan ”karir”-nya. Dari anak pasangan pengemis yang ikut mengemis, hingga sekarang menjadi bos bagi sekitar 54 pengemis di Surabaya.
Setelah puluhan tahun mengemis, Cak To sekarang memang bisa lebih menikmati hidup. Sejak 2000, dia tak perlu lagi meminta-minta di jalanan atau perumahan. Cukup mengelola 54 anak buahnya, uang mengalir teratur ke kantong.
Sekarang, setiap hari, dia mengaku mendapatkan pemasukan bersih Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Berarti, dalam sebulan, dia punya pendapatan Rp 6 juta hingga Rp 9 juta.
Cak To sekarang juga sudah punya rumah di kawasan Surabaya Barat, yang didirikan di atas tanah seluas 400 meter persegi. Di kampung halamannya di Madura, Cak To sudah membangun dua rumah lagi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk emak dan bapaknya yang sudah renta. Selain itu, ada satu lagi rumah yang dia bangun di Kota Semarang.
Untuk ke mana-mana, Cak To memiliki dua sepeda motor Honda Supra Fit dan sebuah mobil Honda CR-V kinclong keluaran 2004. *** Tidak mudah menemui seorang bos pengemis. Ketika menemui wartawan harian ini di tempat yang sudah dijanjikan, Cak To datang menggunakan mobil Honda CR-V-nya yang berwarna biru metalik. Meski punya mobil yang kinclong, penampilan Cak To memang tidak terlihat seperti ”orang mampu”. Badannya kurus, kulitnya hitam, dengan rambut berombak dan terkesan awut-awutan. Dari gaya bicara, orang juga akan menebak bahwa pria kelahiran 1960 itu tak mengenyam pendidikan cukup. Cak To memang tak pernah menamatkan sekolah dasar.
Dengan bahasa Madura yang sesekali dicampur bahasa Indonesia, pria beranak dua itu mengaku sadar bahwa profesinya akan selalu dicibir orang. Namun, pria asal Bangkalan tersebut tidak peduli. ”Yang penting halal,” ujarnya mantap. Cak To bercerita, hampir seluruh hidupnya dia jalani sebagai pengemis. Sulung di antara empat bersaudara itu menjalani dunia tersebut sejak sebelum usia sepuluh tahun. Menurut dia, tidak lama setelah peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI. Maklum, emak dan bapaknya dulu pengemis di Bangkalan. ”Dulu awalnya saya diajak Emak untuk meminta-minta di perempatan,” ungkapnya. Karena mengemis di Bangkalan kurang ”menjanjikan”, awal 1970-an, Cak To diajak orang tua pindah ke Surabaya. Adik-adiknya tidak ikut, dititipkan di rumah nenek di sebuah desa di sekitar Bangkalan. Tempat tinggal mereka yang pertama adalah di emprean sebuah toko di kawasan Jembatan Merah.
Bertahun-tahun lamanya mereka menjadi pengemis di Surabaya. Ketika remaja, ”bakat” Cak To untuk menjadi bos pengemis mulai terlihat. Waktu itu, uang yang mereka dapatkan dari meminta-minta sering dirampas preman. Bapak Cak To mulai sakit-sakitan, tak kuasa membela keluarga. Sebagai anak tertua, Cak To-lah yang melawan. ”Saya sering berkelahi untuk mempertahankan uang,” ungkapnya bangga. Meski berperawakan kurus dan hanya bertinggi badan 155 cm, Cak To berani melawan siapa pun. Dia bahkan tak segan menyerang musuhnya menggunakan pisau jika uangnya dirampas.
Karena keberaniannya itulah, pria berambut ikal tersebut lantas disegani di kalangan pengemis. ”Wis tak nampek. Mon la nyalla sebet (Kalau dia bikin gara-gara, langsung saya sabet, Red),” tegasnya. Selain harus menghadapi preman, pengalaman tidak menyenangkan terjadi ketika dia atau keluarga lain terkena razia petugas Satpol PP. ”Kami berpencar kalau mengemis,” jelasnya. Kalau ada keluarga yang terkena razia, mau tidak mau mereka harus mengeluarkan uang hingga ratusan ribu untuk membebaskan.
Cak To tergolong pengemis yang mau belajar. Bertahun-tahun mengemis, berbagai ”ilmu” dia dapatkan untuk terus meningkatkan penghasilan. Mulai cara berdandan, cara berbicara, cara menghadapi aparat, dan sebagainya. Makin lama, Cak To menjadi makin senior, hingga menjadi mentor bagi pengemis yang lain. Penghasilannya pun terus meningkat. Pada pertengahan 1990, penghasilan Cak To sudah mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per hari. ”Pokoknya sudah enak,” katanya. Dengan penghasilan yang terus meningkat, Cak To mampu membeli sebuah rumah sederhana di kampungnya. Saat pulang kampung, dia sering membelikan oleh-oleh cukup mewah. ”Saya pernah beli oleh-oleh sebuah tape recorder dan TV 14 inci,” kenangnya.
Saat itulah, Cak To mulai meniti langkah menjadi seorang bos pengemis. Dia mulai mengumpulkan anak buah. Cerita tentang ”keberhasilan” Cak To menyebar cepat di kampungnya. Empat teman seumuran mengikutinya ke Surabaya. ”Kasihan, panen mereka gagal. Ya sudah, saya ajak saja,” ujarnya enteng. Sebelum ke Surabaya, Cak To mengajari mereka cara menjadi pengemis yang baik. Pelajaran itu terus dia lanjutkan ketika mereka tinggal di rumah kontrakan di kawasan Surabaya Barat. ”Kali pertama, teman-teman mengaku malu. Tapi, saya meyakinkan bahwa dengan pekerjaan ini, mereka bisa membantu saudara di kampung,” tegasnya.
Karena sudah mengemis sebagai kelompok, mereka pun bagi-bagi wilayah kerja. Ada yang ke perumahan di kawasan Surabaya Selatan, ada yang ke Surabaya Timur. Agar tidak mencolok, ketika berangkat, mereka berpakaian rapi. Ketika sampai di ”pos khusus”, Cak To dan empat rekannya itu lantas mengganti penampilan. Tampil compang-camping untuk menarik iba dan uang recehan. Hanya setahun mengemis, kehidupan empat rekan tersebut menunjukkan perbaikan. Mereka tak lagi menumpang di rumah Cak To. Sudah punya kontrakan sendiri-sendiri. Pada 1996 itu pula, pada usia ke-36, Cak To mengakhiri masa lajang. Dia menyunting seorang gadis di kampungnya. Sejak menikah, kehidupan Cak To terus menunjukkan peningkatan…
Setiap tahun, jumlah anak buah Cak To terus bertambah. Semakin banyak anak buah, semakin banyak pula setoran yang mereka berikan kepada Cak To. Makanya, sejak 2000, dia sudah tidak mengemis setiap hari. Sebenarnya, Cak To tak mau mengungkapkan jumlah setoran yang dia dapatkan setiap hari. Setelah didesak, dia akhirnya mau buka mulut. Yaitu, Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, yang berarti Rp 6 juta hingga Rp 9 juta per bulan. Menurut Cak To, dia tidak memasang target untuk anak buahnya. Dia hanya minta setoran sukarela. Ada yang setor setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. ”Ya alhamdulillah, anak buah saya masih loyal kepada saya,” ucapnya. Dari penghasilannya itu, Cak To bahkan mampu memberikan sebagian nafkah kepada masjid dan musala di mana dia singgah. Dia juga tercatat sebagai donatur tetap di sebuah masjid di Gresik. ”Amal itu kan ibadah. Mumpung kita masih hidup, banyaklah beramal,” katanya. Sekarang, dengan hidup yang sudah tergolong enak itu, Cak To mengaku tinggal mengejar satu hal saja. ”Saya ingin naik haji,” ungkapnya. Bila segalanya lancar. Sumber
Cak To tak mau nama aslinya dipublikasikan. Dia juga tak mau wajahnya terlihat ketika difoto untuk harian ini. Tapi, Cak To mau bercerita cukup banyak tentang hidup dan ”karir”-nya. Dari anak pasangan pengemis yang ikut mengemis, hingga sekarang menjadi bos bagi sekitar 54 pengemis di Surabaya.
Setelah puluhan tahun mengemis, Cak To sekarang memang bisa lebih menikmati hidup. Sejak 2000, dia tak perlu lagi meminta-minta di jalanan atau perumahan. Cukup mengelola 54 anak buahnya, uang mengalir teratur ke kantong.
Sekarang, setiap hari, dia mengaku mendapatkan pemasukan bersih Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Berarti, dalam sebulan, dia punya pendapatan Rp 6 juta hingga Rp 9 juta.
Cak To sekarang juga sudah punya rumah di kawasan Surabaya Barat, yang didirikan di atas tanah seluas 400 meter persegi. Di kampung halamannya di Madura, Cak To sudah membangun dua rumah lagi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk emak dan bapaknya yang sudah renta. Selain itu, ada satu lagi rumah yang dia bangun di Kota Semarang.
Untuk ke mana-mana, Cak To memiliki dua sepeda motor Honda Supra Fit dan sebuah mobil Honda CR-V kinclong keluaran 2004. *** Tidak mudah menemui seorang bos pengemis. Ketika menemui wartawan harian ini di tempat yang sudah dijanjikan, Cak To datang menggunakan mobil Honda CR-V-nya yang berwarna biru metalik. Meski punya mobil yang kinclong, penampilan Cak To memang tidak terlihat seperti ”orang mampu”. Badannya kurus, kulitnya hitam, dengan rambut berombak dan terkesan awut-awutan. Dari gaya bicara, orang juga akan menebak bahwa pria kelahiran 1960 itu tak mengenyam pendidikan cukup. Cak To memang tak pernah menamatkan sekolah dasar.
Dengan bahasa Madura yang sesekali dicampur bahasa Indonesia, pria beranak dua itu mengaku sadar bahwa profesinya akan selalu dicibir orang. Namun, pria asal Bangkalan tersebut tidak peduli. ”Yang penting halal,” ujarnya mantap. Cak To bercerita, hampir seluruh hidupnya dia jalani sebagai pengemis. Sulung di antara empat bersaudara itu menjalani dunia tersebut sejak sebelum usia sepuluh tahun. Menurut dia, tidak lama setelah peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI. Maklum, emak dan bapaknya dulu pengemis di Bangkalan. ”Dulu awalnya saya diajak Emak untuk meminta-minta di perempatan,” ungkapnya. Karena mengemis di Bangkalan kurang ”menjanjikan”, awal 1970-an, Cak To diajak orang tua pindah ke Surabaya. Adik-adiknya tidak ikut, dititipkan di rumah nenek di sebuah desa di sekitar Bangkalan. Tempat tinggal mereka yang pertama adalah di emprean sebuah toko di kawasan Jembatan Merah.
Bertahun-tahun lamanya mereka menjadi pengemis di Surabaya. Ketika remaja, ”bakat” Cak To untuk menjadi bos pengemis mulai terlihat. Waktu itu, uang yang mereka dapatkan dari meminta-minta sering dirampas preman. Bapak Cak To mulai sakit-sakitan, tak kuasa membela keluarga. Sebagai anak tertua, Cak To-lah yang melawan. ”Saya sering berkelahi untuk mempertahankan uang,” ungkapnya bangga. Meski berperawakan kurus dan hanya bertinggi badan 155 cm, Cak To berani melawan siapa pun. Dia bahkan tak segan menyerang musuhnya menggunakan pisau jika uangnya dirampas.
Karena keberaniannya itulah, pria berambut ikal tersebut lantas disegani di kalangan pengemis. ”Wis tak nampek. Mon la nyalla sebet (Kalau dia bikin gara-gara, langsung saya sabet, Red),” tegasnya. Selain harus menghadapi preman, pengalaman tidak menyenangkan terjadi ketika dia atau keluarga lain terkena razia petugas Satpol PP. ”Kami berpencar kalau mengemis,” jelasnya. Kalau ada keluarga yang terkena razia, mau tidak mau mereka harus mengeluarkan uang hingga ratusan ribu untuk membebaskan.
Cak To tergolong pengemis yang mau belajar. Bertahun-tahun mengemis, berbagai ”ilmu” dia dapatkan untuk terus meningkatkan penghasilan. Mulai cara berdandan, cara berbicara, cara menghadapi aparat, dan sebagainya. Makin lama, Cak To menjadi makin senior, hingga menjadi mentor bagi pengemis yang lain. Penghasilannya pun terus meningkat. Pada pertengahan 1990, penghasilan Cak To sudah mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per hari. ”Pokoknya sudah enak,” katanya. Dengan penghasilan yang terus meningkat, Cak To mampu membeli sebuah rumah sederhana di kampungnya. Saat pulang kampung, dia sering membelikan oleh-oleh cukup mewah. ”Saya pernah beli oleh-oleh sebuah tape recorder dan TV 14 inci,” kenangnya.
Saat itulah, Cak To mulai meniti langkah menjadi seorang bos pengemis. Dia mulai mengumpulkan anak buah. Cerita tentang ”keberhasilan” Cak To menyebar cepat di kampungnya. Empat teman seumuran mengikutinya ke Surabaya. ”Kasihan, panen mereka gagal. Ya sudah, saya ajak saja,” ujarnya enteng. Sebelum ke Surabaya, Cak To mengajari mereka cara menjadi pengemis yang baik. Pelajaran itu terus dia lanjutkan ketika mereka tinggal di rumah kontrakan di kawasan Surabaya Barat. ”Kali pertama, teman-teman mengaku malu. Tapi, saya meyakinkan bahwa dengan pekerjaan ini, mereka bisa membantu saudara di kampung,” tegasnya.
Karena sudah mengemis sebagai kelompok, mereka pun bagi-bagi wilayah kerja. Ada yang ke perumahan di kawasan Surabaya Selatan, ada yang ke Surabaya Timur. Agar tidak mencolok, ketika berangkat, mereka berpakaian rapi. Ketika sampai di ”pos khusus”, Cak To dan empat rekannya itu lantas mengganti penampilan. Tampil compang-camping untuk menarik iba dan uang recehan. Hanya setahun mengemis, kehidupan empat rekan tersebut menunjukkan perbaikan. Mereka tak lagi menumpang di rumah Cak To. Sudah punya kontrakan sendiri-sendiri. Pada 1996 itu pula, pada usia ke-36, Cak To mengakhiri masa lajang. Dia menyunting seorang gadis di kampungnya. Sejak menikah, kehidupan Cak To terus menunjukkan peningkatan…
Setiap tahun, jumlah anak buah Cak To terus bertambah. Semakin banyak anak buah, semakin banyak pula setoran yang mereka berikan kepada Cak To. Makanya, sejak 2000, dia sudah tidak mengemis setiap hari. Sebenarnya, Cak To tak mau mengungkapkan jumlah setoran yang dia dapatkan setiap hari. Setelah didesak, dia akhirnya mau buka mulut. Yaitu, Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, yang berarti Rp 6 juta hingga Rp 9 juta per bulan. Menurut Cak To, dia tidak memasang target untuk anak buahnya. Dia hanya minta setoran sukarela. Ada yang setor setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. ”Ya alhamdulillah, anak buah saya masih loyal kepada saya,” ucapnya. Dari penghasilannya itu, Cak To bahkan mampu memberikan sebagian nafkah kepada masjid dan musala di mana dia singgah. Dia juga tercatat sebagai donatur tetap di sebuah masjid di Gresik. ”Amal itu kan ibadah. Mumpung kita masih hidup, banyaklah beramal,” katanya. Sekarang, dengan hidup yang sudah tergolong enak itu, Cak To mengaku tinggal mengejar satu hal saja. ”Saya ingin naik haji,” ungkapnya. Bila segalanya lancar. Sumber
Spoiler for 7 PENGEMIS TERKAYA DI DUNIA:
Siapa yang menyangka bahwa pendapatan seorang pengemis dapat melebihi pendapatan seorang buruh. Banyak cara digunakan olehnya, mulai dari membuat penampilan lusuh, menggunakan bantuan hewan, anak kecil, bahkan sampai menggunakan penyakit yang dideritanya sendiri, seperti cacat fisik. Kenyataannya pengemis di indonesia saja bisa menghasilkan beberapa juta dalam sebulan. Tapi anda tahu berapa penghasilan yang bisa dihasilkan pengemis di luar negeri dalam sebulan?
Amerika
Amerika adalah negara yang sangat maju, tapi di lain sisi juga banyak yang hidupnya berada di garis kemiskinan. bagi orang-orang seperti itu, mengemis dianggap sebagai cara modern paling efisien untuk menghasilkan wang.
Sebuah pasangan pengemis bernama Jason Pancoast dan Elizabeth Johnson menggambarkan dirinya sebagai 'pengemis kaya'dari Oregon. Pasangan ini bisa menghasilkan $ 30-40.000 dalam setahun hanya dari mengemis. jika sedang sepi, mereka dapat mengumpulkan $ 20 sampai $ 50 sehari, tetapi jika sedang ramai penghasilan harian mereka dapat mencapai $ 300. Bahkan jika sedang beruntung mereka dapat mengumpulkan uang $ 800 dalam sehari!! (kalo dirupiahin sekitar Rp. 7 juta-an). Bayangkan, gaji seorang pengurus di Indonesia saja kalah dengan pengemis.
Australia
Di Sydney, pekerjaan mengemis dilakukan oleh kaum 'homeless'. Seorang pengemis hanya memerlukan duduk selama 16 jam perhari sambil menengadahkan tangannya di kawasan ramai di daerah George and Market Sydney CBD dapat mengumpulkan wang sebanyak $ 400 sehari atau setara Rp. 3 juta-an.
Itu jika sedang beruntung, jika sedang sepi maka ia hanya mendapat $ 175 per hari. Pengemis di sana menabungkan wangnya di bank seminggu sekali.
Cina
Mengemis di sana bukan lagi sebuah cara untuk mendapatkan makan atau bertahan hidup, tetapi sudah menjadi pekerjaan rutin setiap harinya. sebuah survey di cina, setidaknya terdapat 800 orang pengemis di Guangzhou saja. Biasanya pengemis di sana melakukan pekerjaan itu karena sebuah kecacatan atau penyakit yang dideritanya.
Pemasukan harian mereka rata-rata mencapai 20 sampai 100 yuan, atau setara dengan Rp. 30.000-150.000 sehari. Dalam sebulan mereka boleh mendapatkan lebih dari Rp. 4 juta.
Arab
Arab merupakan salah satu negara yang sudah maju. Biasanya pengemis-pengemis disana memanfaatkan moment disaat orang-orang datang ke mesjid untuk sholat. Seorang pengemis muda mengatakan biasanya ia meninggalkan istri dan anak perempuannya di depan mesjid untuk meminta-minta.
dan hal itu memang cukup efisien. dalam sehari ia bisa mengumpulkan wang sebanyak 300 riyal, atau setara Rp. 700-an ribu. dalam sebulan pengemis-pengemis itu mampu mengumpulkan wang lebih dari 15 juta rupiah. bahkan ada seorang pengemis yang tertangkap dan ketahuan menyimpan wangnya sebanyak $ 19.300.. wowwww... itu setara 220 juta rupiah bro..!!
Rusia
Di Moskow, beberapa shelter dan rumah sakit adalah tempat bagi para pengemis. pengemis-pengemis di sana biasanya merupakan orang-orang yang kehilangan pekerjaannya ataupun imigran gelap.
Lebih dari setengahnya merupakan orang-orang yang berusia dibawah 45 tahun. Rata-rata pengemis di sana mendapat 200-300 rubles per jam. berarti dalam sehari mereka dapat mengumpulkan wang sebanyak Rp. 880 ribu (kalo jam kerjanya cm 1o jam lho). Bahkan pendapatan mereka perbulannya dapat mencapai 80.000 rubles, atau setara 23 juta rupiah..!!
Morocco
Seorang pengemis wanita berusia 63 tahun mempunyai tabungan di bank dengan jumlah 320.000 dirham, atau setara dengan Rp. 332 juta!! Dia juga mempunyai perhiasan dan rumah yang bagus. wowww!!!
Menurut sebuah penelitian, 62,4% pengemis disana adalah pengemis-pengemis profesional. Mereka dapat mengumpulkan rata-rata 200 dirham atau setara Rp. 200 ribu dalam sehari. Itupun belum termasuk saat momen-momen tertentu, yang biasanya bisa dapat lebih banyak lagi. Dalam sebulan rata-rata mereka mendapat 6000 dirham (Rp. 6 juta-an).
Indonesia
Wah.. ternyata pemasukan pengemis indonesia cukup tinggi juga.
Cak To, pengemis asal surabaya, punya 2 sepeda motor, sebuah mobil CR-V, dan empat rumah. semua itu didapatkannya dari hasil mengemis!! (Bos pengemis maksudnya).
Ya memang bukan dia sendiri yang meminta-minta. penghasilan yang ia dapat Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, yang berarti Rp 6 juta hingga Rp 9 juta per bulan. Sumber
Amerika
Amerika adalah negara yang sangat maju, tapi di lain sisi juga banyak yang hidupnya berada di garis kemiskinan. bagi orang-orang seperti itu, mengemis dianggap sebagai cara modern paling efisien untuk menghasilkan wang.
Sebuah pasangan pengemis bernama Jason Pancoast dan Elizabeth Johnson menggambarkan dirinya sebagai 'pengemis kaya'dari Oregon. Pasangan ini bisa menghasilkan $ 30-40.000 dalam setahun hanya dari mengemis. jika sedang sepi, mereka dapat mengumpulkan $ 20 sampai $ 50 sehari, tetapi jika sedang ramai penghasilan harian mereka dapat mencapai $ 300. Bahkan jika sedang beruntung mereka dapat mengumpulkan uang $ 800 dalam sehari!! (kalo dirupiahin sekitar Rp. 7 juta-an). Bayangkan, gaji seorang pengurus di Indonesia saja kalah dengan pengemis.
Australia
Di Sydney, pekerjaan mengemis dilakukan oleh kaum 'homeless'. Seorang pengemis hanya memerlukan duduk selama 16 jam perhari sambil menengadahkan tangannya di kawasan ramai di daerah George and Market Sydney CBD dapat mengumpulkan wang sebanyak $ 400 sehari atau setara Rp. 3 juta-an.
Itu jika sedang beruntung, jika sedang sepi maka ia hanya mendapat $ 175 per hari. Pengemis di sana menabungkan wangnya di bank seminggu sekali.
Cina
Mengemis di sana bukan lagi sebuah cara untuk mendapatkan makan atau bertahan hidup, tetapi sudah menjadi pekerjaan rutin setiap harinya. sebuah survey di cina, setidaknya terdapat 800 orang pengemis di Guangzhou saja. Biasanya pengemis di sana melakukan pekerjaan itu karena sebuah kecacatan atau penyakit yang dideritanya.
Pemasukan harian mereka rata-rata mencapai 20 sampai 100 yuan, atau setara dengan Rp. 30.000-150.000 sehari. Dalam sebulan mereka boleh mendapatkan lebih dari Rp. 4 juta.
Arab
Arab merupakan salah satu negara yang sudah maju. Biasanya pengemis-pengemis disana memanfaatkan moment disaat orang-orang datang ke mesjid untuk sholat. Seorang pengemis muda mengatakan biasanya ia meninggalkan istri dan anak perempuannya di depan mesjid untuk meminta-minta.
dan hal itu memang cukup efisien. dalam sehari ia bisa mengumpulkan wang sebanyak 300 riyal, atau setara Rp. 700-an ribu. dalam sebulan pengemis-pengemis itu mampu mengumpulkan wang lebih dari 15 juta rupiah. bahkan ada seorang pengemis yang tertangkap dan ketahuan menyimpan wangnya sebanyak $ 19.300.. wowwww... itu setara 220 juta rupiah bro..!!
Rusia
Di Moskow, beberapa shelter dan rumah sakit adalah tempat bagi para pengemis. pengemis-pengemis di sana biasanya merupakan orang-orang yang kehilangan pekerjaannya ataupun imigran gelap.
Lebih dari setengahnya merupakan orang-orang yang berusia dibawah 45 tahun. Rata-rata pengemis di sana mendapat 200-300 rubles per jam. berarti dalam sehari mereka dapat mengumpulkan wang sebanyak Rp. 880 ribu (kalo jam kerjanya cm 1o jam lho). Bahkan pendapatan mereka perbulannya dapat mencapai 80.000 rubles, atau setara 23 juta rupiah..!!
Morocco
Seorang pengemis wanita berusia 63 tahun mempunyai tabungan di bank dengan jumlah 320.000 dirham, atau setara dengan Rp. 332 juta!! Dia juga mempunyai perhiasan dan rumah yang bagus. wowww!!!
Menurut sebuah penelitian, 62,4% pengemis disana adalah pengemis-pengemis profesional. Mereka dapat mengumpulkan rata-rata 200 dirham atau setara Rp. 200 ribu dalam sehari. Itupun belum termasuk saat momen-momen tertentu, yang biasanya bisa dapat lebih banyak lagi. Dalam sebulan rata-rata mereka mendapat 6000 dirham (Rp. 6 juta-an).
Indonesia
Wah.. ternyata pemasukan pengemis indonesia cukup tinggi juga.
Cak To, pengemis asal surabaya, punya 2 sepeda motor, sebuah mobil CR-V, dan empat rumah. semua itu didapatkannya dari hasil mengemis!! (Bos pengemis maksudnya).
Ya memang bukan dia sendiri yang meminta-minta. penghasilan yang ia dapat Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, yang berarti Rp 6 juta hingga Rp 9 juta per bulan. Sumber
Spoiler for Pendapat Dari Kaskuser:
Quote:
Original Posted By wizkly►Sebenernya ini kayak buah simalakama,. ..klo di bantu takutnya kita cuma di manfaatin, klo gak di bantu takutnya memang orang tersebut benar2 membutuhkan. .
kalau ane yang ane lakukan kalau ada orang yang meminta2 dengan alasan mau melahirkan. mau makan. gak bisa pulang. atau alasan2 lainnya, ane gak kasih uang, tapi ane juga gak lepas tangan, yang ane lakukan adalah memberikan bantuan, kalau dya emang laper blm makan ya tinggal kita ajak makan bareng, ajak ngobrol, kalau dya gak punya ongkos pulang ane biasanya nawarin jasa untuk nganterin orang tsb. . coz ane pernah ngalamain yang namanya keabisan ongkos sampe harus jalan jauh bgt dari pagi sampe sore, udah gitu waktu ntu ane masih smp lagi. . gak ada yang mau nolong, bayangin untuk ngasih segelas air aja gak yg mau bantu, sampe akhirnya pejual rokok pinggir jalan mau ngasih ane aqua gelas, itu rasanya berharga bgt gan, . . .
jadi kalau ada yang minta pertolongan, jangan di tinggalin tapi jangan di kasih uang juga, tawarkan bantuan yang agan bisa kasih, kalau memang dya bener2 butuh dya pasti mau, kalau dya cuma mau nipu nanti juga ketahuan sendiri. .
ane beberapa kali pernah ada yg minta uang untuk ongkos pulang, trus ane tawarin untuk anterin oraong tersebut sampai tujuan, wal hasil karena emang niatnya tuh orang gak bener, udah pasti malah dya kebingungan nyari alesan buat gak di anterin pulang, udah gitu anenya yg agak sedikit maksa mau nganteri dya pulang. .
kalo emang tuh orang butuh bantuan pasti dya mau ane anterin pulang. .
semoga bermanfaat
buat om ts klo berkenan tolong taro di page one ya
thanks
kalau ane yang ane lakukan kalau ada orang yang meminta2 dengan alasan mau melahirkan. mau makan. gak bisa pulang. atau alasan2 lainnya, ane gak kasih uang, tapi ane juga gak lepas tangan, yang ane lakukan adalah memberikan bantuan, kalau dya emang laper blm makan ya tinggal kita ajak makan bareng, ajak ngobrol, kalau dya gak punya ongkos pulang ane biasanya nawarin jasa untuk nganterin orang tsb. . coz ane pernah ngalamain yang namanya keabisan ongkos sampe harus jalan jauh bgt dari pagi sampe sore, udah gitu waktu ntu ane masih smp lagi. . gak ada yang mau nolong, bayangin untuk ngasih segelas air aja gak yg mau bantu, sampe akhirnya pejual rokok pinggir jalan mau ngasih ane aqua gelas, itu rasanya berharga bgt gan, . . .
jadi kalau ada yang minta pertolongan, jangan di tinggalin tapi jangan di kasih uang juga, tawarkan bantuan yang agan bisa kasih, kalau memang dya bener2 butuh dya pasti mau, kalau dya cuma mau nipu nanti juga ketahuan sendiri. .
ane beberapa kali pernah ada yg minta uang untuk ongkos pulang, trus ane tawarin untuk anterin oraong tersebut sampai tujuan, wal hasil karena emang niatnya tuh orang gak bener, udah pasti malah dya kebingungan nyari alesan buat gak di anterin pulang, udah gitu anenya yg agak sedikit maksa mau nganteri dya pulang. .
kalo emang tuh orang butuh bantuan pasti dya mau ane anterin pulang. .
semoga bermanfaat
buat om ts klo berkenan tolong taro di page one ya
thanks
Spoiler for Pendapat Terbanyak:
Quote:
Original Posted By kolortransparan►jangan terlalu sering memberi ke pengemis, mending ke panti asuhan ato ke tempat ibadah aja
Spoiler for Nyang Pake Dalil:
Diubah oleh boeladiegh 28-06-2013 08:50
0
107.6K
Kutip
1.8K
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan