- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Jokowi-Basuki Dari Sudut Pandang Graphology
TS
billy0612
Jokowi-Basuki Dari Sudut Pandang Graphology
Quote:
Hari ini, tepat hari ke-253 pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) memimpin ibu kota Jakarta. Sejauh itu pula, mayoritas masyarakatnya kagum atas kerja keras kedua sosok pemimpin yang tegas dan bersahaja ini.
Sepertinya, kerja keras keduanya selama 8 bulan untuk mengubah Jakarta menjadi lebih baik lagi perlahan-lahan kelihatan. Tampaknya masyarakat Jakarta tidak salah menjatuhkan pilihannya kepada keduanya.
Jika dilihat dari ilmu graphology, yang mempelajari dan menginterprestasi karakter manusia melalui tulisan tangan, Jokowi dan Ahok adalah pasangan yang sangat pas untuk menjadi sosok pemimpin di ibu kota Jakarta.
Setidaknya, itulah yang disampaikan Deborah Dewi, seorang ahli grapholgy, saat berbincang dengan Liputan6 melalui Blackberry Mesengasr. Menurut Dewi, kedua sosok tersebut jago dalam hal diplomasi. Itu semua terlihat dari huruf ‘M’ yang ditulisnya.
“Dia bikin huruf ‘M’, kayak huruf ‘W’, dan bikin huruf ‘N’ kayak huruf ‘U’. Itu namanya unsur Garland,” terang Debo kepada Liputan6, yang ditulis Senin (24/6/2013)
Di mata Debo , Ahok adalah sosok yang piawai dalam menegakkan hukum. Sedangkan Jokowi, dinilai tidak setinggi Ahok standar yang dimilikinya. “Jadi, Ahok yang bikin standar, Jokowi yang ‘ngelus-ngelus’,” terangnya.
Seseorang yang memiliki unsur Garland di tulisannya, tambah Debo, sudah bisa dipastikan orang tersebut sangat piawai dalam diplomasi.
Sangking cocoknya keduanya sosok ini, apabila sampai dipisah, Debo beranggapan akan menjadi menyeramkan.
“Ahok bisa jadi ‘musuh’ bersama. Karena secara content, dia oke. Hanya ‘packaging’-nya belum bisa meng-Indonesia (ngikutin karakteristik stereotype orang Indonesia, maksudnya),” jelas Debo.
Sedangkan untuk sosok Jokowi, dinilai rentan dan gegabah apabila dirinya tanpa didampingi Ahok. “Tapi memang ngeri apabila mereka dipisah,” katanya.
Sewaktu ditanya, apakah Jakarta bakal menjadi kota yang amburadul jika Jokowi tanpa Ahok, meskipun Jokowi sangat sukses ketika memimpin Solo?
Debo pun menjawab, “Apa sih, image pejabat Jakarta di mata rakyat Jakarta? Kalau saya bandingkan dengan tulisan tangan Foke (mantan Gubernur DKI Jakarta) ya, Foke lebih kasar dan hanya akan menganggap orang yang mendukung dia saja,” terangnya lagi.
Selain itu, tambah Debo, kira-kira apa image pejabat Jakarta di mata rakyat Jakarta? Yaitu, arogan, kasar, kotor, korupsi, sok, dan lain-lain.
“Lupakan soal Solo atau Jakarta. Kelebihan Jokohok (Jokowi Ahok) adalah keduanya bukan dari background militer, tapi background sipil. Lebih membumi, kan?” tanya Debo.
Ketika Debo coba melihat karakter masing-masing lebih dekat, Debo menjelaskan bahwa secara karakter, Jokowi adalah sosok pemimpin yang mampu menjawab needs dari rakyat untuk didengar, ditanggapi, dianggap, dan lain-lain.
“Why? Karena dia sensitif sebenarnya. Jadi, dia lebih peka (dilihat dari batang huruf ‘D’ yang ada jambulnya),” jelas Debo.
“Di sisi lain, Ahok adalah orang ‘gila’ yang demi tegaknya norma sosial yang benar, He will do anything. Why? Karena itu menyangkut pride beliau. Jadi, memang ada dorongan harus menegakkan norma sosial yang benar, atau dia akan merasa terhina (dilihat dari batang huruf ‘D’ yang tinggi banget). Ini juga menjawab needs rakyat untuk pemerintahan yang transparan,” pungkasnya
Sepertinya, kerja keras keduanya selama 8 bulan untuk mengubah Jakarta menjadi lebih baik lagi perlahan-lahan kelihatan. Tampaknya masyarakat Jakarta tidak salah menjatuhkan pilihannya kepada keduanya.
Jika dilihat dari ilmu graphology, yang mempelajari dan menginterprestasi karakter manusia melalui tulisan tangan, Jokowi dan Ahok adalah pasangan yang sangat pas untuk menjadi sosok pemimpin di ibu kota Jakarta.
Setidaknya, itulah yang disampaikan Deborah Dewi, seorang ahli grapholgy, saat berbincang dengan Liputan6 melalui Blackberry Mesengasr. Menurut Dewi, kedua sosok tersebut jago dalam hal diplomasi. Itu semua terlihat dari huruf ‘M’ yang ditulisnya.
“Dia bikin huruf ‘M’, kayak huruf ‘W’, dan bikin huruf ‘N’ kayak huruf ‘U’. Itu namanya unsur Garland,” terang Debo kepada Liputan6, yang ditulis Senin (24/6/2013)
Di mata Debo , Ahok adalah sosok yang piawai dalam menegakkan hukum. Sedangkan Jokowi, dinilai tidak setinggi Ahok standar yang dimilikinya. “Jadi, Ahok yang bikin standar, Jokowi yang ‘ngelus-ngelus’,” terangnya.
Seseorang yang memiliki unsur Garland di tulisannya, tambah Debo, sudah bisa dipastikan orang tersebut sangat piawai dalam diplomasi.
Sangking cocoknya keduanya sosok ini, apabila sampai dipisah, Debo beranggapan akan menjadi menyeramkan.
“Ahok bisa jadi ‘musuh’ bersama. Karena secara content, dia oke. Hanya ‘packaging’-nya belum bisa meng-Indonesia (ngikutin karakteristik stereotype orang Indonesia, maksudnya),” jelas Debo.
Sedangkan untuk sosok Jokowi, dinilai rentan dan gegabah apabila dirinya tanpa didampingi Ahok. “Tapi memang ngeri apabila mereka dipisah,” katanya.
Sewaktu ditanya, apakah Jakarta bakal menjadi kota yang amburadul jika Jokowi tanpa Ahok, meskipun Jokowi sangat sukses ketika memimpin Solo?
Debo pun menjawab, “Apa sih, image pejabat Jakarta di mata rakyat Jakarta? Kalau saya bandingkan dengan tulisan tangan Foke (mantan Gubernur DKI Jakarta) ya, Foke lebih kasar dan hanya akan menganggap orang yang mendukung dia saja,” terangnya lagi.
Selain itu, tambah Debo, kira-kira apa image pejabat Jakarta di mata rakyat Jakarta? Yaitu, arogan, kasar, kotor, korupsi, sok, dan lain-lain.
“Lupakan soal Solo atau Jakarta. Kelebihan Jokohok (Jokowi Ahok) adalah keduanya bukan dari background militer, tapi background sipil. Lebih membumi, kan?” tanya Debo.
Ketika Debo coba melihat karakter masing-masing lebih dekat, Debo menjelaskan bahwa secara karakter, Jokowi adalah sosok pemimpin yang mampu menjawab needs dari rakyat untuk didengar, ditanggapi, dianggap, dan lain-lain.
“Why? Karena dia sensitif sebenarnya. Jadi, dia lebih peka (dilihat dari batang huruf ‘D’ yang ada jambulnya),” jelas Debo.
“Di sisi lain, Ahok adalah orang ‘gila’ yang demi tegaknya norma sosial yang benar, He will do anything. Why? Karena itu menyangkut pride beliau. Jadi, memang ada dorongan harus menegakkan norma sosial yang benar, atau dia akan merasa terhina (dilihat dari batang huruf ‘D’ yang tinggi banget). Ini juga menjawab needs rakyat untuk pemerintahan yang transparan,” pungkasnya
Kalau Berkenan, Jangan Lupa
Jika Suka boleh nimpuk
Jika Suka boleh nimpuk
0
3.1K
Kutip
14
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan