inilah..com, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (1/5/2013) diprediksi melemah. Pasar berekspektasi anjloknya data ekspor Indonesia.

Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, potensi pelemahan rupiah Rabu ini salah satunya dipicu oleh pasar yang masih mencemaskan data yang dirilis di dalam negeri hari ini. Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data ekspor-impor.

Menurut Christian, pasar cemas laju pertumbuhan ekspor kembali turun -6,10% dibandingkan bulan sebelumnya -4,50% (year on year). "Karena itu, rupiah berpeluang melemah dalam kisaran 9.760 hingga 9.712 per dolar AS,” katanya kepada inilah..com.

Kondisi itu, lanjut dia, akan mengangkat kekhawatiran pasar atas defisit neraca berjalan seiring laju ekspor yang kembali tertekan. Apalagi, defisit neraca perdagangan diprediksi membengkak dari -0,33% menjadi -0,25%.

Sementara itu, data inflasi April sudah diprediksi masih menunjukkan estimasi yang cukup terkontrol menjadi 5,69% (year on year) untuk April 2013 dibandingkan bulan Maret 5,90%. "Karena itu, Rabu ini rupiah masih berpotensi melemah dengan kisaran yang melebar seirng rilis data inflasi, dan ekspor-impor," tandas dia.

Kecuali, kata Christian, jika pasar mendapatkan kejutan positif dari data ekspor-impor nanti siang jika dirilis lebih bagus dibandingkan estimasi. "Jika sesuai estimasi, kemungkinan sentimen akan kembali negatif," ungkap dia.

Apalagi, lanjutnya, Plt Menteri Keuangan Hatta Rajasa menyatakan bahwa pemerintah masih cukup nyaman dengan rupiah di level 9.600 hingga 9.800 per dolar AS. "Jika terjadi pelemahan rupiah Rabu ini, belum akan diintervensi oleh BI keculai jika tembus 9.800," tuturnya.

Begitu juga dengan soal harga BBM bersubsidi yang juga memberi risiko tertekannya rupiah. "Sebab, pemerintah tidak jadi mengeluarkan dua jenis harga BBM melainkan satu harga untuk dinaikkan ke Rp6.500. Ini tinggal menunggu persetujuan DPR untuk konpensasi terhadap rakyat miskin," papar dia.

Jika konpensasinya disetujui, penaikan harga BBM akan diimplemntasikan. "Untuk jangka pendek mungkin akan negatif karena akan memicu kenaikan harga pangan sehingga akan memicu respon kebijakan moneter yang baru. Tapi, ini akan positif untuk jangka panjang demi kesehatan fiskal," timpal Christian.

Dari eksternal, kata dia, pasar akan fokus pada Federal Open Market Committee (FOMC) Kamis (2/5/2013) dinihari. Nanti malam, indeks manufaktur AS sudah diprediksi kembali turun ke 51 dari sebelumnya 51,3. "Ini akan jadi tekanan negatif bagi dolar AS," ucapnya.

Hanya saja, jika terjadi sentimen risk aversion (pengalirah risiko) justru akan memicu penguatan dolar AS. Apalagi, secara global tampak perlambatan ekonomi seprti China, Eropa, dan AS. "Secara keseluruhan justru memciu aliran dana ke mata uang yang dianggap aman, yaitu dolar AS," imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (30/4/2013) ditutup melemah tipis 2 poin (0,02%) ke 9.720/9.725.

[URL="http://www.inilah..com/read/detail/1984159/pasar-cemaskan-data-ekspor-impor"][B][color=blue]SUMBER[/color][/B][/URL]

Komeng Bermutu dari Agan:



Mantap Kantor, Agan!
Btw bergerak dibidang apa kantor Agan?