- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
My Lawyer, My Contract, My Husband and The Weird Boy


TS
arliandiani
My Lawyer, My Contract, My Husband and The Weird Boy
CHAPTER ONE
Lourine menatap tajam pada Paul, suaminya. Wanita berusia 29 tahun itu tengah mencari-cari apa yang ada di dalam benak pria yang telah 4 tahun bersamanya mengarungi rumah tangga yang bisa dibilang tanpa pemikiran matang itu. Lourine mengenal Paul di akun Facebooknya. Laki-laki yang mengaku berprofesi sebagai seorang dokter ini sering mengirimi pesan atau lebih tepatnya saran pada Lourine yang saat itu tengah dalam program diet guna menjadikan tubuhnya proporsional. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi syarat menjadi seorang sekretaris yang ia lihat pada iklan lowongan pekerjaan di salah satu koran ternama di kotanya, Matram. Ibu kota negara bagian Kombol yang berupa pulau kecil dengan hamparan eksotika dunia. Pantai, pegunungan, hutan dan tempat wisata lainnya yang terdapat di pulau ini menjadi destination liburan para pelancong. Baik bagi mereka yang berdomisili di Kombol atau out of this area. Setiap orang yang pernah mengunjungi pulau ini pasti tak akan pernah mau melewatkan masa libur mereka untuk menginjakkan kaki lagi di tanah ini.
" Kau pikir aku tidak tahu kalau kau berselingkuh dengan partner kerjamu yang juga dokter itu" Lourine mulai kehilangan kesabaran. Sejak mereka duduk di beranda kamar sekitar setengah jam yang lalu, Paul tidak mengatakan apapun. Ia hanya diam, memainkan pulpennya. Sebuah tanda ia sedang bingung. " Aku sudah mengamati kelakuanmu selama 2 bulan terakhir ini. Kamu selalu saja pulang terlambat. Dari kemejamu tercium bau perfume wanita. Entah sejak kapan kamu doyan dengan bau perfume yang menyengat itu. Sementara kamu selalu saja protes kepadaku jika aku menggunakan perfume selain yang beraroma soft Jasmine. Yang lebih parahnya lagi, hari ini aku menemukan noda lipstick di jas doktermu. Kalau ku tahu kamu akan menduakanku, aku tidak akan pernah memintamu untuk menikahiku." Lourine mengambil jeda" Memang benar kata orang tua dulu. Pria lah yang seharusnya melamar seorang wanita. Bukan seperti yang aku lakukan kepadamu."
" Tak selamanya wangi perfume wanita yang ada di pakaian laki-laki seorang wanita adalah wanita idaman lainnya. Khususnya bagi aku yang berprofesi sebagai seorang dokter yang setiap saat berinteraksi dengan banyak orang. Entah itu pasien, keluarganya, rekan bisnisku, atau kolega-kolegaku yang lain. Begitu pula dengan noda lipstick" Tepis Paul "Dan untuk perkara aku melarangmu menyemprotkan perfume yang menyengat di pakaianmu, karena aku tidak ingin lelaki lain menggodamu atau hanya sekedar melirik ke arahmu. Aku ingin menjagamu dari para hidung belang yang menjamur."
Lourine terdiam mendengar perkataan Paul. Benarkah? atau semua ini hanyalah rayuan Paul untuk membuat dirinya percaya.
" Lantas apa yang akan kau lakukan jika aku memang berselingkuh?. Mengugat cerai aku dan mengorbankan 4 tahun kebersamaan kita. Aku tidak akan menolak apapun yang akan kau lakukan. Namun perlu kutegaskan dear, aku tidak akan menyangkal ataupun mengakui kalau aku bermain di belakangmu".
“ Kalau begitu kita bercerai”
" Let's do it dear".
Lourine terperangah. Ia tak menyangka Paul akan semudah itu menyetujui keputusannya. Ia berharap suaminya menolak dan bersikeras menentang perceraian yang ia ajukan. Bukan seperti ini. Sikap Paul benar-benar membuat Lourine bingung dan berprasangka lebih buruk. Bahwa sesungguhnya Paul tengah bermain serong dengan wanita lain. Bagaimana mungkin seorang pria yang mencintai istrinya, tidak melakukan defence apapun ketika sang istri menggugat cerai. So suspicious. Kecuali ia memiliki alasan yang kuat untuk melakukan itu semua. And the strongest reason is ia telah bosan dengan istrinya. Dengan kata lain ia telah menemukan wanita idaman lain di luaran sana.
“ Kamu sungguh-sungguh ingin bercerai denganku Hon?” Tanya Lourine ragu. Ia sengaja menambahkan kata Hon, panggilan sayangnya untuk Paul, agar suaminya itu menyadari bahwa ia tak sungguh-sungguh dengan ucapannya. Hanya emosi sesaat. Seharusnya Paul memahami itu. Ia tak ingin bercerai. Seumur hidupnya Lourine ingin menghabiskan waktu dengan Paul. Menghadiri upacara kelulusan dan merayakan pesta pernikahan anak-anak mereka kelak. Yah, walaupun sampai saat ini mereka belum memiliki momongan.
“ Bukankah aku sudah memberitahumu dear, bahwa aku tak akan keberatan jika kamu menuntut cerai” Paul meletakkan pulpennya. Menyeruput kopi pahit yang disajikan oleh Ester, pembantunya.
“ Berikan aku alasan mengapa kamu ingin bercerai dariku”
“ Aneh kamu dear. Tadi kamu sendiri yang bilang kalau aku selingkuh dengan rekan dokterku. Apa alasan itu masih belum cukup?.” Tanya paul menggoda. Menyeruput lagi kopinya.
“ Jadi benar kamu selingkuh? Kenapa Paul? Kenapa?”. Pekik Lourine. Rasanya seluruh tubuhnya lemas. Tak pernah ia sangka, kecurigaanya berbuntut pada kebenaran. Paul berselingkuh.
“ Maybe”
“ Apa maksudmu dengan maybe Hon?. Apa aku sudah tidak mampu mengimbangi karirmu yang semakin menanjak? Atau karena sampai saat ini aku masih belum bisa memberikan anak yang kau idam-idamkan?”. Lourine terus bertanya. Memutar otaknya untuk mencari alasan-alsan possible yang membuat Paul tak ingin mempertahankan pernikahan mereka.
“ Alasan-alasan yang kamu utarakan terlalu dangkal untukku menceraikanmu. Aku bukan laki-laki picik yang akan bercerai karena hal-hal yang bisa diperbaiki dan diusahakan seperti itu. Aku hanya tak ingin terus membohongimu, Lour. Sudah cukup rasanya waktu 4 tahun untukku mencintaimu, hidup bersamamu, dan berbagi rasa denganmu. Sudah terlalu lama aku menikmati menghapus air matamu ketika engkau tengah terpuruk. Membelai lembut tiap helai rambutmu yang beraroma bayi. Mendengar celotehanmu yang riang. Aku pikir ini saatnya untuk mengakhiri semua. Aku tidak akan sanggup kehilanganmu jika terus bersamamu”. Paul terdiam sejenak.” Sudah cukup bagiku untuk menghianati dirimu dear”. Lanjutnya lemah.
Paul melangkah ke arah Lourine. Memeluk wanita yang terlihat sangat bingung itu dengan penuh kasih. Mencium ubun-ubun kepalanya dengan sangat lembut.
“ Jangan bicarakan hal ini lagi. Besok temui pengacaramu, agar ia segera mengurus surat gugatan ceraimu ke pengadilan.”
Paul melepas pelukannya. Melangkah pergi ke ruang kerjanya, tanpa memberi Lourine kesempatan sedikitpun untuk bertanya lebih banyak.
“ Lourine already shouted the divorce out. Sorry for waiting so long. I have tried my best. Hope you really know my true feeling. Don’t be angry again ok!. Deep Love.”
( Laurine sudah melontarkan kata cerai. Maaf telah membuatmu dalam penantian panjang. Aku sudah mencoba melakukan yang terbaik. Semoga kau mengetahui perasaanku yang sebenarnya. Jangan marah lagi, OK!. Aku mencintaimu).
Lourine menatap tajam pada Paul, suaminya. Wanita berusia 29 tahun itu tengah mencari-cari apa yang ada di dalam benak pria yang telah 4 tahun bersamanya mengarungi rumah tangga yang bisa dibilang tanpa pemikiran matang itu. Lourine mengenal Paul di akun Facebooknya. Laki-laki yang mengaku berprofesi sebagai seorang dokter ini sering mengirimi pesan atau lebih tepatnya saran pada Lourine yang saat itu tengah dalam program diet guna menjadikan tubuhnya proporsional. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi syarat menjadi seorang sekretaris yang ia lihat pada iklan lowongan pekerjaan di salah satu koran ternama di kotanya, Matram. Ibu kota negara bagian Kombol yang berupa pulau kecil dengan hamparan eksotika dunia. Pantai, pegunungan, hutan dan tempat wisata lainnya yang terdapat di pulau ini menjadi destination liburan para pelancong. Baik bagi mereka yang berdomisili di Kombol atau out of this area. Setiap orang yang pernah mengunjungi pulau ini pasti tak akan pernah mau melewatkan masa libur mereka untuk menginjakkan kaki lagi di tanah ini.
" Kau pikir aku tidak tahu kalau kau berselingkuh dengan partner kerjamu yang juga dokter itu" Lourine mulai kehilangan kesabaran. Sejak mereka duduk di beranda kamar sekitar setengah jam yang lalu, Paul tidak mengatakan apapun. Ia hanya diam, memainkan pulpennya. Sebuah tanda ia sedang bingung. " Aku sudah mengamati kelakuanmu selama 2 bulan terakhir ini. Kamu selalu saja pulang terlambat. Dari kemejamu tercium bau perfume wanita. Entah sejak kapan kamu doyan dengan bau perfume yang menyengat itu. Sementara kamu selalu saja protes kepadaku jika aku menggunakan perfume selain yang beraroma soft Jasmine. Yang lebih parahnya lagi, hari ini aku menemukan noda lipstick di jas doktermu. Kalau ku tahu kamu akan menduakanku, aku tidak akan pernah memintamu untuk menikahiku." Lourine mengambil jeda" Memang benar kata orang tua dulu. Pria lah yang seharusnya melamar seorang wanita. Bukan seperti yang aku lakukan kepadamu."
" Tak selamanya wangi perfume wanita yang ada di pakaian laki-laki seorang wanita adalah wanita idaman lainnya. Khususnya bagi aku yang berprofesi sebagai seorang dokter yang setiap saat berinteraksi dengan banyak orang. Entah itu pasien, keluarganya, rekan bisnisku, atau kolega-kolegaku yang lain. Begitu pula dengan noda lipstick" Tepis Paul "Dan untuk perkara aku melarangmu menyemprotkan perfume yang menyengat di pakaianmu, karena aku tidak ingin lelaki lain menggodamu atau hanya sekedar melirik ke arahmu. Aku ingin menjagamu dari para hidung belang yang menjamur."
Lourine terdiam mendengar perkataan Paul. Benarkah? atau semua ini hanyalah rayuan Paul untuk membuat dirinya percaya.
" Lantas apa yang akan kau lakukan jika aku memang berselingkuh?. Mengugat cerai aku dan mengorbankan 4 tahun kebersamaan kita. Aku tidak akan menolak apapun yang akan kau lakukan. Namun perlu kutegaskan dear, aku tidak akan menyangkal ataupun mengakui kalau aku bermain di belakangmu".
“ Kalau begitu kita bercerai”
" Let's do it dear".
Lourine terperangah. Ia tak menyangka Paul akan semudah itu menyetujui keputusannya. Ia berharap suaminya menolak dan bersikeras menentang perceraian yang ia ajukan. Bukan seperti ini. Sikap Paul benar-benar membuat Lourine bingung dan berprasangka lebih buruk. Bahwa sesungguhnya Paul tengah bermain serong dengan wanita lain. Bagaimana mungkin seorang pria yang mencintai istrinya, tidak melakukan defence apapun ketika sang istri menggugat cerai. So suspicious. Kecuali ia memiliki alasan yang kuat untuk melakukan itu semua. And the strongest reason is ia telah bosan dengan istrinya. Dengan kata lain ia telah menemukan wanita idaman lain di luaran sana.
“ Kamu sungguh-sungguh ingin bercerai denganku Hon?” Tanya Lourine ragu. Ia sengaja menambahkan kata Hon, panggilan sayangnya untuk Paul, agar suaminya itu menyadari bahwa ia tak sungguh-sungguh dengan ucapannya. Hanya emosi sesaat. Seharusnya Paul memahami itu. Ia tak ingin bercerai. Seumur hidupnya Lourine ingin menghabiskan waktu dengan Paul. Menghadiri upacara kelulusan dan merayakan pesta pernikahan anak-anak mereka kelak. Yah, walaupun sampai saat ini mereka belum memiliki momongan.
“ Bukankah aku sudah memberitahumu dear, bahwa aku tak akan keberatan jika kamu menuntut cerai” Paul meletakkan pulpennya. Menyeruput kopi pahit yang disajikan oleh Ester, pembantunya.
“ Berikan aku alasan mengapa kamu ingin bercerai dariku”
“ Aneh kamu dear. Tadi kamu sendiri yang bilang kalau aku selingkuh dengan rekan dokterku. Apa alasan itu masih belum cukup?.” Tanya paul menggoda. Menyeruput lagi kopinya.
“ Jadi benar kamu selingkuh? Kenapa Paul? Kenapa?”. Pekik Lourine. Rasanya seluruh tubuhnya lemas. Tak pernah ia sangka, kecurigaanya berbuntut pada kebenaran. Paul berselingkuh.
“ Maybe”
“ Apa maksudmu dengan maybe Hon?. Apa aku sudah tidak mampu mengimbangi karirmu yang semakin menanjak? Atau karena sampai saat ini aku masih belum bisa memberikan anak yang kau idam-idamkan?”. Lourine terus bertanya. Memutar otaknya untuk mencari alasan-alsan possible yang membuat Paul tak ingin mempertahankan pernikahan mereka.
“ Alasan-alasan yang kamu utarakan terlalu dangkal untukku menceraikanmu. Aku bukan laki-laki picik yang akan bercerai karena hal-hal yang bisa diperbaiki dan diusahakan seperti itu. Aku hanya tak ingin terus membohongimu, Lour. Sudah cukup rasanya waktu 4 tahun untukku mencintaimu, hidup bersamamu, dan berbagi rasa denganmu. Sudah terlalu lama aku menikmati menghapus air matamu ketika engkau tengah terpuruk. Membelai lembut tiap helai rambutmu yang beraroma bayi. Mendengar celotehanmu yang riang. Aku pikir ini saatnya untuk mengakhiri semua. Aku tidak akan sanggup kehilanganmu jika terus bersamamu”. Paul terdiam sejenak.” Sudah cukup bagiku untuk menghianati dirimu dear”. Lanjutnya lemah.
Paul melangkah ke arah Lourine. Memeluk wanita yang terlihat sangat bingung itu dengan penuh kasih. Mencium ubun-ubun kepalanya dengan sangat lembut.
“ Jangan bicarakan hal ini lagi. Besok temui pengacaramu, agar ia segera mengurus surat gugatan ceraimu ke pengadilan.”
Paul melepas pelukannya. Melangkah pergi ke ruang kerjanya, tanpa memberi Lourine kesempatan sedikitpun untuk bertanya lebih banyak.
“ Lourine already shouted the divorce out. Sorry for waiting so long. I have tried my best. Hope you really know my true feeling. Don’t be angry again ok!. Deep Love.”
( Laurine sudah melontarkan kata cerai. Maaf telah membuatmu dalam penantian panjang. Aku sudah mencoba melakukan yang terbaik. Semoga kau mengetahui perasaanku yang sebenarnya. Jangan marah lagi, OK!. Aku mencintaimu).


anasabila memberi reputasi
1
913
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan