- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengapa Hutan dan Lahan Terus Terbakar?
TS
t1o
Mengapa Hutan dan Lahan Terus Terbakar?
Assalammualaikum
Moga aja gak
Sekarang marak banyak berita tentang ekspor asap negara kita ke Malaysia dan Singapura, tapi apakah yang menjadi motif atau alasan di balik pembakaran hutan atau lahan tersebut? Mengapa Hutan dan Lahan Terus Terbakar?
Kebakaran hutan dan lahan yang menjadi momok bagi pemerintah karena merupakan aktifitas yang memperlihatkan muka buruk Indonesia pada masyarakat dunia. Kebakaran hutan dan lahan terutama di lahan gambut memproduksi gas rumah kaca (GRK) yang sangat tinggi konsentrasinya. Selain itu, lahan yang terbakar kehilangan potensi nya untuk menyerap kembali gas rumah kaca terutama CO2. Konsentrasi GRK yang makin meningkat menyebabkan terjadinya pemanasan global sehingga berdampak pada perubahan iklim (Climate Change).
Istilah kebakaran hutan dan lahan dalam tulisan ini adalah peristiwa terbakarnya hutan dan lahan baik yang disebabkan oleh factor kesengajaan maupun kelalaian sehingga lahan terbakar, baik terkendali maupun tidak terkendali. Kebakaran hutan umumnya terjadi akibat kebakaran dari lahan non hutan seperti semak belukar, alang-alang dan limbah pembukaan lahan untuk pertanian kemudian menjalar ke hutan. Hampir tidak ditemukan masyarakat atau perusahaan langsung membakar hutan, karena berdasarkan sifatnya, bahan bakar di hutan sulit terbakar. Mengapa sulit terbakar? Dengan kondisi tutupan tajuk yang rapat dan kerapatan pohon yang tinggi, maka kondisi lembab hutan mampu memadamkan api dengan sendirinya. Butuh energi panas yang sangat tinggi untuk menjadikan hutan terbakar terlebih di musim hujan.
Bila ada pertanyaan, “Apa penyebab kebakaran hutan dan lahan?”
Mungkin ada yang berpendapat bahwa kebakaran bisa disebabkan faktor alam yang sangat memungkinkan terjadi kebakaran dengan sendirinya? Saya bisa mengatakan, selama pengalaman saya, tidak ada satu pun faktor alam yang menyulut terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Gesekan kayu, batubara atau petir tidak akan mampu membakar bahan bakar yang tidak didesain untuk terbakar dengan mudah. Bilapun ada petir menyambar, tak lama kemudian akan datang air hujan memadamkan api dari langit.
Kemarau panjang yang melanda wilayah Indonesia tahun ini (2012) khususnya di wilayah selatan (Lintang Selatan dari garis Khatulistiwa) memperparah kondisi kebakaran hutan dan lahan. Wilayah-wilayah yang tadinya sulit terbakar, kini semakin meluas areal yang hangus di lalap api. Liputan media tentang kebakaran yang melanda Gunung Papandayan Garut, Gunung Tampomas Sumedang, Gunung Slamet Purbalingga, Gunung Sindoro Temanggung dan gunung-gunung lainnya menunjukkan bahwa kemarau panjang membuat kawasan hutan terancam dilanda kebakaran.
Bila kemudian ada lagi pertanyaan dari seseorang, “Jadi siapa yang menyebabkan?”
“Aktifitas manusia,”jawabannya.
Ya, tanpa ada aktifitas mustahil api tersulut dengan sendirinya. Manusialah yang menyulut api dan mempersiapkan terlebih dahulu agar bahan bakar yang akan dibakar dapat segera musnah terbakar sesegera mungkin. Masyarakat tidak akan bertindak bodoh dengan menyulut api di bahan-bakar yang basah dimana api sulit menyala. Masyarakat juga tidak ingin mengeluarkan banyak waktu dan biaya untuk membayar biaya pembersihan lahan dengan cara mekanik tanpa bakar. Cepat, mudah dan murah, itulah alasan masyarakat akan terus membakar lahan untuk berbagai keperluan dan motif? Loh kok berbagai motif? Memangnya apa saja motif masyarakat membakar lahan?
1. Membersihkan lahan dengan cepat, murah dan menguntungkan untuk budidaya tanaman pertanian.
2. Membakar lahan di satu lokasi dan berharap menjalar ke lokasi lain.
3. Mempermudah menangkap binatang buruan
4. Membersihkan lahan agar nilai lahan menjadi lebih tinggi
5. Aktifitas di pondok atau camp di dalam hutan saat mencari ikan, berburu, camping ground dan memanen kayu
6. Motif ekonomi, makin sering kebakaran makin banyak bantuan proyek pengendalian kebakaran.
7. Konflik antara pengelola hutan atau lahan den gan masyarakat. Masyarakat menggunakan api untuk membalas atau menunjukkan kekuatan pada pemilik atau pengelola lahan konflik.
8. Penguasaan lahan. Lahan yang habis terbakar kemudian digarap, ditanami tanaman perkebunan lalu diklaim sebagai tanah milik. Lahan yang open access sangat mudah dikuasai oleh masyarakat.
9. Memudahkan aktifitas lain dimana di lahan terbakar yang terbuka semakin mudah melakukan aktifitas seperti penambangan emas, pasir dan perkebunan.
10. Alasan pengendalian hama dan penyakit
11. Menambah kesuburan tanah khususnya mengurangi keasaman tanah di lahan gambut
12. Mempercepat pertumbuhan pohon yangg dibudidayakan seperti Pohon Galam (Kalimantan)
Dimana masyarakat mulai membakar?
1. Dekat jalan.Jalan sarana utama masyarakat untuk bisa mengakses masuk ke lahan atau hutan yang akan dijadikan areal pengelolaan lahan, baik itu untuk berladang, berkebun, perkebunan swasta, pertambangan, berburu dan memancing. Semakin dekat lokasi lahan dengan jalan, cenderung semakin mudah masyarakat mengelola lahan. Mengelola lahan di masyarakat Kapuas umumnya masih memakai system tebas dan bakar.
2. Dekat Sungai.Di Kalimantan pada umumnya, sungai merupakan jalur transportasi utama. Penghubung antar satu desa ke desa lain paling memungkinkan adalah melalui jalur sungai. Selain itu, sangat banyak perkampungan yang dibangun tepat dipinggir sungai. Perkampugan yang ada tentu saja beserta aktifitasnya termasuk mengelola laha (sawah, kebun sejenis dan kebun campuan). Selain itu sungai juga menjadi alur transportasi kayu bulat hasil penebangan dari hutan dan beserta pabrik penggergajian di sepanjang sungai.
3. Dekat Kanal/Anjir. Di Kalimantan khususnya di Kapuas, banyak dibangun Anjir (saluran Irigasi Primer) dan Kanal Irigasi bekas Proyek Lahan Gambut Sejuta Hektar. Anjir dan Kanal ini saat juga menjadi sarana transportasi dan sumber air bagi lahan pertanian dan perkebunan, berburu, memancing. Di Sepanjang Kanal dan Anjir inilah aktifitas pengelolaan lahan sangat intensif sehingga aktifitas pembakaran juga relatif lebih intensif.
4. Jauh dari Sungai.Dijumpai pula bekas areal kebakaran yang jauh dari sungai. Hal ini terjadi pada aktifitas pembukaan lahan untuk kebun masyarakat yang memanfaatkan lahan tidur.
5. Dekat pemukiman. Lahan dekat pemukiman biasanya lahan yang lebih intensif dikelola karena mudahnya pengawasan dan jarak untuk bekerja. Kebakaran yang mengakibatkan terbakarnya rumah warga di beberapa tempat seperti di Desa Lamunti Mantangai dan Desa SP3 Kapuas Murung tahun 2011, menunjukkan bahwa lahan yang mudah terbakar tidak jauh dari lokasi pemukiman.
6. Lahan dan kebun terlantar. Kasus kebakaran yang terjadi pada lahan dan kebun terlantar cukup banyak ditemukan. Lahan yang terlantar ditandai oleh tumbuhnya lang-alang adan semak belukar yang tingginya mencapai hampir 2 m. Alang-alang dan semak belukar inilah, apabila musim kemarau tiba sangat mudah terbakar dan menjalarkan api. Demikian pula pada Kebun yang terlantar dimana ditandai dengan banyaknya tumbuh alang-alang tumbuhan bawah sehingga ketika musim kemarau menjadi rentan terbakar.
7. Lahan gambut. Lahan gambut dengan kondisi tanah yang masam mendorong masyarakat melakukan pembakaran saat pembersihan lahan dengan tujuan untuk menambahunsur hara dan menurunkan kemasaman tanah. Kebakaran di lahan gambut juga dilakukan pada hutan yang dodominasi pohon galam denga tujuan untuk mempercepat pertumbuhan galam pada periode berikutnya.
8. Hutan bekas tebangan. Hutan bekas tebangan rawan terbakar karena kondisi lahan yang terbuka akibat tumbangnya kayu. Pada hutan yang telah terbuka, banyak ditemukan okupasi atau kegiatan penggarapan lahan. Saat akan menggarap lahan, masyarakat membersihakn terlebih dahulu kayu dan sisa tebasan dengan cara dibakar. Cara membakar juga dimaksudkan untuk menghilangkan penyakit pada kayu yang sudah membusuk atau pada semak belukar yang menjadi sarang hama.
9. Semak belukar dan alang-alang.Dengan karakteristik bahan bakar yang halus dan rendah kadar airnya, alang-alang dan semak belukar sagat rentan terbakar. Pada beberapa kasus, alang-alang dan semak belukar senagaj dibakar untuk menumbuhkan tunas segar sebagaipakan ternak. Juga sering terjadi alang-alang dan semak belukar dibakar untuk kegiatan erburu. Saat semak belukar terbakar, pemburu akan dengan mudah menemukan sarang hewan buruan.
10. Hutan yang tidak dilakukan perawatan tumbuhan bawah. Kejadian kebakaran yang menimpa beberapa kawasan hutan di Jawa sebagian disebabkan menumpukya tumbuhan bawah (alang-alang dan semak belukar) yang sangat kering di musim kemarau, sehingga sagat mudah tersulut dan menyebar bila ada pemicunya. Contoh mudah adalah kebakaran yang terjadi di sepanjang jalan lintas tengah Sumedang – Cirebon khususnya di Tomo Sumedang.
Kemarau panjang yang menyebabkan makin berkurangnya cadangan air semakin membuat upaya pengendalian kebakaran semakin berat. Perlu kerja sama berbagai pihak untuk dapat menyelamatkan hutan dan lahan agar tidak dengan mudah rusak akibat kebakaran.
Semoga kebakaran makin mudah dikendalikan dengan semakin sadarnya berbagai pihak akan dampak buruk kebakaran hutan dan lahan bagi lingkungan.
Salam lestari!
Sumber
Tidak menolak
dan yang penting
Wassalamualaikum
Moga aja gak
Spoiler for repost:
Sekarang marak banyak berita tentang ekspor asap negara kita ke Malaysia dan Singapura, tapi apakah yang menjadi motif atau alasan di balik pembakaran hutan atau lahan tersebut? Mengapa Hutan dan Lahan Terus Terbakar?
Kebakaran hutan dan lahan yang menjadi momok bagi pemerintah karena merupakan aktifitas yang memperlihatkan muka buruk Indonesia pada masyarakat dunia. Kebakaran hutan dan lahan terutama di lahan gambut memproduksi gas rumah kaca (GRK) yang sangat tinggi konsentrasinya. Selain itu, lahan yang terbakar kehilangan potensi nya untuk menyerap kembali gas rumah kaca terutama CO2. Konsentrasi GRK yang makin meningkat menyebabkan terjadinya pemanasan global sehingga berdampak pada perubahan iklim (Climate Change).
Istilah kebakaran hutan dan lahan dalam tulisan ini adalah peristiwa terbakarnya hutan dan lahan baik yang disebabkan oleh factor kesengajaan maupun kelalaian sehingga lahan terbakar, baik terkendali maupun tidak terkendali. Kebakaran hutan umumnya terjadi akibat kebakaran dari lahan non hutan seperti semak belukar, alang-alang dan limbah pembukaan lahan untuk pertanian kemudian menjalar ke hutan. Hampir tidak ditemukan masyarakat atau perusahaan langsung membakar hutan, karena berdasarkan sifatnya, bahan bakar di hutan sulit terbakar. Mengapa sulit terbakar? Dengan kondisi tutupan tajuk yang rapat dan kerapatan pohon yang tinggi, maka kondisi lembab hutan mampu memadamkan api dengan sendirinya. Butuh energi panas yang sangat tinggi untuk menjadikan hutan terbakar terlebih di musim hujan.
Bila ada pertanyaan, “Apa penyebab kebakaran hutan dan lahan?”
Mungkin ada yang berpendapat bahwa kebakaran bisa disebabkan faktor alam yang sangat memungkinkan terjadi kebakaran dengan sendirinya? Saya bisa mengatakan, selama pengalaman saya, tidak ada satu pun faktor alam yang menyulut terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Gesekan kayu, batubara atau petir tidak akan mampu membakar bahan bakar yang tidak didesain untuk terbakar dengan mudah. Bilapun ada petir menyambar, tak lama kemudian akan datang air hujan memadamkan api dari langit.
Kemarau panjang yang melanda wilayah Indonesia tahun ini (2012) khususnya di wilayah selatan (Lintang Selatan dari garis Khatulistiwa) memperparah kondisi kebakaran hutan dan lahan. Wilayah-wilayah yang tadinya sulit terbakar, kini semakin meluas areal yang hangus di lalap api. Liputan media tentang kebakaran yang melanda Gunung Papandayan Garut, Gunung Tampomas Sumedang, Gunung Slamet Purbalingga, Gunung Sindoro Temanggung dan gunung-gunung lainnya menunjukkan bahwa kemarau panjang membuat kawasan hutan terancam dilanda kebakaran.
Bila kemudian ada lagi pertanyaan dari seseorang, “Jadi siapa yang menyebabkan?”
“Aktifitas manusia,”jawabannya.
Ya, tanpa ada aktifitas mustahil api tersulut dengan sendirinya. Manusialah yang menyulut api dan mempersiapkan terlebih dahulu agar bahan bakar yang akan dibakar dapat segera musnah terbakar sesegera mungkin. Masyarakat tidak akan bertindak bodoh dengan menyulut api di bahan-bakar yang basah dimana api sulit menyala. Masyarakat juga tidak ingin mengeluarkan banyak waktu dan biaya untuk membayar biaya pembersihan lahan dengan cara mekanik tanpa bakar. Cepat, mudah dan murah, itulah alasan masyarakat akan terus membakar lahan untuk berbagai keperluan dan motif? Loh kok berbagai motif? Memangnya apa saja motif masyarakat membakar lahan?
1. Membersihkan lahan dengan cepat, murah dan menguntungkan untuk budidaya tanaman pertanian.
2. Membakar lahan di satu lokasi dan berharap menjalar ke lokasi lain.
3. Mempermudah menangkap binatang buruan
4. Membersihkan lahan agar nilai lahan menjadi lebih tinggi
5. Aktifitas di pondok atau camp di dalam hutan saat mencari ikan, berburu, camping ground dan memanen kayu
6. Motif ekonomi, makin sering kebakaran makin banyak bantuan proyek pengendalian kebakaran.
7. Konflik antara pengelola hutan atau lahan den gan masyarakat. Masyarakat menggunakan api untuk membalas atau menunjukkan kekuatan pada pemilik atau pengelola lahan konflik.
8. Penguasaan lahan. Lahan yang habis terbakar kemudian digarap, ditanami tanaman perkebunan lalu diklaim sebagai tanah milik. Lahan yang open access sangat mudah dikuasai oleh masyarakat.
9. Memudahkan aktifitas lain dimana di lahan terbakar yang terbuka semakin mudah melakukan aktifitas seperti penambangan emas, pasir dan perkebunan.
10. Alasan pengendalian hama dan penyakit
11. Menambah kesuburan tanah khususnya mengurangi keasaman tanah di lahan gambut
12. Mempercepat pertumbuhan pohon yangg dibudidayakan seperti Pohon Galam (Kalimantan)
Dimana masyarakat mulai membakar?
1. Dekat jalan.Jalan sarana utama masyarakat untuk bisa mengakses masuk ke lahan atau hutan yang akan dijadikan areal pengelolaan lahan, baik itu untuk berladang, berkebun, perkebunan swasta, pertambangan, berburu dan memancing. Semakin dekat lokasi lahan dengan jalan, cenderung semakin mudah masyarakat mengelola lahan. Mengelola lahan di masyarakat Kapuas umumnya masih memakai system tebas dan bakar.
2. Dekat Sungai.Di Kalimantan pada umumnya, sungai merupakan jalur transportasi utama. Penghubung antar satu desa ke desa lain paling memungkinkan adalah melalui jalur sungai. Selain itu, sangat banyak perkampungan yang dibangun tepat dipinggir sungai. Perkampugan yang ada tentu saja beserta aktifitasnya termasuk mengelola laha (sawah, kebun sejenis dan kebun campuan). Selain itu sungai juga menjadi alur transportasi kayu bulat hasil penebangan dari hutan dan beserta pabrik penggergajian di sepanjang sungai.
3. Dekat Kanal/Anjir. Di Kalimantan khususnya di Kapuas, banyak dibangun Anjir (saluran Irigasi Primer) dan Kanal Irigasi bekas Proyek Lahan Gambut Sejuta Hektar. Anjir dan Kanal ini saat juga menjadi sarana transportasi dan sumber air bagi lahan pertanian dan perkebunan, berburu, memancing. Di Sepanjang Kanal dan Anjir inilah aktifitas pengelolaan lahan sangat intensif sehingga aktifitas pembakaran juga relatif lebih intensif.
4. Jauh dari Sungai.Dijumpai pula bekas areal kebakaran yang jauh dari sungai. Hal ini terjadi pada aktifitas pembukaan lahan untuk kebun masyarakat yang memanfaatkan lahan tidur.
5. Dekat pemukiman. Lahan dekat pemukiman biasanya lahan yang lebih intensif dikelola karena mudahnya pengawasan dan jarak untuk bekerja. Kebakaran yang mengakibatkan terbakarnya rumah warga di beberapa tempat seperti di Desa Lamunti Mantangai dan Desa SP3 Kapuas Murung tahun 2011, menunjukkan bahwa lahan yang mudah terbakar tidak jauh dari lokasi pemukiman.
6. Lahan dan kebun terlantar. Kasus kebakaran yang terjadi pada lahan dan kebun terlantar cukup banyak ditemukan. Lahan yang terlantar ditandai oleh tumbuhnya lang-alang adan semak belukar yang tingginya mencapai hampir 2 m. Alang-alang dan semak belukar inilah, apabila musim kemarau tiba sangat mudah terbakar dan menjalarkan api. Demikian pula pada Kebun yang terlantar dimana ditandai dengan banyaknya tumbuh alang-alang tumbuhan bawah sehingga ketika musim kemarau menjadi rentan terbakar.
7. Lahan gambut. Lahan gambut dengan kondisi tanah yang masam mendorong masyarakat melakukan pembakaran saat pembersihan lahan dengan tujuan untuk menambahunsur hara dan menurunkan kemasaman tanah. Kebakaran di lahan gambut juga dilakukan pada hutan yang dodominasi pohon galam denga tujuan untuk mempercepat pertumbuhan galam pada periode berikutnya.
8. Hutan bekas tebangan. Hutan bekas tebangan rawan terbakar karena kondisi lahan yang terbuka akibat tumbangnya kayu. Pada hutan yang telah terbuka, banyak ditemukan okupasi atau kegiatan penggarapan lahan. Saat akan menggarap lahan, masyarakat membersihakn terlebih dahulu kayu dan sisa tebasan dengan cara dibakar. Cara membakar juga dimaksudkan untuk menghilangkan penyakit pada kayu yang sudah membusuk atau pada semak belukar yang menjadi sarang hama.
9. Semak belukar dan alang-alang.Dengan karakteristik bahan bakar yang halus dan rendah kadar airnya, alang-alang dan semak belukar sagat rentan terbakar. Pada beberapa kasus, alang-alang dan semak belukar senagaj dibakar untuk menumbuhkan tunas segar sebagaipakan ternak. Juga sering terjadi alang-alang dan semak belukar dibakar untuk kegiatan erburu. Saat semak belukar terbakar, pemburu akan dengan mudah menemukan sarang hewan buruan.
10. Hutan yang tidak dilakukan perawatan tumbuhan bawah. Kejadian kebakaran yang menimpa beberapa kawasan hutan di Jawa sebagian disebabkan menumpukya tumbuhan bawah (alang-alang dan semak belukar) yang sangat kering di musim kemarau, sehingga sagat mudah tersulut dan menyebar bila ada pemicunya. Contoh mudah adalah kebakaran yang terjadi di sepanjang jalan lintas tengah Sumedang – Cirebon khususnya di Tomo Sumedang.
Kemarau panjang yang menyebabkan makin berkurangnya cadangan air semakin membuat upaya pengendalian kebakaran semakin berat. Perlu kerja sama berbagai pihak untuk dapat menyelamatkan hutan dan lahan agar tidak dengan mudah rusak akibat kebakaran.
Semoga kebakaran makin mudah dikendalikan dengan semakin sadarnya berbagai pihak akan dampak buruk kebakaran hutan dan lahan bagi lingkungan.
Salam lestari!
Sumber
Tidak menolak
dan yang penting
Wassalamualaikum
0
1.9K
6
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan