- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
{lagi IMIGRAN} 100 Imigran Gelap di Ciwidey


TS
fadilaha
{lagi IMIGRAN} 100 Imigran Gelap di Ciwidey
Dijaga Ketat Petugas Polres Bandung
100 Imigran Gelap di Ciwidey
CIWIDEY (GM) - Lebih dari 100 orang imigran gelap terlacak di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Mereka menginap di Pondok Tirta Selly, Kampung Jambusari sebanyak 21 orang dan sekitar 80 orang lagi di Villa Kunt, Jln. Lebak Muncang, Kampung Agung, RT 02/RW 22, Desa/Kecamatan Ciwidey sejak Selasa (18/6) malam.
Sebelumnya, para imigran asal Iran, Suriah, Kuwait, Arab Saudi, dan Amerika Serikat itu mengaku sempat transit di Bogor. Mereka dibawa ke Ciwidey oleh seorang guide bernama Yohanes. Di antara warga negara asing itu terdapat tujuh orang anak-anak dan perempuan yang diperkirakan kurang dari 10 orang.
Polres Bandung baru mendapat laporan dari warga, Rabu (19/6) pukul 19.00 WIB. Sebanyak 80 personel kepolisian baik yang berseragam maupun berpakaian preman, diterjunkan untuk melakukan penjagaan di penginapan tersebut.
Namun beberapa dari imigran itu berupaya melarikan diri. Di Pondok Tirta Selly, dua orang berusaha melarikan diri, namun beberapa puluh menit kemudian kembali ditangkap setelah melalui aksi kejar-kejaran dengan anggota polisi di sebuah areal persawahan.
Lain halnya dengan dua imigran yang menginap di Villa Kunt, pengejarannya berjalan alot. Dua imigran ini kabur dengan cara memanjat tembok vila. Anggota Polres Bandung dibantu anggota TNI dari Koramil Ciwidey, melakukan pencarian. Namun sampai Kamis sore masih belum berhasil ditemukan. Setelah kabur lebih dari lima jam, akhirnya pria berkewarganegaraan Iran ini diamankan sejumlah warga yang kemudian mengembalikannya ke Villa Kunt.
Salah seorang warga, Yayan Taryana (37), mengaku berpapasan dengan dua orang imigran tersebut. Imigran yang memakai topi merah terlihat seperti memegang sebuah benda menyerupai pistol.
"Saya dan warga tidak berani menyapa, takut soalnya orang asing yang memakai topi merah itu terlihat seperti memegang senjata api jenis pistol," kata Yayan di Ciwidey, Kamis (20/6).
Warga lainnya, Ence (63), yang sedang membetulkan parit sawah juga mengaku bertemu dengan dua orang imigran tersebut. Kedua orang itu bahkan mengajak berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
"Saya tidak mengerti, lalu salah seorang dari warga asing itu menelepon dengan handphone. Setelah bercakap-cakap, handphone-nya diserahkan pada saya. Orang di telepon itu berbahasa Indonesia, minta tolong dicarikan penginapan. Begitu diajak ke tempat penginapan yang terdapat di Jln. Lebak Muncang, keduanya malah kabur, mungkin takut setelah melihat banyak polisi," kata Ence.
Penjagaan ketat
Mencegah para imigran ini kembali kabur, petugas kepolisian bersama anggota TNI, melakukan pengamanan berlapis. Penjagaan petugas tidak hanya di dalam Villa Kunt serta gerbang utamanya, tapi juga hingga ke areal persawahan yang berada di belakang vila.
Para imigran yang berada di Villa Kunt sempat mengalami krisis air. Suplai air ke kamar mandi mendadak terhenti sehingga sampai Kamis siang, mereka tidak bisa mandi atau melakukan aktivitas lainnya. Mereka juga mengaku kehabisan makanan sampai harus minta kepada petugas. Bahkan ada yang minta pulsa.
"Tadi pagi sempat kita belikan donat, namun tampaknya tidak cukup. Kita belikan lagi nasi bungkus dengan menu yang diupayakan sesuai selera mereka," kata Kaur Bin Ops Polres Bandung, Iptu Agus Romy.
Kendala bahasa sempat menyulitkan komunikasi antara petugas dengan para imigran itu. Di antara sekian banyak imigran ini hanya tiga orang yang fasih berbahasa Inggris. Berdasarkan pengakuan mereka, keberadaannya di Ciwidey untuk berwisata setelah sebelumnya singgah di Bogor. Mereka berangkat ke Bandung dengan mencarter Toyota Avanza.
Lain halnya dengan informasi yang dihimpun "GM". Keberadaan mereka di Ciwidey hanya untuk transit, sebelum melanjutkan perjalanan ke Australia. Ciwidey dipilih karena jarak ke Pantai Jayanti, Kabupaten Garut dan Pantai Cidaun, Kabupaten Cianjur dari sini tidak terlalu jauh, bisa ditempuh sekitar 2,5 jam. Pantai Jayanti dan Pantai Cidaun diduga akan menjadi jalan penyeberangan menuju Australia.
"Informasinya imigran dari Iran ini akan mencari suaka politik ke Australia. Wajar bila menaruh kecurigaan seperti itu, sebab sebagian dari mereka tidak bisa menunjukkan kelengkapan dokumennya. Ketika ditanyakan selalu berdalih, hanya akan berbicara dengan petugas dari International Organization for Migration (IOM) atau Organisasi Internasional untuk Migrasi," katanya.
Saat ditanya oleh petugas dari kepolisian, petugas imigrasi, dan aparat pemerintah, mereka lebih banyak bungkam. "Alasannya hanya mau berbicara pada petugas dari IOM," kata Camat Ciwidey, Asep Ruswandi.
Selama menunggu kedatangan IOM, beberapa orang imigran baik laki-laki maupun perempuan, melepas penat dengan cara bermain bola voli di halaman vila.
Sekitar pukul 16.00 WIB petugas dari IOM tiba di Villa Kunt. Begitu sampai mereka langsung masuk ke dalam vila untuk melakukan negosiasi. Sampai pukul 18.30 WIB belum diketahui hasil dari musyawarah tersebut.
"Informasi yang saya dapat, para imigran ini meminta satu malam lagi tinggal di Villa Kunt, dengan alasan kalau pergi sudah terlalu malam," kata Asep.
Pengawasan
Sementara itu, Polda Jabar sudah berupaya keras meningkatkan pengawasan terhadap kedatangan imigran gelap ke wilayah Jabar. Selama ini titik-titik yang diduga menjadi pintu gerbang kedatangan imigran gelap selalu diawasi dengan ketat.
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol. Martinus Sitompul menyatakan, wilayah Jabar yang letak geografisnya cukup berat memang menyulitkan pengawasan kedatangan imigran gelap. Pesisir pantai, katanya, selama ini kerap dijadikan titik kedatangan.
"Lokasi di Jabar terutama pesisir pantainya yang banyak, dimanfaatkan para imigran untuk masuk. Ini juga yang terjadi di Ciwidey, meski lokasi itu hanya dijadikan tempat singgah," ujar Martinus kepada "GM", Kamis (20/6).
Polda Jabar sendiri, katanya, sudah menyiapkan pos pengawasan seperti di Pangandaran dan Palabuhanratu. Bahkan personel pun ditambah, baik dari polres setempat maupun tambahan dari satpolair.
Di samping upaya itu, Martinus juga menyatakan, pihaknya terus melakukan komunikasi dengan warga sekitar. Pihaknya mengimbau untuk melaporkan kepada pihak berwajib jika menemukan warga yang mencurigakan atau imigran gelap. "Di Bandung baru kali ini, walaupun hanya sebagai tempat singgah atau penampungan. Tapi ini jadi pelajaran bagi kita agar ke depan lebih waspada,"
yg ane bold emang bnr gan mereka mempunyai senjata API
sumber
berita lanjutannya
V
V
V
90 Imigran Gelap di Bandung Dibebaskan
Kepolisian Daerah Jawa Barat sudah menyerahkan 132 imigran gelap asal Iran kepada pihak imigrasi kelas I A, di Jalan Suci, Bandung, Jawa Barat, untuk diperiksa. Pemeriksaan yang dilakukan terkait kepastian kelengkapan dokumen para imigran berlangsung Jumat (21/6/2013).
Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian (Wasdakim) Hubertus Hence Marbun mengatakan, pemeriksaan 132 imigran gelap dilakukan oleh aparat imigrasi dibantu penyidik Polres Bandung dan penyidik Polda Jabar.
Menurut Hence, berdasarkan hasil pemeriksaan, 90 imigran sudah dibebaskan karena memiliki dokumen lengkap. "Ada 90 yang sudah dibebaskan, setelah diperiksa ternyata dokumennya lengkap, mereka mempunyai paspor dan visa kunjungannya masih berlaku," kata Marbun.
Sementara, pemeriksaan kepada 42 imigran lainnya masih belum selesai. Pemeriksaan akan terus berlanjut. Dipastikan pemeriksaan akan rampung, Sabtu (22/6/2013), besok. "Jika sisanya tidak memiliki dokumen yang lengkap, kami akan berkoordinasi dengan International Organization for Migration (IOM) untuk penanganan lebih lanjut," kata Hence.
Sementara itu, polisi belum menyebutkan kaitan penahanan kedua tersangka penggelapan, yakni, JP (47) yang diduga berperan sebagai koordinator lapangan dan seorang rekannya bernama MG (40).
Diberitakan sebelumnya, 132 imigran yang diduga imigran gelap ditangkap aparat Polres Bandung, pada Rabu (19/6/2013) sekitar pukul 18.00 WIB, di Hotel Sally dan Villa Cokelat, di Kecamatan Ciwidey, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Sebelumnya, tersangka akan memberangkatkan ratusan imigran gelap tersebut ke Cidaun, Cianjur, Jawa Barat, untuk kemudian dilayarkan ke Australia menggunakan kapal. Kapal tersebut telah dipersiapkan oleh penduduk Cidaun.
tetap waspada gan biar semua aman dan nyaman di lingkungan agan semuanya
sumber
100 Imigran Gelap di Ciwidey
CIWIDEY (GM) - Lebih dari 100 orang imigran gelap terlacak di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Mereka menginap di Pondok Tirta Selly, Kampung Jambusari sebanyak 21 orang dan sekitar 80 orang lagi di Villa Kunt, Jln. Lebak Muncang, Kampung Agung, RT 02/RW 22, Desa/Kecamatan Ciwidey sejak Selasa (18/6) malam.
Sebelumnya, para imigran asal Iran, Suriah, Kuwait, Arab Saudi, dan Amerika Serikat itu mengaku sempat transit di Bogor. Mereka dibawa ke Ciwidey oleh seorang guide bernama Yohanes. Di antara warga negara asing itu terdapat tujuh orang anak-anak dan perempuan yang diperkirakan kurang dari 10 orang.
Polres Bandung baru mendapat laporan dari warga, Rabu (19/6) pukul 19.00 WIB. Sebanyak 80 personel kepolisian baik yang berseragam maupun berpakaian preman, diterjunkan untuk melakukan penjagaan di penginapan tersebut.
Namun beberapa dari imigran itu berupaya melarikan diri. Di Pondok Tirta Selly, dua orang berusaha melarikan diri, namun beberapa puluh menit kemudian kembali ditangkap setelah melalui aksi kejar-kejaran dengan anggota polisi di sebuah areal persawahan.
Lain halnya dengan dua imigran yang menginap di Villa Kunt, pengejarannya berjalan alot. Dua imigran ini kabur dengan cara memanjat tembok vila. Anggota Polres Bandung dibantu anggota TNI dari Koramil Ciwidey, melakukan pencarian. Namun sampai Kamis sore masih belum berhasil ditemukan. Setelah kabur lebih dari lima jam, akhirnya pria berkewarganegaraan Iran ini diamankan sejumlah warga yang kemudian mengembalikannya ke Villa Kunt.
Salah seorang warga, Yayan Taryana (37), mengaku berpapasan dengan dua orang imigran tersebut. Imigran yang memakai topi merah terlihat seperti memegang sebuah benda menyerupai pistol.
"Saya dan warga tidak berani menyapa, takut soalnya orang asing yang memakai topi merah itu terlihat seperti memegang senjata api jenis pistol," kata Yayan di Ciwidey, Kamis (20/6).
Warga lainnya, Ence (63), yang sedang membetulkan parit sawah juga mengaku bertemu dengan dua orang imigran tersebut. Kedua orang itu bahkan mengajak berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
"Saya tidak mengerti, lalu salah seorang dari warga asing itu menelepon dengan handphone. Setelah bercakap-cakap, handphone-nya diserahkan pada saya. Orang di telepon itu berbahasa Indonesia, minta tolong dicarikan penginapan. Begitu diajak ke tempat penginapan yang terdapat di Jln. Lebak Muncang, keduanya malah kabur, mungkin takut setelah melihat banyak polisi," kata Ence.
Penjagaan ketat
Mencegah para imigran ini kembali kabur, petugas kepolisian bersama anggota TNI, melakukan pengamanan berlapis. Penjagaan petugas tidak hanya di dalam Villa Kunt serta gerbang utamanya, tapi juga hingga ke areal persawahan yang berada di belakang vila.
Para imigran yang berada di Villa Kunt sempat mengalami krisis air. Suplai air ke kamar mandi mendadak terhenti sehingga sampai Kamis siang, mereka tidak bisa mandi atau melakukan aktivitas lainnya. Mereka juga mengaku kehabisan makanan sampai harus minta kepada petugas. Bahkan ada yang minta pulsa.
"Tadi pagi sempat kita belikan donat, namun tampaknya tidak cukup. Kita belikan lagi nasi bungkus dengan menu yang diupayakan sesuai selera mereka," kata Kaur Bin Ops Polres Bandung, Iptu Agus Romy.
Kendala bahasa sempat menyulitkan komunikasi antara petugas dengan para imigran itu. Di antara sekian banyak imigran ini hanya tiga orang yang fasih berbahasa Inggris. Berdasarkan pengakuan mereka, keberadaannya di Ciwidey untuk berwisata setelah sebelumnya singgah di Bogor. Mereka berangkat ke Bandung dengan mencarter Toyota Avanza.
Lain halnya dengan informasi yang dihimpun "GM". Keberadaan mereka di Ciwidey hanya untuk transit, sebelum melanjutkan perjalanan ke Australia. Ciwidey dipilih karena jarak ke Pantai Jayanti, Kabupaten Garut dan Pantai Cidaun, Kabupaten Cianjur dari sini tidak terlalu jauh, bisa ditempuh sekitar 2,5 jam. Pantai Jayanti dan Pantai Cidaun diduga akan menjadi jalan penyeberangan menuju Australia.
"Informasinya imigran dari Iran ini akan mencari suaka politik ke Australia. Wajar bila menaruh kecurigaan seperti itu, sebab sebagian dari mereka tidak bisa menunjukkan kelengkapan dokumennya. Ketika ditanyakan selalu berdalih, hanya akan berbicara dengan petugas dari International Organization for Migration (IOM) atau Organisasi Internasional untuk Migrasi," katanya.
Saat ditanya oleh petugas dari kepolisian, petugas imigrasi, dan aparat pemerintah, mereka lebih banyak bungkam. "Alasannya hanya mau berbicara pada petugas dari IOM," kata Camat Ciwidey, Asep Ruswandi.
Selama menunggu kedatangan IOM, beberapa orang imigran baik laki-laki maupun perempuan, melepas penat dengan cara bermain bola voli di halaman vila.
Sekitar pukul 16.00 WIB petugas dari IOM tiba di Villa Kunt. Begitu sampai mereka langsung masuk ke dalam vila untuk melakukan negosiasi. Sampai pukul 18.30 WIB belum diketahui hasil dari musyawarah tersebut.
"Informasi yang saya dapat, para imigran ini meminta satu malam lagi tinggal di Villa Kunt, dengan alasan kalau pergi sudah terlalu malam," kata Asep.
Pengawasan
Sementara itu, Polda Jabar sudah berupaya keras meningkatkan pengawasan terhadap kedatangan imigran gelap ke wilayah Jabar. Selama ini titik-titik yang diduga menjadi pintu gerbang kedatangan imigran gelap selalu diawasi dengan ketat.
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol. Martinus Sitompul menyatakan, wilayah Jabar yang letak geografisnya cukup berat memang menyulitkan pengawasan kedatangan imigran gelap. Pesisir pantai, katanya, selama ini kerap dijadikan titik kedatangan.
"Lokasi di Jabar terutama pesisir pantainya yang banyak, dimanfaatkan para imigran untuk masuk. Ini juga yang terjadi di Ciwidey, meski lokasi itu hanya dijadikan tempat singgah," ujar Martinus kepada "GM", Kamis (20/6).
Polda Jabar sendiri, katanya, sudah menyiapkan pos pengawasan seperti di Pangandaran dan Palabuhanratu. Bahkan personel pun ditambah, baik dari polres setempat maupun tambahan dari satpolair.
Di samping upaya itu, Martinus juga menyatakan, pihaknya terus melakukan komunikasi dengan warga sekitar. Pihaknya mengimbau untuk melaporkan kepada pihak berwajib jika menemukan warga yang mencurigakan atau imigran gelap. "Di Bandung baru kali ini, walaupun hanya sebagai tempat singgah atau penampungan. Tapi ini jadi pelajaran bagi kita agar ke depan lebih waspada,"
yg ane bold emang bnr gan mereka mempunyai senjata API

sumber
berita lanjutannya
V
V
V
90 Imigran Gelap di Bandung Dibebaskan
Kepolisian Daerah Jawa Barat sudah menyerahkan 132 imigran gelap asal Iran kepada pihak imigrasi kelas I A, di Jalan Suci, Bandung, Jawa Barat, untuk diperiksa. Pemeriksaan yang dilakukan terkait kepastian kelengkapan dokumen para imigran berlangsung Jumat (21/6/2013).
Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian (Wasdakim) Hubertus Hence Marbun mengatakan, pemeriksaan 132 imigran gelap dilakukan oleh aparat imigrasi dibantu penyidik Polres Bandung dan penyidik Polda Jabar.
Menurut Hence, berdasarkan hasil pemeriksaan, 90 imigran sudah dibebaskan karena memiliki dokumen lengkap. "Ada 90 yang sudah dibebaskan, setelah diperiksa ternyata dokumennya lengkap, mereka mempunyai paspor dan visa kunjungannya masih berlaku," kata Marbun.
Sementara, pemeriksaan kepada 42 imigran lainnya masih belum selesai. Pemeriksaan akan terus berlanjut. Dipastikan pemeriksaan akan rampung, Sabtu (22/6/2013), besok. "Jika sisanya tidak memiliki dokumen yang lengkap, kami akan berkoordinasi dengan International Organization for Migration (IOM) untuk penanganan lebih lanjut," kata Hence.
Sementara itu, polisi belum menyebutkan kaitan penahanan kedua tersangka penggelapan, yakni, JP (47) yang diduga berperan sebagai koordinator lapangan dan seorang rekannya bernama MG (40).
Diberitakan sebelumnya, 132 imigran yang diduga imigran gelap ditangkap aparat Polres Bandung, pada Rabu (19/6/2013) sekitar pukul 18.00 WIB, di Hotel Sally dan Villa Cokelat, di Kecamatan Ciwidey, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Sebelumnya, tersangka akan memberangkatkan ratusan imigran gelap tersebut ke Cidaun, Cianjur, Jawa Barat, untuk kemudian dilayarkan ke Australia menggunakan kapal. Kapal tersebut telah dipersiapkan oleh penduduk Cidaun.
tetap waspada gan biar semua aman dan nyaman di lingkungan agan semuanya
sumber
Diubah oleh fadilaha 21-06-2013 16:05
0
1.9K
16


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan