- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Hario Kecik: mengungkapkan kebenaran sejarah, arek Surabaya.
TS
bukuabhiseka
Hario Kecik: mengungkapkan kebenaran sejarah, arek Surabaya.
Saya ingin memposting tentang profil penulis sejarah Indonesia yang kini telah berusia 93 tahun dan masih menulis. Dia adalah Jenderal Suhario Padmodiwirio – atau Hario Kecik – adalah pejuang 45 dan salah satu pendiri kesatuan militer Republik Indonesia. Ia juga satu-satunya perwira militer dari Indonesia yang memiliki pengalaman global system di dua pusat kekuasaan dunia saat Perang Dingin berkecamuk, yaitu di Fort Benning, Georgia, AS (1956) dan Warga College Suvorov, Moscow (1965).
Di dalam negeri ia memiliki pengalaman tempur sejak 24 tahun langsung dalam Battle of Surabaya, dan diikuti dengan masa kemerdekaan hingga tahun 1949. Kemudian antara tahun 1959 hingga 1965 selaku Panglima Kodam di Kalimantan Timur Jend. Hario adalah pucuk pimpinan militer dalam Konfrontasi melawan Inggris/ Malaysia.
Hario Kecik adalah militer lapangan, atau dalam julukan khusus Bung Karno pada panglima kesayangannya ini adalah “wong alasan” (orang rimba). Ia bergerak di luar pengaruh partai politik manapun, termasuk dengan partai komunis seperti dituduhkan selama ini. Ideologi Hario Kecik hanya satu, yakni melaksanakan etik Angkatan 45 untuk tidak pernah mengkhianati Bung Karno selaku symbol Republik hasil revolusi kemerdekaan. Untuk itu pula ia dipenjara- tanpa pengadilan – sekitar empat tahun oleh Rezim Soeharto. Terhadap hal inipun Hario Kecik memilih untuk tidak berkubang dalam dendam. Karena itu ia tetap mampu memproduksi pikiran dengan kreasi khas orang berjiwa merdeka.
Sebelum buku ini Hario Kecik telah menulis tiga memoir dan enam buku Pemikiran Militer – yang masing-masing rata-rata berjumlah 500 halaman. Kemudian buku fiksi yang ditulisnya tak kurang dari lima novel dan satu naskah scenario film. Penerbit buku-buku itu adalah Yayasan Obor Indonesia, LKiS, Pustaka Utan Kayu, dan Abhiseka Dipantara.
Karya-karya beliau antara lain: Memoar Hario Kecik, Si Pemburu, Pemikiran Militer 1 - 7, dsb.
Di dalam negeri ia memiliki pengalaman tempur sejak 24 tahun langsung dalam Battle of Surabaya, dan diikuti dengan masa kemerdekaan hingga tahun 1949. Kemudian antara tahun 1959 hingga 1965 selaku Panglima Kodam di Kalimantan Timur Jend. Hario adalah pucuk pimpinan militer dalam Konfrontasi melawan Inggris/ Malaysia.
Hario Kecik adalah militer lapangan, atau dalam julukan khusus Bung Karno pada panglima kesayangannya ini adalah “wong alasan” (orang rimba). Ia bergerak di luar pengaruh partai politik manapun, termasuk dengan partai komunis seperti dituduhkan selama ini. Ideologi Hario Kecik hanya satu, yakni melaksanakan etik Angkatan 45 untuk tidak pernah mengkhianati Bung Karno selaku symbol Republik hasil revolusi kemerdekaan. Untuk itu pula ia dipenjara- tanpa pengadilan – sekitar empat tahun oleh Rezim Soeharto. Terhadap hal inipun Hario Kecik memilih untuk tidak berkubang dalam dendam. Karena itu ia tetap mampu memproduksi pikiran dengan kreasi khas orang berjiwa merdeka.
Sebelum buku ini Hario Kecik telah menulis tiga memoir dan enam buku Pemikiran Militer – yang masing-masing rata-rata berjumlah 500 halaman. Kemudian buku fiksi yang ditulisnya tak kurang dari lima novel dan satu naskah scenario film. Penerbit buku-buku itu adalah Yayasan Obor Indonesia, LKiS, Pustaka Utan Kayu, dan Abhiseka Dipantara.
Karya-karya beliau antara lain: Memoar Hario Kecik, Si Pemburu, Pemikiran Militer 1 - 7, dsb.
0
3.3K
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan