- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
BLSM dan Kisah Umar bin Khattab


TS
khilafahstuff
BLSM dan Kisah Umar bin Khattab
PT Pos Belum Terima BLSM
Link http://www.tempo.co/read/news/2013/06/21/058490152/PT-Pos-Belum-Terima-Kartu-BLSM
BANDINGKAN GAN....
KISAH UMAR BIN KHATTAB
FILMNYA gan
Tau Umar gan?
- Sikapnya garang, tegas
- Jagoan, pemberani
- Fisik Tinggi Besar
- Tapi rendah diri dihadapan rakyat
- Mudah menangis bila rakyat menderita
- Tidak punya istana
Pemimpin berakhlaq mulia + Sistem Tuhan
Quote:
TEMPO.CO, Kupang - Kepala PT Pos Indonesia cabang Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), I Nengah Darma mengaku belum menerima kartu Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) di daerah itu sebagai implikasi dari kenaikan harga BBM.
Informasi yang diterimanya menyebutkan kartu BLSM masih dalam proses pencetakan dan selanjutnya akan dibagikan kepada masyarakat yang memiliki hak sesuai nama yang tercantum pada kartu tersebut. "Kartunya masih dalam proses pencetakan di Jakarta," katanya kepada wartawan, Jumat, 21 Juni 2013.
Sampai saat ini juga, menurut dia, pihaknya belum mendapatkan data berapa banyak rumah tangga penerima BLSM dari pemerintah pusat sebagai kompensasi kenaikan harga BBM. "Kami belum tahu jumlah penerimanya," kata I Nengah.
Dia mengatakan, pihaknya masih menunggu kebijakan dari pemerintah untuk menyalurkan BLSM tersebut kepada masyarakat. "Kami hanya menyalurkan. Jadi, kami belum tahu kapan mulai disalurkan," katanya.
Namun, dia mengaku, PT Pos siap menyalurkan dana BLSM yang dipercayakan pemerintah hingga ke perkampungan, karena PT Pos sudah berpengalaman menyalurkan bantuan bagi masyarakat, seperti sebelumnya Bantuan Langsung Tunai (BLT). "Kami sudah lakukan koordinasi dengan seluruh PT Pos di NTT," katanya.
Saat ini, katanya, kantor pos telah tersebar di 21 kabupaten/kota di NTT, hingga ke sejumlah kecamatan di pulau terpencil, sehingga penyalurannya akan diproses lebih cepat dan tepat sasaran. "Penyalurannya akan lebih cepat, karena pulau terpencil juga sudah miliki kantor pos," katanya.
Sesuai kebijakan pemerintah penerima BLSM adalah warga penerima beras miskin (Raskin). Jumlah penerima raskin di NTT tahun 2013 sebanyak 421.799 keluarga.
Informasi yang diterimanya menyebutkan kartu BLSM masih dalam proses pencetakan dan selanjutnya akan dibagikan kepada masyarakat yang memiliki hak sesuai nama yang tercantum pada kartu tersebut. "Kartunya masih dalam proses pencetakan di Jakarta," katanya kepada wartawan, Jumat, 21 Juni 2013.
Sampai saat ini juga, menurut dia, pihaknya belum mendapatkan data berapa banyak rumah tangga penerima BLSM dari pemerintah pusat sebagai kompensasi kenaikan harga BBM. "Kami belum tahu jumlah penerimanya," kata I Nengah.
Dia mengatakan, pihaknya masih menunggu kebijakan dari pemerintah untuk menyalurkan BLSM tersebut kepada masyarakat. "Kami hanya menyalurkan. Jadi, kami belum tahu kapan mulai disalurkan," katanya.
Namun, dia mengaku, PT Pos siap menyalurkan dana BLSM yang dipercayakan pemerintah hingga ke perkampungan, karena PT Pos sudah berpengalaman menyalurkan bantuan bagi masyarakat, seperti sebelumnya Bantuan Langsung Tunai (BLT). "Kami sudah lakukan koordinasi dengan seluruh PT Pos di NTT," katanya.
Saat ini, katanya, kantor pos telah tersebar di 21 kabupaten/kota di NTT, hingga ke sejumlah kecamatan di pulau terpencil, sehingga penyalurannya akan diproses lebih cepat dan tepat sasaran. "Penyalurannya akan lebih cepat, karena pulau terpencil juga sudah miliki kantor pos," katanya.
Sesuai kebijakan pemerintah penerima BLSM adalah warga penerima beras miskin (Raskin). Jumlah penerima raskin di NTT tahun 2013 sebanyak 421.799 keluarga.
Link http://www.tempo.co/read/news/2013/06/21/058490152/PT-Pos-Belum-Terima-Kartu-BLSM
BANDINGKAN GAN....
KISAH UMAR BIN KHATTAB
Quote:
Umar adalah sosok pemimpin teladan yang sangat mengerti kepentingan rakyatnya. Padahal ia sendiri hidup dalam kondisi sangat sederhana.
Pada suatu malam, sudah menjadi kebiasaan bahwa Khalifah Umar bin Khattab sering berkeliling mengunjungi, menginvestigasi kondisi rakyatnya dari dekat.
Nah, pada suatu malam itu, ia menjumpai sebuah gubuk kecil yang dari dalam terdengar suara tangis anak-anak. Ia pun mendekat dan mencoba untuk memperhatikan dengan seksama keadaan gubuk itu.
Dialog Umar bin Khattab dengan seorang Ibu.
Ternyata dalam gubuk itu terlihat seorang ibu yang sedang memasak, dan dikelilingi oleh anak-anaknya yang masih kecil.
Si ibu berkata kepada anak-anaknya,
"Tunggulah...! Sebentar lagi makanannya matang."
Sang Khalifah memperhatikan dari luar, si ibu terus menerus menenangkan anak-anaknya dan mengulangi perkataannya bahwa makanan yang dimasaknya akan segera matang.
Sang Khalifaf menjadi sangat penasaran, karena yang dimask oleh ibu itu tidak kunjung matang, padahal sudah lama dia memasaknya.
Akhirnya Khalifah Umar memutuskan untuk menemui ibu itu,
"Mengapa anak-anakmu tidak juga berhenti menangis, Bu..?" tanya Sang Khalifah.
"Mereka sangat lapar," jawab si ibu.
"Kenapa tidak cepat engkau berikan makanan yang dimasak dari tadi itu?" tanya Khalifah.
"Kami tidak ada makanan. Periuk yang dari tadi aku masak hanya berisi batu untuk mendiamkan mereka. Biarlah mereka berfikir bahwa periuk itu berisi makanan, dengan begitu mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur." jawab si ibu.
Setelah mendengar jawab si ibu, hati sang Kahlifah Umar bin Khattab serasa teriris.
Kemudian Khalifah bertanya lagi,
"Apakah ibu sering berbuat demikian setiap hari?"
"Iya, saya sudah tidak memiliki keluarga atau pun suami tempat saya bergantung, saya sebatang kara...," jawab si ibu.
Hati dari sang Khalifah laksana mau copot dari tubuh mendengar penuturan itu, hati terasa teriris-iris oleh sebilah pisau yang tajam.
"Mengapa ibu tidak meminta pertolongan kepada Khalifah supaya ia dapat meolong dengan bantuan uang dari Baitul Mal?" tanya sang khalifah lagi.
"Ia telah zalim kepada saya...," jawab si ibu.
"Zalim....," kata sang khalifah dengan sedihnya.
"Iya, saya sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya. Siapa tahu ada banyak orang yang senasib dengan saya!" kata si ibu.
Khalifah Umar bin Khattab kemudian berdiridan berkata,
"Tunggulah sebenatar Bu ya. Saya akan segera kembali."
Bantuan dari Khalifah.
Di malam yang semakin larut dan hembusan angin terasa kencang menusuk, Sang Khalifah segera bergegas menuju Baitul Mal di Madinah. Ia segera mengangkat sekarung gandum yang besar di pundaknya ditemani oleh sahabatnya Ibnu Abbas. Sahabatnya membawa minyak samin untuk memasak.
Jarak antara Madinah denga rumah ibu itu terbilang jauh, hingga membuat keringat bercucuran dengan derasnya dari tubuh Umar. Melihat hal ini, Abbas berniat untuk menggantikan Umar untuk mengangkat karung yang dibawanya itu, tapi Umar menolak sambil berkata,
"Tidak akan aku biarkan engkau membawa dosa-dosaku di akhirat kelak. Biarkan aku bawa karung besar ini karena aku merasa sudah begitu bersalah atas apa yang terjadi pada ibu dan anak-anaknya itu."
Beberapa lama kemudian sampailah Khalifah dan Abbas di gubuk ibu itu.
Begitu sekarung gandum dan minyak samin itu diserahkan, bukan main gembiranya mereka. Setelah itu, Umar berpesan agar ibu itu datang menemui Khalifah keesokan harinya untuk mendaftarkan dirinya dan anak-anaknya di Baitul Mal.
Setelah keesokan harinya, ibu dan anak-anaknya pergi untuk menemui Khalifah. Dan betapa sangat terkejutnya si ibu begitu menyaksikan bahwa lelaki yang telah menolongnya tadi malam adalah Khalifahnya sendiri, Khalifah Umar bin Khattab.
Segera saja si ibu minta maaf atas kekeliruannya yang telah menilai bahwa khalifahnya zalim terhadapnya. Namun Sang Khalifah tetap mengaku bahwa dirinyalah yang telah bersalah.
Nah, itulah kisah pemimpin teladan kita kali ini, sahabat Rasulullah SAW, Khalifah Umat Islam yang kedua, Umar bin Khattab.
Pada suatu malam, sudah menjadi kebiasaan bahwa Khalifah Umar bin Khattab sering berkeliling mengunjungi, menginvestigasi kondisi rakyatnya dari dekat.
Nah, pada suatu malam itu, ia menjumpai sebuah gubuk kecil yang dari dalam terdengar suara tangis anak-anak. Ia pun mendekat dan mencoba untuk memperhatikan dengan seksama keadaan gubuk itu.
Dialog Umar bin Khattab dengan seorang Ibu.
Ternyata dalam gubuk itu terlihat seorang ibu yang sedang memasak, dan dikelilingi oleh anak-anaknya yang masih kecil.
Si ibu berkata kepada anak-anaknya,
"Tunggulah...! Sebentar lagi makanannya matang."
Sang Khalifah memperhatikan dari luar, si ibu terus menerus menenangkan anak-anaknya dan mengulangi perkataannya bahwa makanan yang dimasaknya akan segera matang.
Sang Khalifaf menjadi sangat penasaran, karena yang dimask oleh ibu itu tidak kunjung matang, padahal sudah lama dia memasaknya.
Akhirnya Khalifah Umar memutuskan untuk menemui ibu itu,
"Mengapa anak-anakmu tidak juga berhenti menangis, Bu..?" tanya Sang Khalifah.
"Mereka sangat lapar," jawab si ibu.
"Kenapa tidak cepat engkau berikan makanan yang dimasak dari tadi itu?" tanya Khalifah.
"Kami tidak ada makanan. Periuk yang dari tadi aku masak hanya berisi batu untuk mendiamkan mereka. Biarlah mereka berfikir bahwa periuk itu berisi makanan, dengan begitu mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur." jawab si ibu.
Setelah mendengar jawab si ibu, hati sang Kahlifah Umar bin Khattab serasa teriris.
Kemudian Khalifah bertanya lagi,
"Apakah ibu sering berbuat demikian setiap hari?"
"Iya, saya sudah tidak memiliki keluarga atau pun suami tempat saya bergantung, saya sebatang kara...," jawab si ibu.
Hati dari sang Khalifah laksana mau copot dari tubuh mendengar penuturan itu, hati terasa teriris-iris oleh sebilah pisau yang tajam.
"Mengapa ibu tidak meminta pertolongan kepada Khalifah supaya ia dapat meolong dengan bantuan uang dari Baitul Mal?" tanya sang khalifah lagi.
"Ia telah zalim kepada saya...," jawab si ibu.
"Zalim....," kata sang khalifah dengan sedihnya.
"Iya, saya sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya. Siapa tahu ada banyak orang yang senasib dengan saya!" kata si ibu.
Khalifah Umar bin Khattab kemudian berdiridan berkata,
"Tunggulah sebenatar Bu ya. Saya akan segera kembali."
Bantuan dari Khalifah.
Di malam yang semakin larut dan hembusan angin terasa kencang menusuk, Sang Khalifah segera bergegas menuju Baitul Mal di Madinah. Ia segera mengangkat sekarung gandum yang besar di pundaknya ditemani oleh sahabatnya Ibnu Abbas. Sahabatnya membawa minyak samin untuk memasak.
Jarak antara Madinah denga rumah ibu itu terbilang jauh, hingga membuat keringat bercucuran dengan derasnya dari tubuh Umar. Melihat hal ini, Abbas berniat untuk menggantikan Umar untuk mengangkat karung yang dibawanya itu, tapi Umar menolak sambil berkata,
"Tidak akan aku biarkan engkau membawa dosa-dosaku di akhirat kelak. Biarkan aku bawa karung besar ini karena aku merasa sudah begitu bersalah atas apa yang terjadi pada ibu dan anak-anaknya itu."
Beberapa lama kemudian sampailah Khalifah dan Abbas di gubuk ibu itu.
Begitu sekarung gandum dan minyak samin itu diserahkan, bukan main gembiranya mereka. Setelah itu, Umar berpesan agar ibu itu datang menemui Khalifah keesokan harinya untuk mendaftarkan dirinya dan anak-anaknya di Baitul Mal.
Setelah keesokan harinya, ibu dan anak-anaknya pergi untuk menemui Khalifah. Dan betapa sangat terkejutnya si ibu begitu menyaksikan bahwa lelaki yang telah menolongnya tadi malam adalah Khalifahnya sendiri, Khalifah Umar bin Khattab.
Segera saja si ibu minta maaf atas kekeliruannya yang telah menilai bahwa khalifahnya zalim terhadapnya. Namun Sang Khalifah tetap mengaku bahwa dirinyalah yang telah bersalah.
Nah, itulah kisah pemimpin teladan kita kali ini, sahabat Rasulullah SAW, Khalifah Umat Islam yang kedua, Umar bin Khattab.
FILMNYA gan

Tau Umar gan?
- Sikapnya garang, tegas
- Jagoan, pemberani
- Fisik Tinggi Besar
- Tapi rendah diri dihadapan rakyat
- Mudah menangis bila rakyat menderita
- Tidak punya istana
Pemimpin berakhlaq mulia + Sistem Tuhan
0
3.8K
Kutip
58
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan