“Sepak bola tanpa suporter bukan apa-apa,” tulis demonstran dalam sebuah spanduk yang mereka usung di depan kantor Premier League. Para demonstran yang merupakan suporter klub itu memprotes tingginya tiket menonton sepak bola.

Tiket semusim tertinggi untuk musim 2013/14 adalah untuk Arsenal yakni 1.955 pound atau sekitar 30 juta, biaya yang tidak jauh beda dengan yang dihabiskan untuk makan setahun bagi sebagian besar rakyat miskin di Inggris,

Para demonstran juga membandingkan dengan Bundesliga yang faktanya malah menguasai Liga Champions musim 2012/13. Bayern Muenchen yang menjadi juara menjual season ticket sekitar 67 pound untuk orang cacat hingga kurang dari 550 pound untuk posisi terbaik di Allianz Arena. Muenchen pun menjual tiket tahunan satu blok berdiri alias tanpa tempat duduk hanya dengan 104 pound.

Tiket musiman termurah untuk menonton sepak bola di Premier League musim depan sendiri adalah milik Manchester City dengan 299 pound, sekitar 4,6 juta rupiah. Meski begitu, dengan kekayaan pemilik klub penguasa minyak dari Timur Tengah, hal itu memungkinkan City tetap bisa membeli dan menggaji pemain-pemain dengan mahal.

Regulasi kepemilikan klub di Premier League juga mungkin perlu dikaji ulang. Saat ini klub-klub Inggris dikuasai oleh orang-orang kaya dari luar Inggris. Mereka jor-joran untuk membeli dan menggaji pemain, sehingga dampaknya suporter terkena imbas dengan penjualan tiket menjadi mahal.

Mereka mungkin perlu melihat Bundesliga yang menegakkan peraturan bahwa kepemilikan klub setidaknya 51% saham masing-masing klub harus dimiliki oleh suporter. Bayern Muenchen bahkan kini 82% saham dimiliki oleh 187.865 anggota klub. Mengingat kemajuan di segala bidang di Bundesliga, hal itu dianggap sebagai contoh pengelolaan sepak boal di masa depan.





Premier League Didemo Suporter Karena Harga Tiket