- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ini Dia Si Pembakar Hutan Bikin Berang Singapura dan Malaysia


TS
fckita
Ini Dia Si Pembakar Hutan Bikin Berang Singapura dan Malaysia
Spoiler for Buka:
Spoiler for Buka:
Spoiler for Buka:

Asap dan air terkadang menjadi senjata yang sangat ampuh dalam melumpuhkan kekuatan lawan di medan perang. Pengalaman tersebut ternyata dialami langsung oleh negara Mesir dalam perang Sinai melawan kekuatan militer Israel pada tahun 70an. Dengan kecerdikan seorang pimpinan militer Mesir, akhirnya tentara Mesir berhasil melumpuhkan kekuatan militer Israel yang terkenal sangat digdaya pada era itu, hanya dengan menggunakan air dan semprotan asap ke dalam bunker-buker pertahanan Israel. Akhirnya Mesir pun mampu menguasai wilayah Semenanjung Sinai kembali.
Kisah yang hampir-hampir mirip ternyata sedang terjadi di sekitar kita. Singapura adalah sebuah negara kecil di lingkup Asean, namun memiliki sumber daya ekonomi raksasa. Serta ditunjang dengan kecanggihan peralatan militer dan hitech, membuat negara liliput ini sangat disegani di kawasan.
Indonesia sebagai negara raksasa dalam hal luas wilayah teritorial di kawasan Asean, sampai kehabisan ide menghadapi negara liliput ini. Terutama dalam masalah ekstradisi para koruptor kakap yang kabur ke negara tersebut. Dengan berbagai dalih, serta memanfaatkan pengaruh kekuatan ekonominya dengan negara-negara dunia, Singapura berani mementalkan rencana kerjasama ektradisi koruptor kakap dengan Indonesia, dengan alasan yang tidak jelas.
Beruntung, Indonesia adalah tetangga yang baik. Walaupun Singapura nyata-nyata bersikap licik terhadapnya, namun masih tetap membuka pintu kerjasama ekonomi sebesar-besarnya kepada Singapura. Terbukti dengan masuknya investor negeri jiran tersebut ke beberapa perusahaan raksasa Indonesia, serta meraup untung triliunan rupiah setiap tahunnya.
Namun siapa nyana, ternyata akibat semburan asap hasil pembakaran hutan di pulau Sumatera selama seminggu ini, seolah-olah membuat negera liliput ini tumbang atau hilang nalar positifnya. Terbukti dengan keluarnya statement sampah dari pejabat tinggi negeri jiran tersebut untuk memboikot produk Indonesia. Belum lagi pernyataan-pernyataan keras lainnya yang ditujukan kepada pejabat Indonesia yang membuat kuping merah. Seolah-olah selama ini Indonesia tidak berbuat apa-apa dalam menuntaskan masalah kebakaran tersebut.
Lucunya, setelah diadakan analisa melalui satelit pendeteksi titik panas bumi (NOAA) pada Selasa (18/6), berhasil diketemukan keberadaan 148 titik panas bumi, yang sebagaian besar berada di lahan HTI milik investor Malaysia dan Singapura, sebagaimana yang dirilis oleh goriau.com. Dan berlokasi di Desa Sering, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan.
Selanjutnya, NOAA juga mendeteksi beberapa titik kebakaran lahan di kawasan perkebunan milik PT Bumi Reksa Nusa Sejati yang juga milik pengusaha Malaysia. Menurut data tersebut, sejumlah titik panas itu berda di dua lokasi areal perkebunan PT Bumi Reksa Nusa Sejati, yakni di sekitar Desa Simpang Kateman, Kecamatan Pelagiran, dan satu lagi di sekitar Desa Bente, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir.
Titik panas menurut data tersebut juga berada di kawasan perkebunan milik perusahaan Malaysia lainnya, seperti PT Tunggal Mitra Plantation, PT Udaya Loh Dinawi, PT Abdi Plantation, PT Jati Jaya Perkasa, PT Multi Gambut Industry, PT Bumi Reksa Nusa Sejati, dan PT Mustika Agro Lestari. Kemudian kebakaran juga terjadi di kawasan hutan tanam industri milik PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang sebagian sahamnya juga dimiliki oleh pihak asing termasuk Singapura.
Menurut informasi pejabat pemerintah setempat, kebakaran di sekitar area industri milik perusahaan-perusahaan asing tersebut memang sering terjadi saat kemarau. Tak pelak, perusahaan itu kemudian ‘meng-ekspor’ asap sisa kebakaran lahan itu ke negera asalnya.
Dengan realitas ini, apakah Singapura dan Malaysia masih tetap akan menyerahkan semua tanggungjawab penyelesaian masalah kebakaran hutan atau lahan tersebut kepada Indonesia? Atau begerak bersama-sama menuntaskan problema tersebut. Tentu saja bagi Indonesia sangat mengharapkan dilaksanakannya opsi kedua.
Namun sangat disayangkan, dari pihak Singapura maupun Malaysia, sampai detik ini belum menunjukkan aksi realnya. Hanya sebatas pada statemen keras saja, padahal mereka yang sangat berat menanggung dampaknya. So, haruskah Indonesia saja yang disalahkan….?
Salam



Diubah oleh fckita 21-06-2013 04:37
0
2K
14


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan