ainalizaAvatar border
TS
ainaliza
Taufiq Kiemas Ternyata Pernah Bercita-cita Menikahi Anak Presiden
Taufiq Kiemas kini sudah berpulang untuk selama-lamanya. Dia meninggal di Singapura dan dikenang sebagai tokoh politik nasional yang pekerja keras dan santun. Tetapi Taufiq Kiemas juga meninggalkan kenangan lain yang romantis yaitu kisah cintanya dengan Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri.
Duka menyelimuti suasana hanggar skuadron 17 Halim Perdanakusumah Jakarta, Minggu (9/6/2013) pagi. Kala itu, menjelang detik-detik pelepasan jenazah Ketua MPR Taufiq Kiemas ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata Jakarta.
Sang istri, Megawati Soekarnoputri dan putrinya, Puan Maharani tiada henti meneteskan air mata. Mengenakan busana hitam dipadu kerudung putih, putri sulung Bung Karno itu sesekali mengusap air matanya.
Wajah perempuan yang menjabat Ketua Umum PDIP ini sembab. Puan yang mengenakan pakaian dan kerudung hitam, juga sesekali menghapus air matanya. Berkali-kali ia menyeka dengan sapu tangan.
Mega dan Puan duduk berdampingan. Keduanya terus memandangi peti jenazah berbalut bendera Merah Putih. Di belakang mereka, para pelayat mengikuti upacara dengan kidmat.
Upacara dilepas secara militer dan dipimpin sang Wapres Boediono. Begitu tiba di TMP Kalibata, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah bersiap menyambut jenazah suami Megawati.
Megawati pun bergegas meletakkan karangan bunga berukuran mini di pusara sang suami tercinta, begitu liang kubur rampung ditimbun tanah. Mega lantas meletakkan karangan bunga tepat di atas pusara sang suami. Gurat kesedihan di raut wajah Mega makin jelas. Ketika berjalan mendekati kursi, ia kembali menyeka air mata yang membasahi pipinya.
Beberapa saat sebelumnya, Puan Maharani mendapatkan kesempatan pertama untuk menimbun tanah setelah jenazah sang ayah diletakkan di dasar liang lahat.
Itulah akhir rajutan asmara sekaligus bahtera rumahtangga Megawati dengan Taufiq Kiemas. Pusara menjadi tanda akhir, sekaligus mengingatkan awal cinta Mega-Kiemas.
Yah, kepergian Almarhum Taufiq Kiemas menyisakan sejumlah kisah dan kesan bagi orang-orang yang pernah hadir semasa hidupnya. Diantara kisah yang paling berkesan tentunya kisah bersama istri tercinta, mantan Presiden RI Megawati Soekarnoputri.
7 Tahun Memendam Cinta
Kisah cinta Megawati dan Taufiq Kiemas memang seolah terlupakan mengingat keduanya merupakan tokoh politik nasional yang selalu penuh dengan pemberitaan seputar masalah bangsa. Hingga banyak orang melupakan bagaimana kemesraan dua orang yang akhirnya menjadi pembesar negeri ini.
Sebagaimana dituturkan oleh adik ke-3 Taufiq Kiemas, Dusi Kiemas, sebenarnya Taufiq sudah bercita-cita ingin menikahi Megawati sejak kelas enam sekolah dasar.
“Saya ingat, waktu itu almarhum bilang, saya ingin kimpoi dengan ibu megawati. Ketika itu masih kelas enam SD,” jelas Dusi yang hadir di pemakaman Almarhum di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (9/6).
Dan itu adalah babak baru perjalanan kehidupan Taufiq Kiemas. Memang, jauh-jauh hari, Taufiq sudah punya firasat akan menikahi Megawati. Saat dipenjara di markas CPM Palembang, dia pernah menunjukkan foto Megawati yang terpampang di sebuah majalah kepada sahabatnya, Adjis Saip. Ketika itu Megawati masih gadis dan belum menikah. “Djis, ini calon ayu (kakak perempuan) kau,” kata Taufiq.
Adjis Saip menanggapinya ringan saja, dengan sedikit kelakar, “Ah, Kak Taufiq jangan mimpilah. Dia (Megawati) itu anak presiden, kita ini hanya rakyat biasa”.
“Kalau kau tak percaya, lihat saja nanti” kata Taufiq dengan nada serius, demikian yang ditulis dalam buku biografi Taufiq Kiemas berjudul Gelora Kebangsaan Tak Kunjung Padam.
Setelah membaca keyakinan Taufiq bahwa satu saat ia pasti bisa menikahi Megawati, muncul rasa penasaran tentang hal ini. Sejak kapan TK sudah merasa jatuh cinta pada Megawati sebelum pernikahan mereka?
Dari buku biografi “Gelora Kebangsaan Tak Kunjung Padam” itu jugalah diperoleh jawaban yang sangat menyentuh hati. Di lembar-lembar awal buku ini, kata kunci yang harus dicari adalah pada tahun berapa Taufiq Kiemas dipenjara di Markas CPM Palembang (sebab percakapannya dengan sahabatnya yang bernama Adjis Saip terjadi saat keduanya dipenjara disana. Jawaban dari rasa penasaran ini terdapat pada halaman 40-42 pada buku biografi ini.
Tak lama setelah peristiwa pembakaran koran Noesa Dua Poetra (edisi 9 Maret 1966), Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, Komandan RPKAD yang sedang dalam perjalanan dinas mengganyang PKI di Sumatera Selatan sempat berpidato dalam sebuah pertemuan di Palembang dan sempat berkata, “Saya tidak takut sama (geng) Don Quixotte — geng anak muda yang dipimpin Taufiq Kiemas –. Mana mereka ? Akan saya libas”.
Maka sejak saat itulah nama geng Don Quixotte menjadi terkenal seantero Palembang.
“Dikira orang, itu kelompok berbahaya, padahal cuma geng anak kuliahan yang nasionalis,” kata Sjafei Ali Gumay.
Perkataan Sarwo Edhie bagai api menyulut bensin. Aparat keamanan dengan cepat menangkap Taufiq dan puluhan aktivis GMNI Palembang.
Mereka dimasukkan ke dalam sel tahanan Markas CPM Kodam Sriwijaya di jalan Merdeka Palembang.
Adjis Saip, misalnya, semula berhasil lolos dari tangkapan aparat keamanan. Tapi, karena rasa solidaritasnya muncul, ia pun mendatangi markas CPM dan meminta menukar dirinya dengan Taufiq.
Permintaan itu tentu saja tak dikabulkan tentara dan Adjis pun diperintahan masuk tahanan. Ada hikmah yang didapat Taufiq dan kawan-kawan selama didalam tahanan itu. Rasa senasib sepenanggungan semakin menyuburkan solidaritas diantara mereka.
“Bayangkan selama setahun lebih dipenjara, kami tak boleh dijenguk siapapun, termasuk keluarga ataupun sanak famili. Bahkan, tak boleh menerima kiriman makanan sekalipun. Jadi, urusan makanan hanya bergantung pada jatah makanan dari dapur penjara,” kenang Taufiq.
Sehingga dapat diperkirakan, peristiwa dimana Taufiq mengatakan kepada sahabatnya Adjis Saip bahwa satu saat nanti ia akan berjodoh dengan Megawati adalah periode tahun 1966-1967. Periode dimana Taufiq dipenjara di Markas CPM Palembang selama satu tahun lamanya. Sementara Taufiq menikahi Megawati pada bulan Maret 1973.
Tujuh tahun sebelum pernikahan itu berlangsung, Taufiq sudah jatuh cinta dan sangat optimis bahwa satu waktu nanti ia pasti bisa menikahi putri sulung Presiden Soekarno.
Tujuh tahun sebelum ia mengenal Megawati secara langsung, Taufiq sudah menyimpan rasa cinta yang begitu kuat pada pujaan hatinya.
Saat ia dipenjara di Markas CPM Palembang, Taufiq berusia 24 tahun. Dan saat ia menikahi Megawati, Taufiq berusia 31 tahun. Luar biasa keindahan cinta yang dipersembahkan Taufiq untuk sang istri. Sebuah cinta yang benar-benar mengagumkan.
Bertemu di Makam Bung Karno
Awal pertemuannya Taufiq dan Megawati cukup istimewa. Pasalnya mereka tidak bertemu di tempat yang romantis dan indah ala sinetron jaman sekarang. Keduanya malah bertemu ketika Taufiq Kiemas menemani Buruh Soekarno Putra ziarah ke makam Bung Karno di Blitar pada Bulan Juli 1971.
Saat itu, Taufiq Kiemas bersama Guntur Soekarnoputra dan Panda Nababan ikut serta dalam ziarah tersebut dan kunjungan ke komplek perumahan AURI di Madiun. Di sinilah pertama kalinya kedua pasangan ini bertemu. “Saat itulah saya berkenalan dengan Taufiq,” kenang Megawati.
Saat itu, Megawati sudah menikah dengan Letnan (Penerbang) Surindro Suprijarso tahun 1964. Sepeninggal Surindro, kakak Mengawati, Guntur memperkenalkannya dengan Taufiq Kiemas.
Sebelum bertemu Taufiq, Megawati telah sering mendengar cerita tentang sosok Taufiq Kiemas dari adiknya, Guruh.
Guruh sering bilang, “Dis (Adis, nama panggilan kecil Megawati), nanti saya kenalkan dengan teman saya, si Bule (Taufiq Kiemas),” Taufik Kiemas sering dipanggil “Bule” karena perawakannya yang putih dan tinggi besar.
Penampilan Taufiq yang waktu itu gagah, tinggi, dan pembawaan yang ramah ternyata menarik hati Megawati. Walau Megawati saat itu sudah memiliki dua anak, Mohammad Rizki Pratama (Tamtam) dan Mohammad Prananda (Nanan), hal itu mendapat sambutan baik dari Taufiq.
“Sejak menikah, aku telah menganggap Tamtam dan Nanan sebagai anak kandungku. Mereka berdua tidak saya beda-bedakan dengan Puan. Kasih sayangku kepada ketiga anakku itu sama,” tutur Kiemas.
Benar, setelah menjalin hubungan, keduanya pun sepakat melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan pada Maret 1973. Resepsi pernikahan pun dilangsungkan dengan sederhana di Panti Perwira, Jalan Prapatan, Jakarta Pusat.
Pernikahan tersebut berlangsung sederhana mengingat pada masa itu orang-orang terdekat Soekarno mengalami masa sulit di bawah rezim Soeharto.
Selama masa pernikahan, pasangan ini kerap dilanda masalah sulit mulai dari tekanan rezim Soeharto, ekonomi yang sulit, hingga masalah-masalah yang lain. Namun keduanya tetap gigih dan sabar menjalani kisah cinta mereka yang murni dan abadi hingga keduanya dipisahkan oleh kematian.
Kendati demikian, berkat kegigihan dan kesabaran mereka, pasangan Kiemas-Mega bisa melalui. Megawati bahkan mampu menembus politik tertinggi, sebagai Presiden Kelima RI, dan Kiemas menjadi Ketua MPR hingga Tuhan memanggilnya pada Sabtu (8/6/2013).
Setelah menikah dengan Megawati, Taufiq semakin aktif di kepartaian PDI Perjuangan. Walau secara politik kedua sejoli ini sering berbeda pandangan dan pola pikir, namun rumah tangga mereka berlangsung harmonis. Hingga pada 1974, lahirlah seorang puteri yang cantik yang kemudian diberi nama Puan Maharani.
Dalam sebuah pertemuan kecil di Ceko, yaitu disela-sela kunjungan kenegaraan Presiden Megawati Soekarnoputri ke 6 negara (Italia, Vatikan, Inggris, Austria, Ceko dan Slovakia) pada bulan Juni 2002, Taufiq pernah mengungkapkan sesuatu mengenai komitmen kesetiaannya sebagai seorang suami.
“Mbak Mega itu anak orang (tokoh) besar. Dia anak seorang presiden. Dia juga akhirnya seorang Presiden. Bayangkan kalau kelakuanku buruk. Main sama perempuan lain. Orang bilang apa ?” demikian diungkapkanTaufiq Kiemas kepada sejumlah kecil wartawan yang ikut dalam kunjungan kenegaraan Megawati tersebut.
“Aku ini menghormati perempuan. Dan aku tahu, perempuan bagaimana yang aku nikahi ini. Ia anak proklamator kita. Dimana-mana ada foto istriku. Dimana-mana orang mengenal istriku. Sehingga aku harus menjaga sikapku sebagai suaminya” lanjut Taufiq ketika itu.
Taufiq berulang kali menegaskan bahwa ia sungguh-sungguh akan menjaga nama baik istrinya dan nama baik ayah mertuanya. Taufiq juga tak pernah bosan menceritakan dan mengungkapkan betapa ia sangat mencintai isterinya.
Tetapi kini, setelah ia tak ada, Taufiq juga perlu mengetahui bahwa ternyata ia pun sangat dicintai oleh begitu banyak orang di negara ini. Ia membagikan cinta yang tulus kepada sesama manusia dari berbagai kalangan. Ia membagikan perhatian yang hangat kepada ribuan sahabat dekatnya sepanjang hidup.
Ia juga tetap menyimpan sebuah cinta yang tak pernah berubah selama puluhan tahun yaitu cinta pertama sekaligus cinta terakhirnya kepada Megawati. Dan cinta abadi itu ia bawa sampai mati…

sumber: http://www.siaga.co/news/2013/06/18/...pada-megawati/
0
3.4K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan