- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Melestarikan Budaya Batak Lewat Moro-Moro Toba


TS
famouswithus
Melestarikan Budaya Batak Lewat Moro-Moro Toba

Richard Berry Ginting adalah alumnus Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU). Richard yang kini telah bekerja sebagai PNS di Kecamatan Besitang, Stabat, Kabupaten Langkat ini memilki passion dibidang seni khususnya Fotografi dan Desain.
Meski telah berstatus sebagai PNS, pria kelahiran Tanah Karo ini selalu berusaha menyempatkan diri untuk menyalurkan hobinya tersebut. Kecintaannya kepada petualangan telah mengantarkannya ke Tuk-Tuk, tempat yang indah dengan segudang nilai budaya.
Berawal dari kecintaannya tersebut, dia mendalami dan mencintai Tuk-Tuk seperti kampung halamannya sendiri di Munthe. Hal ini membuatnya belajar dan banyak tahu mengenai adat Batak Toba dan jatuh cinta. Dia belajar banyak mengenai batak toba mulai dari kesenian, lagu dan segala hal tentang Batak Toba khusunya ukiran-ukiran yang terdapat di rumah adat Batak Toba. Menurutnya, Batak Toba merupakan salah satu suku Batak yang tetap menganut dan melestarikan kebudayaanya dengan baik dan suku yang cukup besar karena banyak populasinya. Orang Batak Toba sangat mencintai budayanya dan hal tersebut sulit luntur dari diri mereka masing-masing. Suku Batak juga merupakan suku yang besar dengan beberapa anak suku yang hidup di Sumatera Utara.
Melihat ukiran-ukiran “Gorga” yang terdapat di rumah adat khas Batak Toba, muncul keinginannya untuk mengangkat budaya Batak melalui ukiran tersebut. Dan didasari atas kecintaanya akan Tuk-Tuk, ia ingin membuat sesuatu yang khas dari Tuk-Tuk yang nantinya juga diharapkan akan menjadi ikon dari Sumatera Utara
Dilatarbelakangi oleh batik yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia yang berasal dari Indonesia, muncul keinginannya untuk mengangkat ukiran tersebut kedalam bentuk batik menggunakan corak “Gorga” dan ingin menuangkannya ke dalam bentuk baju. Bersama dengan teman-temannya dia mulai melakukan riset di Tuk-Tuk.
Tuk-Tuk merupakan sebuah tempat yang indah di Danau Toba yang banyak dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Sebagian besar turis mancanegara yang datang ke Tuk-Tuk yaitu berasal dari Eropa dan turis asal Finlandialah yang paling banyak. Turis asal Finlandia paling banyak datang ke Tuk-Tuk karena menurut mereka Tuk-Tuk sudah seperti rumah kedua mereka. Di negara mereka, ada salah satu siaran yang setiap minggunya menayangkan tentang Danau Toba.
Jadi sebagai penghargaan kepada wisatawan Finlandia, Richard Berry Ginting dan teman-temannya sepakat menggunakan nama Moro-Moro Toba yang artinya ‘hallo’ dalam bahasa Finlandia sebagai label clothing bertema “Gorga” yang akan mereka buat tersebut. Pembuatan pakaian itu sendiri akan dibagi 2, pertama dengan nama Moro-Moro Toba mereka akan membuat kaus yang ditujukan kepada wisatawan Backpaker dengan gaya Bohemian, etnik dan sesuai dengan para backpaker yang nantinya juga dapat digunakan sebagai oleh-oleh khas Sumatera Utara. Kedua, mereka akan meluncurkan Dilehon yaitu batik dengan corak Gorga yang akan dibatik langsung oleh dua orang seniman dari desa Garoga di Tuk-Tuk dalam bentuk gaun dan baju formal lainnya.
Dengan pembuatan pakaian bertema Gorga tersebut Richard dan kawan-kawan berharap baju tersebut dapat menjadi ciri khas tidak hanya di Tuk-Tuk dan Danau Toba tetapi juga diharapkan dapat menjadi ikon dan ciri khas Sumatera Utara seperti Dagadu di di Yogyakarta dan Joger di Bali. Dan diharapkan dengan adanya baju bertema Gorga tersebut dapat mengenalkan salah satu kebudayaan dari Batak Toba tidak hanya kepada wisatawan domestik sendiri tetapi juga kepada wisatawan asing.
Dalam pembuatan pakaian bertema Gorga tersebut, Richard bertugas sebagai orang yang mendesain corak Gorga yang akan dipadukan pada baju yang akan dibuatnya. Dan dengan kemampuan desainnya tersebut, ia yang notabene juga merupakan seorang Fotografer Pre Wedding mampu menuangkan corak Gorga tersebut ke dalam bentuk baju. Desain yang dibuatnya tidak terlalu kaku dan dapat disukai oleh anak muda karena simpel tanpa mengurangi nilai seni yang terkandung didalamnya.
Market Test juga sudah dilakukan dengan baju kaus yang bertema Gorga tersebut. Para wisatawan asing yang menggunakannya terlihat senang dan menyukai kaus tersebut. Selain itu, band asal Batak, Marsada Band yang akan melakukan tur ke 3 negara di Eropa akan mengenakan kaus tersebut pada acara konser mereka sebagai bentuk dukungan mereka terhadap Richard dan kawan-kawan atas usahanya melestarikan kebudayaan Batak.
Diharapkan melalui hal ini, kita dapat melestarikan kebudayaan Batak dan memperkenalkannya ke seluruh dunia. Dan melalui kegiatan yang dibuat oleh Richard Berry Ginting dan kawan-kawan tersebut, akan muncul pemuda-pemudi lainnya yang turut berkreasi untuk melestarikan kebudayaan tidak hanya Batak tetapi suku-suku lain di Indonesia yang sangat beragam dan kaya akan seni.

Diubah oleh famouswithus 19-06-2013 21:05
0
4.5K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan