TS
Amutia
[FanFic] Naruto - Lima Buah Tomat (SasuSaku)
Saya posting fic saya yang sudah cukup lama, pengen tahu pendapat yang baca di sini. Fic ini pernah saya publish di FFN jadi jangan anggap saya plagiat. Pen name saya di sana sama kaya nickname Kaskus kok.
Ini fanfic yg langsung tamat. selamat membaca dan mohon kritik dan sarannya
Karena tidak cukup, dibagi 2 ficnya
Ini fanfic yg langsung tamat. selamat membaca dan mohon kritik dan sarannya
Karena tidak cukup, dibagi 2 ficnya
Spoiler for Part 1:
Amutia Putri presents
Lima Buah Tomat
A Sasuke U & Sakura H fanfiction
For
Savers contest; Banjir TomatCeri
And dedicated for Alm. Arnanda Indah (Kang Mas Neji Ganteng) and Raphael Ariete (Raffa PART II)
Disclaimer: All character belongs to Masashi Kishimoto.
Warning: AU dan Sederhana plus I hope it's not OOC. Tulisan yang italic itu percakapan via telepon.
Rated: T/T+
Enjoy
Sasuke Uchiha berjalan sendirian tanpa arah, tidak biasanya ia seperti ini. Ia yang biasanya akan memilih berdiam diri di rumah dan mengurung diri di kamarnya melalukan sesuatu yang ia sukai –berlatih memainkan gitarnya atau hanya berdiam diri menikmati pendingin ruangannya ditambah segelas jus tomat dingin, bukannya berlajan-jalan di bawah terik matahari yang menyengat terlebih di saat musim panas seperti sekarang ini.
Tapi kali ini ia merasa benar-benar jenuh. Ia ingin melakukan sesuatu yang berbeda dari rutinitasnya, setidaknya liburan musim panasnya kali ini berkesan baginya walau hanya sedikit. Manusia seperti apapun akan bosan bila tidak ada sesuatu yang baru dalam hidupnya, meskipun Sasuke Uchiha tidak begitu menyukai kejutan. Ya, tidak begitu menyukai kejutan bukan berarti dia membenci kejutan. Bahkan seumur hidupnya ia belum pernah memberi sebuah kejutan pada seseorang, meskipun itu keluarganya sendiri.
Masih tetap berjalan dengan memasukan tangannya ke dalam saku jaket yang tidak diseletingkan -dia tidak kedinginan melainkan memfungsikan jaket itu untuk menahan sinar matahari yang membakar kulitnya- Sasuke Uchiha menatap langit dan awan stratus yang tipis dan menyebar di langit, memberi goresan-goresan abstrak pada kanvas biru yang cerah. Meskipun panas dan angin selalu bertiup, sayang sekali bila melewatkan siang yang cerah ini dengan berdiam diri saja, pikirnya.
Ia meronggoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel layar sentuhnya menekan tombol angka empat lalu menimang-nimang. 'Pergi ke rumah Naruto bukan ide yang bagus saat ini,' pikirnya lalu menghapus nomor itu. Lalu ia menekan angka lima, 'pergi menemuinya tidak salahkan?' batinnya sambil mengangkat bahu lalu menekan tombol berwarna hijau. Saat akan menempelkan ponselnya di telinga sekelebat bayangan seseorang dengan rambut merah muda lewat dan Sasuke langsung menurunkan ponselnya dan mengejar sosok itu.
.
.
Angin musim panas menerpa kulit sang gadis saat keluar dari sebuah mini market. Gadis, atau lebih tepatnya wanita berusia dua puluh tahun itu reflek memejamkan kedua matanya dan mengakat tangannya saat melihat debu yang berterbangan. "Ya ampun, anginnya besar sekali," gumamnya sambil kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. "Aku harap sore ini hujan turun."
Saat berjalan, gadis itu dapat benar-benar dapat merasakan sengatan sinar matahari, meskipun manusia membutuhkan cahaya matahari tapi ia tidak membutuhkannya secara langsung. Dia tidak mungkin berjemur di bawah sinar matahari saat lapar –membutuhkan asupan energi kan? Panasnya aspal yang berjam-jam ditimpa sinar matahari menambah panas udara siang itu.
Tapi gadis berambut merah muda satu ini tidak ambil pusing dengan cahaya matahari yang menyengat kulitnya yang hanya terbalut kaos lengan pendek ataupun panasnya aspal di jalan yang ia tapaki, dia tetap melangkah dengan riang sambil membawa sebuah kantung belanjaan yang cukup besar.
"Hei!" Suara rendah khas lelaki memanggil gadis itu, tapi gadis itu tetap sibuk dengan dunianya sendiri, tidak mendengar sebuah suara yang mungkin saja memanggil dirinya. Pemuda itu mendecak kesal. Ia memperlebar langkahnya sambil memanggil gadis bertubuh mungil itu kembali.
"Sakura." panggilnya dengan nada datar. Dia terdengar bukan memanggil seseorang melainkan seperti hanya menyebut sebuah nama.
Akhirnya gadis itu berhenti dan hendak berbalik melihat orang yang memanggil namanya, tapi sesuatu yang tiba-tiba bertengger di kepalanya menutupi penglihatannya, pandangan matanya menghitam sekejap. Sakura Haruno meraba apa yang berada di atas kepalanya.
"Topi?" tanyanya sambil membetulkan topi yang tadi dengan secara tiba-tiba bertengger di kepalanya dan membuat pandangannya terhalang. Sebelum sempat berkata-kata lagi gadis dengan tinggi 163 sentimeter itu mendengar suara orang yang tadi memanggilnya.
"Tidak cukup sekali aku memanggilmu?" tanya lelaki yang tadi meletakan topi di atas kepala Sakura sambil berdecak sebal, tapi wajahnya tidak menunjukan ekspresi apa-apa –datar.
"Hai Sasuke!" sapa Sakura sambil mendongkakkan kepalanya untuk melihat lelaki yang tingginya mencapai 170 sentimeter itu. Sementara Sasuke hanya memutar bola matanya bosan melihat reaksi Sakura dan membuang mukanya.
Sakura yang melihat tingkah laku kekasihnya itu mendesah. "Baiklah, baiklah... maaf aku tidak mendengar panggilanmu, lagipula waktu pertama kali memanggilku kau tidak memanggil namaku, bisa saja yang kau panggil bukan aku," bela Sakura sambil menatap bola mata hitam itu lekat-lekat. Sasuke menunduk membalas tatapan bola mata yang memiliki warna berbanding terbalik dengannya –hijau cerah, yang selalu membuat darah di dalam tubuhnya mengalir dengan hebat saat ia menatapnya.
Sebenarnya Sakura hanya sedang menggoda Sasuke. Bagaimana ia tidak hapal suara pemuda yang sudah dua tahun menjadi kekasihnya itu, dan seseorang yang sudah ia kenal sejak ia berumur sebelas tahun, sembilan tahun cukup bagi Sakura untuk benar-benar mengenal seorang Sasuke Uchiha.
"Tidak ada orang selain kamu di sini," balas Sasuke tidak mau kalah. Yah, memang benar saat ia memanggil Sakura tidak ada orang lain yang sedang berjalan di sekitar sana. Tapi dari perkataan Sakura, Sasuke bisa menyimpulkan kalau gadis itu mendengar panggilan pertamanya, dasar. Sakura hendak berkata lagi, tapi ia urungkan niatnya.
Tidak mau memperpanjang perdebatan mereka di bawah terik matahari dan angin yang selalu bertiup cukup kencang, Sakura kembali melanjutkan langkahnya kali ini Sasuke ikut berjalan di sebelahnya. Selama beberapa saat tidak ada yang berbicara, mereka hanya berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Keheningan seperti ini sudah biasa bagi mereka. Mereka tidak risih ataupun merasa tidak enak, mereka justru menikmatinya. Berada di sisi orang yang kau sayangi, berjalan beriringan menikmati suasana yang ada sembari mengingat semua hal yang terjadi atau membayangkan apa yang akan dilakukan, dan merasakan jantung yang berdebar-debar. Sensasi yang hanya bisa dirasakan saat berada di sisi orang yang kau sayang.
"Sasuke, sebenarnya kau mau kemana?" tanya Sakura sambil melirik ke arah pemuda di sampingnya. Sasuke tidak langsung menjawab, ia malah memasukan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya dan sedikit menghela napas.
"Jalan-jalan," jawab Sasuke seadanya. Sakura hanya menganggukan kepalanya. Ia tahu hobi Sasuke, lelaki itu memang suka jalan-jalan. Tapi kelihatannya Sasuke sedang tidak punya tujuan yang jelas. Tidak seperti dia yang biasanya, pikir Sakura.
"Sepertinya kau tidak tahu kemana tujuanmu," tebak Sakura menyuarakan pikirannya.
"Awalnya. Tapi sekarang aku punya," jawab Sasuke sedikit mendengus –menahan tawanya. Sakura selalu bisa menebak dirinya. Itu yang ia suka, jadi ia tidak perlu menjelaskan panjang lebar pada Sakura. Pada dasarnya Sasuke tidak suka berbasa-basi.
"Dan kemana itu?"
"Menemuimu."
Sakura tersenyum dan tertawa pelan, mencoba mengalihkan perasaan hangat yang tiba-tiba menjalar di pipinya. "Kau sudah menemuiku sekarang, lalu apa yang ingin kau lakukan?"
"Minum jus tomat buatanmu," jawab Sasuke singkat. Mata onyx-nya kembali menatap langit yang kini mulai berawan. Sang cummulus perlahan menyingkirkan stratus, menggantikannya menghiasi sang langit. "Semoga hujan," gumamnya pelan.
"Kau punya permintaan yang sama denganku," ujar Sakura yang mendengar gumaman Sasuke. Angin kembali beriup, kali ini lebih kencang dari sebelumnya. Sakura dapat merasakan topi Sasuke yang hampir terlepas, dengan segera Sakura memegang topi itu.
"Ini kamu saja yang pakai, kebesaran untukku. Aku takut topi ini terbang tertiup angin," katanya lembut sambil menyerahkan topi itu pada Sasuke. Sasuke menerimanya tanpa banyak bicara dan memakainya kembali. Sebagai gantinya ia membuka jaketnya dan memakaikan tudung jaketnya pada Sakura.
"Pakai," perintah Sasuke sambil menunjuk jaketnya dan mengambil kantong belanjaan Sakura .
"Hehehe..." Sakura hanya terkekeh pelan, Sasuke memang perhatian pada Sakura tapi ia tidak menunjukannya secara terang-terangan untungnya Sakura selalu mengerti itu.
"Uwaah... jaket ini nyaman sekali, bahannya terasa sejuk," katanya sambil memainkan bagian lengan jaket yang kebesaran itu pada tubuhnya menggerak-gerakannya ke atas ke bawah, seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. "Rasanya seperti dipeluk olehmu, tapi.. aku lebih suka orang aslinya sih, hehe..." goda Sakura sambil menjulurkan lidahnya, pipinya yang sudah sejak awal bersemu merah karena panas kini bertambah merah, malu sendiri dengan perkataannya. Tapi itu memang benar, entah mengapa suhu tubuh Sasuke itu selalu lebih rendah dari Sakura. Sakura selalu merasakan kesejukan yang ditimbulkan Sasuke saat pemuda itu memeluknya.
Sasuke langsung mengalihkan wajahnya dari pandangan Sakura dan menurunkan topinya agar menutupi wajahnya. Sakura hanya menatap dengan tatapan jahil dan menggemaskan saat melihat reaksi Sasuke. Saat melihat Sakura, Sasuke setengah mati menahan diri untuk tidak tersenyum karena perasaan menggelitik yang tiba-tiba muncul di dalam dirinya dan membuat darah di tubuhnya mengalir begitu derasnya. Sakura tidak pernah sadar bagaimanapun kelakuannya selalu membuat Sasuke salah tingkah ataupun gemas dibuatnya.
Sekali sambar Sasuke meraih tangan Sakura dan melanjutkan perjalanan mereka, jemarinya yang besar bertautan dengan jemari kecil Sakura. Udara mulai bersahabat, angin bertiup dengan lembut dan awan-awan menutupi cahaya matahari, ah... betapa sejuknya. Meskipun udara sejuk tetap kedua insan ini merasa panas -tepatnya hangat dalam diri mereka. Betapa gemasnya saat melihat pasangan itu, serasa pertama kalinya mereka bergandengan tangan. Tapi mereka tidak bisa menyangkalnya saat mereka bersentuhan, jantung mereka selalu berdebar dengan cepat.
Lima Buah Tomat
A Sasuke U & Sakura H fanfiction
For
Savers contest; Banjir TomatCeri
And dedicated for Alm. Arnanda Indah (Kang Mas Neji Ganteng) and Raphael Ariete (Raffa PART II)
Disclaimer: All character belongs to Masashi Kishimoto.
Warning: AU dan Sederhana plus I hope it's not OOC. Tulisan yang italic itu percakapan via telepon.
Rated: T/T+
Enjoy
Sasuke Uchiha berjalan sendirian tanpa arah, tidak biasanya ia seperti ini. Ia yang biasanya akan memilih berdiam diri di rumah dan mengurung diri di kamarnya melalukan sesuatu yang ia sukai –berlatih memainkan gitarnya atau hanya berdiam diri menikmati pendingin ruangannya ditambah segelas jus tomat dingin, bukannya berlajan-jalan di bawah terik matahari yang menyengat terlebih di saat musim panas seperti sekarang ini.
Tapi kali ini ia merasa benar-benar jenuh. Ia ingin melakukan sesuatu yang berbeda dari rutinitasnya, setidaknya liburan musim panasnya kali ini berkesan baginya walau hanya sedikit. Manusia seperti apapun akan bosan bila tidak ada sesuatu yang baru dalam hidupnya, meskipun Sasuke Uchiha tidak begitu menyukai kejutan. Ya, tidak begitu menyukai kejutan bukan berarti dia membenci kejutan. Bahkan seumur hidupnya ia belum pernah memberi sebuah kejutan pada seseorang, meskipun itu keluarganya sendiri.
Masih tetap berjalan dengan memasukan tangannya ke dalam saku jaket yang tidak diseletingkan -dia tidak kedinginan melainkan memfungsikan jaket itu untuk menahan sinar matahari yang membakar kulitnya- Sasuke Uchiha menatap langit dan awan stratus yang tipis dan menyebar di langit, memberi goresan-goresan abstrak pada kanvas biru yang cerah. Meskipun panas dan angin selalu bertiup, sayang sekali bila melewatkan siang yang cerah ini dengan berdiam diri saja, pikirnya.
Ia meronggoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel layar sentuhnya menekan tombol angka empat lalu menimang-nimang. 'Pergi ke rumah Naruto bukan ide yang bagus saat ini,' pikirnya lalu menghapus nomor itu. Lalu ia menekan angka lima, 'pergi menemuinya tidak salahkan?' batinnya sambil mengangkat bahu lalu menekan tombol berwarna hijau. Saat akan menempelkan ponselnya di telinga sekelebat bayangan seseorang dengan rambut merah muda lewat dan Sasuke langsung menurunkan ponselnya dan mengejar sosok itu.
.
.
Angin musim panas menerpa kulit sang gadis saat keluar dari sebuah mini market. Gadis, atau lebih tepatnya wanita berusia dua puluh tahun itu reflek memejamkan kedua matanya dan mengakat tangannya saat melihat debu yang berterbangan. "Ya ampun, anginnya besar sekali," gumamnya sambil kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. "Aku harap sore ini hujan turun."
Saat berjalan, gadis itu dapat benar-benar dapat merasakan sengatan sinar matahari, meskipun manusia membutuhkan cahaya matahari tapi ia tidak membutuhkannya secara langsung. Dia tidak mungkin berjemur di bawah sinar matahari saat lapar –membutuhkan asupan energi kan? Panasnya aspal yang berjam-jam ditimpa sinar matahari menambah panas udara siang itu.
Tapi gadis berambut merah muda satu ini tidak ambil pusing dengan cahaya matahari yang menyengat kulitnya yang hanya terbalut kaos lengan pendek ataupun panasnya aspal di jalan yang ia tapaki, dia tetap melangkah dengan riang sambil membawa sebuah kantung belanjaan yang cukup besar.
"Hei!" Suara rendah khas lelaki memanggil gadis itu, tapi gadis itu tetap sibuk dengan dunianya sendiri, tidak mendengar sebuah suara yang mungkin saja memanggil dirinya. Pemuda itu mendecak kesal. Ia memperlebar langkahnya sambil memanggil gadis bertubuh mungil itu kembali.
"Sakura." panggilnya dengan nada datar. Dia terdengar bukan memanggil seseorang melainkan seperti hanya menyebut sebuah nama.
Akhirnya gadis itu berhenti dan hendak berbalik melihat orang yang memanggil namanya, tapi sesuatu yang tiba-tiba bertengger di kepalanya menutupi penglihatannya, pandangan matanya menghitam sekejap. Sakura Haruno meraba apa yang berada di atas kepalanya.
"Topi?" tanyanya sambil membetulkan topi yang tadi dengan secara tiba-tiba bertengger di kepalanya dan membuat pandangannya terhalang. Sebelum sempat berkata-kata lagi gadis dengan tinggi 163 sentimeter itu mendengar suara orang yang tadi memanggilnya.
"Tidak cukup sekali aku memanggilmu?" tanya lelaki yang tadi meletakan topi di atas kepala Sakura sambil berdecak sebal, tapi wajahnya tidak menunjukan ekspresi apa-apa –datar.
"Hai Sasuke!" sapa Sakura sambil mendongkakkan kepalanya untuk melihat lelaki yang tingginya mencapai 170 sentimeter itu. Sementara Sasuke hanya memutar bola matanya bosan melihat reaksi Sakura dan membuang mukanya.
Sakura yang melihat tingkah laku kekasihnya itu mendesah. "Baiklah, baiklah... maaf aku tidak mendengar panggilanmu, lagipula waktu pertama kali memanggilku kau tidak memanggil namaku, bisa saja yang kau panggil bukan aku," bela Sakura sambil menatap bola mata hitam itu lekat-lekat. Sasuke menunduk membalas tatapan bola mata yang memiliki warna berbanding terbalik dengannya –hijau cerah, yang selalu membuat darah di dalam tubuhnya mengalir dengan hebat saat ia menatapnya.
Sebenarnya Sakura hanya sedang menggoda Sasuke. Bagaimana ia tidak hapal suara pemuda yang sudah dua tahun menjadi kekasihnya itu, dan seseorang yang sudah ia kenal sejak ia berumur sebelas tahun, sembilan tahun cukup bagi Sakura untuk benar-benar mengenal seorang Sasuke Uchiha.
"Tidak ada orang selain kamu di sini," balas Sasuke tidak mau kalah. Yah, memang benar saat ia memanggil Sakura tidak ada orang lain yang sedang berjalan di sekitar sana. Tapi dari perkataan Sakura, Sasuke bisa menyimpulkan kalau gadis itu mendengar panggilan pertamanya, dasar. Sakura hendak berkata lagi, tapi ia urungkan niatnya.
Tidak mau memperpanjang perdebatan mereka di bawah terik matahari dan angin yang selalu bertiup cukup kencang, Sakura kembali melanjutkan langkahnya kali ini Sasuke ikut berjalan di sebelahnya. Selama beberapa saat tidak ada yang berbicara, mereka hanya berjalan dengan pandangan lurus ke depan. Keheningan seperti ini sudah biasa bagi mereka. Mereka tidak risih ataupun merasa tidak enak, mereka justru menikmatinya. Berada di sisi orang yang kau sayangi, berjalan beriringan menikmati suasana yang ada sembari mengingat semua hal yang terjadi atau membayangkan apa yang akan dilakukan, dan merasakan jantung yang berdebar-debar. Sensasi yang hanya bisa dirasakan saat berada di sisi orang yang kau sayang.
"Sasuke, sebenarnya kau mau kemana?" tanya Sakura sambil melirik ke arah pemuda di sampingnya. Sasuke tidak langsung menjawab, ia malah memasukan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya dan sedikit menghela napas.
"Jalan-jalan," jawab Sasuke seadanya. Sakura hanya menganggukan kepalanya. Ia tahu hobi Sasuke, lelaki itu memang suka jalan-jalan. Tapi kelihatannya Sasuke sedang tidak punya tujuan yang jelas. Tidak seperti dia yang biasanya, pikir Sakura.
"Sepertinya kau tidak tahu kemana tujuanmu," tebak Sakura menyuarakan pikirannya.
"Awalnya. Tapi sekarang aku punya," jawab Sasuke sedikit mendengus –menahan tawanya. Sakura selalu bisa menebak dirinya. Itu yang ia suka, jadi ia tidak perlu menjelaskan panjang lebar pada Sakura. Pada dasarnya Sasuke tidak suka berbasa-basi.
"Dan kemana itu?"
"Menemuimu."
Sakura tersenyum dan tertawa pelan, mencoba mengalihkan perasaan hangat yang tiba-tiba menjalar di pipinya. "Kau sudah menemuiku sekarang, lalu apa yang ingin kau lakukan?"
"Minum jus tomat buatanmu," jawab Sasuke singkat. Mata onyx-nya kembali menatap langit yang kini mulai berawan. Sang cummulus perlahan menyingkirkan stratus, menggantikannya menghiasi sang langit. "Semoga hujan," gumamnya pelan.
"Kau punya permintaan yang sama denganku," ujar Sakura yang mendengar gumaman Sasuke. Angin kembali beriup, kali ini lebih kencang dari sebelumnya. Sakura dapat merasakan topi Sasuke yang hampir terlepas, dengan segera Sakura memegang topi itu.
"Ini kamu saja yang pakai, kebesaran untukku. Aku takut topi ini terbang tertiup angin," katanya lembut sambil menyerahkan topi itu pada Sasuke. Sasuke menerimanya tanpa banyak bicara dan memakainya kembali. Sebagai gantinya ia membuka jaketnya dan memakaikan tudung jaketnya pada Sakura.
"Pakai," perintah Sasuke sambil menunjuk jaketnya dan mengambil kantong belanjaan Sakura .
"Hehehe..." Sakura hanya terkekeh pelan, Sasuke memang perhatian pada Sakura tapi ia tidak menunjukannya secara terang-terangan untungnya Sakura selalu mengerti itu.
"Uwaah... jaket ini nyaman sekali, bahannya terasa sejuk," katanya sambil memainkan bagian lengan jaket yang kebesaran itu pada tubuhnya menggerak-gerakannya ke atas ke bawah, seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. "Rasanya seperti dipeluk olehmu, tapi.. aku lebih suka orang aslinya sih, hehe..." goda Sakura sambil menjulurkan lidahnya, pipinya yang sudah sejak awal bersemu merah karena panas kini bertambah merah, malu sendiri dengan perkataannya. Tapi itu memang benar, entah mengapa suhu tubuh Sasuke itu selalu lebih rendah dari Sakura. Sakura selalu merasakan kesejukan yang ditimbulkan Sasuke saat pemuda itu memeluknya.
Sasuke langsung mengalihkan wajahnya dari pandangan Sakura dan menurunkan topinya agar menutupi wajahnya. Sakura hanya menatap dengan tatapan jahil dan menggemaskan saat melihat reaksi Sasuke. Saat melihat Sakura, Sasuke setengah mati menahan diri untuk tidak tersenyum karena perasaan menggelitik yang tiba-tiba muncul di dalam dirinya dan membuat darah di tubuhnya mengalir begitu derasnya. Sakura tidak pernah sadar bagaimanapun kelakuannya selalu membuat Sasuke salah tingkah ataupun gemas dibuatnya.
Sekali sambar Sasuke meraih tangan Sakura dan melanjutkan perjalanan mereka, jemarinya yang besar bertautan dengan jemari kecil Sakura. Udara mulai bersahabat, angin bertiup dengan lembut dan awan-awan menutupi cahaya matahari, ah... betapa sejuknya. Meskipun udara sejuk tetap kedua insan ini merasa panas -tepatnya hangat dalam diri mereka. Betapa gemasnya saat melihat pasangan itu, serasa pertama kalinya mereka bergandengan tangan. Tapi mereka tidak bisa menyangkalnya saat mereka bersentuhan, jantung mereka selalu berdebar dengan cepat.
0
52.7K
Kutip
11
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan