Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ichiko.skyAvatar border
TS
ichiko.sky
Evil States- Cassiavera Kerinci Dipatenkan Amerika
JAMBI - Produk dalam negeri kembali dipatenkan oleh negara lain. Kali ini, Cassiavera (Kayu manis) asal Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi dipatenkan oleh negara adidaya Amerik Serikat (AS). Cassiavera dipatenkan di AS dengan merek dagang Cinulin. Di sana, produk Cinulin diambil dari zat aktif kayu manis (Cinnamon Burmanni) yang berfungsi untuk memacu kembali produksi insulin di dalam pankreas dan menjaga gula darah pasien diabetes melitus. Hal ini diungkapkan Ilyas Asaad, Deputi Menteri Lingkungan Hidup Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat saat berkunjung ke Jambi, beberapa hari lalu. Menurut dia, hak paten sudah dikeluarkan AS sejak beberapa waktu lalu. Sedangkan sumber produk Cinulin diambil dari kayu manis asal Indonesia, khususnya Cassiavera Kerinci, Jambi. “Ini terjadi karena kita kurang memperhatikan produksi dalam negeri,” ujarnya.
Selain Cassiavera, rupanya ada banyak produk asli Indonesia yang kini sudah dipatenkan negara lain. Ia menyebutkan, ada 3.000 produk herbal jamu Indonesia, seperti saintifikasi jamu zat aktif temu lawak (Curcuma Xanthorrhiza) untuk anti lever, antikanker serta jantung yang juga dipatenkan pihak asing di Amerika.
Menurut Ilyas, dua perusahaan Indonesia menggunakannya dengan membayar royalti. Harganya 1000 kali lipat dari harga bahan mentah yang sebenarnya sejak lama diproduksi dalam negeri. Kemudian, zat aktif Sylimarin dalam kunyit (Curcuma Longa Linn) juga dipatenkan asing.
Selain itu, produk cat fish (ikan lele) juga tidak boleh diekspor ke AS karena dipatenkan di Arkansas. Lalu, ada rendang dari Sumatera Barat dipatenkan oleh oknum warga negara Malaysia. Sambal Bajak dari Jawa Tengah, sambal Petai dan sambal Nanas dari Riau juga sudah dipatenkan oleh oknum warga Belanda di Australia. “Ketiganya diproduksi massal di Australia,” katanya.
Ada lagi, tempe dari Jawa yang dipatenkan oleh beberapa perusahaan asing di Jepang. Kursi taman dengan ornamen ukir khas Jepara dari Jawa Tengah dipatenkan oleh oknum warga negara Perancis. Juga banyak produk berbahan rempah-rempah dan tanaman obat asli Indonesia dipatenkan oleh Shishedo Co Ltd. Misalnya, Kopi Gayo dari Aceh dipatenkan oleh perusahaan Belanda (Holland Coffee). Terahir Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan dipatenkan oleh Jepang.
Ilyas mengaku prihatin atas kondisi tersebut. Menurutnya, bisa jadi masih banyak produk unggulan asli Indonesia yang kini sudah dipatenkan oleh negara lain. “Ini yang berhasil kita deteksi. Makanya, ke depan perlu langkah konkrit untuk antisipasi masalah ini,” ujarnya.
Diakuinya, Indonesia selalu dianggap sebagai salah satu negara yang sering terjadi pelanggaran intelektual (HKI). Menurutnya, HKI hanya mampu memproteksi hasil intelektual individu, tapi tidak melindungi hasil intelektual dan kreasi yang bersifat lisan dan komunal, seperti flora dan fauna, pengetahuan tradisional (tradisional knowledge), hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni lainnya. “Ini yang menjadi sumber begitu gampangnya klaim negara lain,” katanya.
Menurut Ilyas, sistem HKI didasarkan pada konsep kepemilikan yang bersifat individu (private rights), bukan tradisi masyarakat Indonesia. Celakanya, saat ini di luar negeri ada upaya sistematis untuk mematenkan ramuan rempah asal Indonesia dengan sebutan Shiseido. Ramuan yang akan dipatenkan itu, seperti Kayu Repet, Kemukus, Lempuyang, Belantas, Brotowali dan Cabai.
“Saat ini Amerika berupaya mematenkan beras Basmati, Pestisida dari pohon Neen, pengobatan luka dari bahan furmeric (sejenis kunyit),” ungkapnya. Sebenarnya, lanjut Ilyas, dalam hukum internasional, hak cipta bisa diajukan jika merupakan invensi, bukan hanya penemuan (Discover). Namaun sayang, sangat jarang ditemukan produk Indonesia dipatenkan.
“Ke depan, kita mendorong pemerintah daerh (Pemda) mengeluarkan perda hak paten atas produk lokal yang dihasilkan. Ini salah satu solusi agar produk kita tidak diklaim luar,” ujarnya.

Kerinci Penghasil Cassiavera Terbesar di Dunia
Sejak beberapa tahun belakangan, Cassiavera asal Kerinci memang jadi komoditi utama ekspor ke AS. Rupanya, tidak banyak yang tahu bahwa di mata dunia, Indonesia merupakan produsen terbesar Cassiavera (kulit kayu manis). Elizabeth Tjahjadarmawan, penulis buku “Cassiavera dari Kerinci Primadona Dunia” mengatakan, sebagian besar kebutuhan dunia terhadap produk ini dipasok oleh Indonesia.
Bahkan, kata dia, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi merupakan penghasil Cassiavera terbesar di dunia. “Hingga tahun 2009, luas areal penanaman Cassiavera di Kerinci mencapai sekitar 41.825 hektare. Seluruh areal lahan Cassiavera di daerah lain dan belahan dunia masih jauh lebih kecil dibanding Kerinci,” kata Elizabeth.
Guru Kimia SMA Xaverius 1 Jambi ini menjelaskan, Kerinci merupakan produsen dan eksportir utama (66% kebutuhan dunia) terhadap kulit kayu manis dari jenis Cinnamomum Burmanni yang disebut Cassiavera. Demikian terkenalnya Kerinci sebagai penghasil Cassiavera, kata dia, sampai-sampai nama Kerinci menjadi standar produk kayu manis di pasar dunia.
“Bukan hanya produsen terbesar, kualitas Cassiavera Kerinci juga nomor satu. Jauh mengalahkan Cassiavera Thailanda, Vietnam, Sri Lanka, India dan China,” ujarnya.
“Ada tiga spesies untuk kayu manis. Terbesar dan terbaik adalah spesies Cinnamomum Burmanni dari Kerinci,” imbuhnya. Pemenang 1 pengayaan pengetahuan alam tingkat Nasional ini kembali menjelaskan sedikitnya 44 negara menjadi pengimpor Cassiavera dari Kerinci. Dari Kerinci, Cassiavera dipasok melalui Kota Padang (Sumbar) dan di ekspor terutama ke Amerika, Canada dan Jerman.
“Negara pengimpor lainnya adalah Singapura, Malaysia, Pakistan, Brazil, Yunani, Rusia dan masih banyak lagi yang lainnya,” jelasnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya selama hampir enam bulan, Elizabeth mengatakan, hampir seluruh daerah di Kabupaten Kerinci merupakan penghasil Cassiavera. Tapi, hanya ada lima daerah produksi utama, yaitu Kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Gunung Kerinci, Air Hangat Timur dan Siulak.
Makanya, dia mengaku kaget adanya hak paten yang dilakukan AS terhadap Cassiavera Kerinci. Ia berharap, ke depan pemerintah bisa lebih jeli agar hal serupa tidak terulang.

http://www.jambi-independent.co.id/j...ticle&id=19155

dasar asu emoticon-anjing
0
4.2K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan