- Beranda
- Komunitas
- Buat Latihan Posting
Khusus Gua
TS
mhiqbaal
Khusus Gua
#DET2VS2Tournament2013 - Final Quarter
Reality, Existence, and Probability
by : kaluak
Quote:
References :
Spoiler for link:
Quote:
Original Posted By fox_lyan►Posting ulang... saya benci sesuatu yang gak lengkap.
Posisi : TUHAN MENCIPTAKAN PIKIRAN
Opening Statement: TUHAN SEBAGAI SEBUAH GAGASAN TIDAK AKAN MAMPU DIBENTUK OLEH PIKIRAN. KARENA ITU SATU-SATUNYA PENJELASAN YANG MUNGKIN ADALAH GAGASAN TERSEBUT MUNCUL SEBAGAI REAKSI TERHADAP SESUATU YANG KEBERADAANNYA BERADA DI LUAR PIKIRAN ITU SENDIRI
A. PENGANTAR
Pertama-tama, gw memang setuju manusialah yang membentuk Gagasan akan Tuhan. Namun yang akan gw sorot dalam argumen gw bukan masalah itu, namun lebih ke dalam pertanyaan apakah gagasan akan Tuhan itu hanya produk pemikiran belaka ataukah gagasan itu merupakan reaksi terhadap sesuatu yang berada di luar pikiran.
Argumen ini akan gw gunakan untuk membuktikan bahwa gagasan akan Tuhan tidak muncul serta merta begitu saja dari pikiran manusia. Dia membutuhkan faktor eksternal. Sesuatu yang berada di luar diri manusia agar gagasan itu dapat terbentuk dalam pikiran manusia. Gw akan menunjukkan lewat argumen ini, anggapan bahwa pikiran menciptakan Tuhan tidak dapat dipertahankan. Gagasan akan Tuhan yang dibentuk oleh pikiran tidak muncul begitu saja, namun muncul sebagai reaksi terhadap sesuatu.
Apakah sesuatu itu? Gw gak mau serta merta gegabah mengklaim bahwa sesuatu itu adalah “Tuhan.” Argumen ini bukan argumen yang berusaha membuktikan secara eksplisit-mutlak bahwa Tuhan ada. Argumen ini, jika berhasil, mungkin hanya akan sampai pada titik sebagai “petunjuk keberadaan Tuhan” saja, atau dengan kata lain berbagai paradoks dan pertanyaan yang dihasilkan argumen ini hanya lebih mungkin dijawab dana dijelaskan apabila sesuatu yang disebut Tuhan itu ada.
Silahkan dikaji, ditanggapi dan dinikmati!
B. DEFINISI DASAR
Karena itu, maka sebelumnya kita harus menarik garis terlebih dahulu meliputi:
(i) Apa itu definisi tentang TUHAN :
Tuhan yang mana yang akan kita bicarakan? YHWH kah atau ALLAH kah? Politeis atau Monoteis? Personal atau impersonal? Gw gak pingin jatuh ke dalam jurang subyektifitas dengan membawa Tuhan versi tertentu. Karena itu gw mengajukan definisi Tuhan dalam kerangka yang lebih umum. Gw akan mendefinisikan tuhan secara generalistik, definisi yang gw kira dapat diterapkan terhadap semua bentuk dan versi tentang Tuhan. Maka definisi Tuhan yang gw ajukan adalah : “Suatu bentuk realitas yang maha sempurna. (maximum perfect being)”
Lebih lanjut mengenai definisi ini gw bahas dalam :
http://old.kaskus.co.id/showpost.php...5&postcount=36
(ii) Apakah itu definisi dari pikiran :
Menurut wikipedia, pikiran adalah : Mind refers to the aspects of intellect and consciousness manifested as combinations of thought, perception, memory, emotion, will and imagination, including all of the brain's conscious and unconscious cognitive processes.
Lebih jauh dalam Merriam-Webster Dictionary, didefinisikan pikiran (mind) adalah : the element or complex of elements in an individual that feels, perceives, thinks, wills, and especially reasons b: the conscious mental events and capabilities in an organism c: the organized conscious and unconscious adaptive mental activity of an organism
Berangkat dari definisi ini, maka dapat kita ajukan definisi singkat bahwa pikiran adalah : "Suatu bentuk proses kerja mental intrisik manusia, baik secara sadar maupun tidak sadar."
Definisi ini dapat diperluas dengan menjabarkan bentuk kerja mental intrisik itu, yang meliputi “feels, perceives, thinks, wills, and especially reasons.” Maka dari sini dapat kita simpulkan bahwa pikiran adalah "Suatu bentuk proses kerja mental intrisik manusia, baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi merasakan (feels), mengenali (perceives), memikirkan (thinks), menghendaki (wills) dan terutama menalar (reasons)." Dalam definisi ini, tampak jelas bahwa “to reason” (untuk menalar) adalah komponen utama dari pikiran.
(iii) Apa itu definisi “gagasan”
Apa itu “gagasan” ? Gagasan secara sederhana gw definisikan sebagai produk yang dihasilkan dari proses berpikir. Suatu gagasan ada setelah melalui satu proses mental, yaitu masuknya input melalui kemampuan untuk merasakan (feels) dan mengenali (perceives) yang kemudian diproses dengan memikirkan (thinks), menghendaki (wills) dan terutama menalar (reasons) baik melalui upaya sadar maupun tidak sadar hingga kemudian menghasilkan output yang disebut “gagasan.” Gagasan ini pun memiliki bentuk yang luas dan beragam, dia dapat berupa konsep, doktrin, dogma, teori, atau cuma sekedar opini atau bahkan sebuah mitologi. Namun kemunculan gagasan ini disebabkan oleh satu upaya konseptualisasi, rasionalisasi, strukturisasi lewat proses mental terhadap input-input yang masuk kedalam pikiran tersebut.
Merriam-Webster Dictionary punya definisi menarik tentang apa yang dimaksud tentang gagasan (idea) : http://www.merriam-webster.com/dictionary/idea
Posisi : TUHAN MENCIPTAKAN PIKIRAN
Opening Statement: TUHAN SEBAGAI SEBUAH GAGASAN TIDAK AKAN MAMPU DIBENTUK OLEH PIKIRAN. KARENA ITU SATU-SATUNYA PENJELASAN YANG MUNGKIN ADALAH GAGASAN TERSEBUT MUNCUL SEBAGAI REAKSI TERHADAP SESUATU YANG KEBERADAANNYA BERADA DI LUAR PIKIRAN ITU SENDIRI
A. PENGANTAR
Pertama-tama, gw memang setuju manusialah yang membentuk Gagasan akan Tuhan. Namun yang akan gw sorot dalam argumen gw bukan masalah itu, namun lebih ke dalam pertanyaan apakah gagasan akan Tuhan itu hanya produk pemikiran belaka ataukah gagasan itu merupakan reaksi terhadap sesuatu yang berada di luar pikiran.
Argumen ini akan gw gunakan untuk membuktikan bahwa gagasan akan Tuhan tidak muncul serta merta begitu saja dari pikiran manusia. Dia membutuhkan faktor eksternal. Sesuatu yang berada di luar diri manusia agar gagasan itu dapat terbentuk dalam pikiran manusia. Gw akan menunjukkan lewat argumen ini, anggapan bahwa pikiran menciptakan Tuhan tidak dapat dipertahankan. Gagasan akan Tuhan yang dibentuk oleh pikiran tidak muncul begitu saja, namun muncul sebagai reaksi terhadap sesuatu.
Apakah sesuatu itu? Gw gak mau serta merta gegabah mengklaim bahwa sesuatu itu adalah “Tuhan.” Argumen ini bukan argumen yang berusaha membuktikan secara eksplisit-mutlak bahwa Tuhan ada. Argumen ini, jika berhasil, mungkin hanya akan sampai pada titik sebagai “petunjuk keberadaan Tuhan” saja, atau dengan kata lain berbagai paradoks dan pertanyaan yang dihasilkan argumen ini hanya lebih mungkin dijawab dana dijelaskan apabila sesuatu yang disebut Tuhan itu ada.
Silahkan dikaji, ditanggapi dan dinikmati!
B. DEFINISI DASAR
Karena itu, maka sebelumnya kita harus menarik garis terlebih dahulu meliputi:
(i) Apa itu definisi tentang TUHAN :
Tuhan yang mana yang akan kita bicarakan? YHWH kah atau ALLAH kah? Politeis atau Monoteis? Personal atau impersonal? Gw gak pingin jatuh ke dalam jurang subyektifitas dengan membawa Tuhan versi tertentu. Karena itu gw mengajukan definisi Tuhan dalam kerangka yang lebih umum. Gw akan mendefinisikan tuhan secara generalistik, definisi yang gw kira dapat diterapkan terhadap semua bentuk dan versi tentang Tuhan. Maka definisi Tuhan yang gw ajukan adalah : “Suatu bentuk realitas yang maha sempurna. (maximum perfect being)”
Lebih lanjut mengenai definisi ini gw bahas dalam :
http://old.kaskus.co.id/showpost.php...5&postcount=36
(ii) Apakah itu definisi dari pikiran :
Menurut wikipedia, pikiran adalah : Mind refers to the aspects of intellect and consciousness manifested as combinations of thought, perception, memory, emotion, will and imagination, including all of the brain's conscious and unconscious cognitive processes.
Lebih jauh dalam Merriam-Webster Dictionary, didefinisikan pikiran (mind) adalah : the element or complex of elements in an individual that feels, perceives, thinks, wills, and especially reasons b: the conscious mental events and capabilities in an organism c: the organized conscious and unconscious adaptive mental activity of an organism
Berangkat dari definisi ini, maka dapat kita ajukan definisi singkat bahwa pikiran adalah : "Suatu bentuk proses kerja mental intrisik manusia, baik secara sadar maupun tidak sadar."
Definisi ini dapat diperluas dengan menjabarkan bentuk kerja mental intrisik itu, yang meliputi “feels, perceives, thinks, wills, and especially reasons.” Maka dari sini dapat kita simpulkan bahwa pikiran adalah "Suatu bentuk proses kerja mental intrisik manusia, baik secara sadar maupun tidak sadar yang meliputi merasakan (feels), mengenali (perceives), memikirkan (thinks), menghendaki (wills) dan terutama menalar (reasons)." Dalam definisi ini, tampak jelas bahwa “to reason” (untuk menalar) adalah komponen utama dari pikiran.
(iii) Apa itu definisi “gagasan”
Apa itu “gagasan” ? Gagasan secara sederhana gw definisikan sebagai produk yang dihasilkan dari proses berpikir. Suatu gagasan ada setelah melalui satu proses mental, yaitu masuknya input melalui kemampuan untuk merasakan (feels) dan mengenali (perceives) yang kemudian diproses dengan memikirkan (thinks), menghendaki (wills) dan terutama menalar (reasons) baik melalui upaya sadar maupun tidak sadar hingga kemudian menghasilkan output yang disebut “gagasan.” Gagasan ini pun memiliki bentuk yang luas dan beragam, dia dapat berupa konsep, doktrin, dogma, teori, atau cuma sekedar opini atau bahkan sebuah mitologi. Namun kemunculan gagasan ini disebabkan oleh satu upaya konseptualisasi, rasionalisasi, strukturisasi lewat proses mental terhadap input-input yang masuk kedalam pikiran tersebut.
Merriam-Webster Dictionary punya definisi menarik tentang apa yang dimaksud tentang gagasan (idea) : http://www.merriam-webster.com/dictionary/idea
Quote:
Reference :
Spoiler for link:
Quote:
Original Posted By fox_lyan►C. STRUKTUR ARGUMEN
Berangkat dari definisi diatas, gw akan mengajukan satu rangkaian argumen yaitu :
a. Kita mengenal Tuhan sebagai bentuk gagasan yang ada dalam proses pikiran kita.
Gagasan akan Tuhan (GT) pada dasarnya adalah upaya konseptualisasi, rasionalisasi, strukturisasi yang dilakukan sebagai bagian dari proses mental manusia. GT memiliki bentuk dan manifestasi yang sangat luas, ia dapat berupa konsep, teori, doktrin, dogma, pendapat, atau mungkin mitologi yang berusaha menjelaskan kepercayaan (belief) manusia.
Pada dasarnya, berbagai bentuk dan manifestasi GT tersebut diatas dapat kita definisikan secara luas sebagai “explanation of belief.” Definisi ini gw gunakan dalam konteks yang sama dengan Gagasan Sains (GS) misalkan, yang dapat dikategorikan sebagai bentuk gagasan yang berusaha menjelaskan fenomena alam (explanation of phenomenon) dalam berbagai bentuk teori, hipotesa dan konsep.
Kenapa gw pake istilah "the explanation of belief"? Karena pada dasarnya setiap doktrin dan dogma serta segala bentuk GT lainnya dibangun dari tuntutan sederhana bagi setiap orang untuk mempertanggung jawabkan imannya. Seorang Kristiani abad 1 merasakan kehadiran Tuhan dalam wujud yang Khalik, dalam Kristus dan beserta mereka sebagai roh dalam kehidupan sehari-hari. Ketika mereka berhadap dengan "realitas" ini, muncul lah tuntutan untuk mempertanggung jawabkannya. Berhadapan dengan pertanyaan kenapa Tuhan bisa nyata dalam kehadiran yang berbeda-beda? Apakah ada tiga Tuhan? Lalu apa hubungan antara satu kehadiran dan kehadiran yang lain? Maka muncul lah doktrin Trinitas sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap realitas iman yang mereka alami.
Konsep ini sebenarnya tak jauh beda dengan teori-teori alam. “Teori gravitasi Newton” misalkan muncul sebagai suatu bentuk GS yang didasarkan dari pengamatan empiris sederhana tentang fenomena apel yang jatuh dari atas pohon ke tanah. Teori itu adalah sebuah explanation, dengan gerakan buah apel sebagai sebagai phenomenon-nya. Jadi, teori alam itu adalah sebuah "explanation of the phenomenon.” Namun pada abad 20 teori gravitasi ini di falsifikasi oleh Einstein. Katakan saja bahwa somehow, Einstein comes up with better explanation. Dengan difalsifikasinya konsep teori gravitasi Newton apakah buah apel tidak akan jatuh dari atas ke bawah lagi? Apakah sekarang mendadak apel itu jatuh dari bawah ke atas? Bagaimana nanti kalau ada seorang fisikawan revolusioner berhasil memfalsifikasi Einstein? Membuktikan bahwa ternyata apa yang disebut gaya gravitasi itu halusinasi belaka. Apa apel itu tidak akan pernah jatuh lagi?
Tentu tidak, apapun yang terjadi, apel akan tetap jatuh dari atas ke bawah.
Demikian pula dengan doktrin agama. Ketika lu berhasil memfalsifikasi logika trinitas apakah itu berarti Tuhan mendadak tidak hadir dalam Bapa, Putra, dan Roh Kudus lagi? Tentu tidak. Tuhan akan tetap begitu, Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah bagian akrab dari iman seorang Kristen, berasal dari pengalaman dan pemahaman religius yang dia alami dan rasakan. Sebab doktrin dan dogma itu hanyalah sekedar penjelasan belaka. A form of explanation of belief.
Berbagai bentuk GT yang kita punya semata hanya penjelasan belaka, yang mesti kita sadari memiliki batasan-batasan tertentu. GT sebagai suatu “explanation” tentulah berbeda dan tidak identik dengan ‘The Belief” itu, GT terbatas dan takkan pernah mampu menjelaskan secara penuh tentang Dia-Yang-Tak-Terbatas. GT sendiripun terus menerus berkembang sesuai pemahaman dan pengalaman manusia, hingga orang yang belajar sejarah agama pun akan mengerti bahwa suatu GT, yang lengkap dengan konsepsi konkritnya dalam bentuk doktrin dan dogma tidak berkembang serta merta begitu saja. Tetapi melalui proses yang panjang dan rumit. Sebagai contoh konsep tauhid Islam tidak dikenal sebagai konsep yang utuh hingga sesudah 2-3 abad kematian Muhammad. Konsep Trinitas Kristen baru disusun sebagai suatu sistematika doktrin lengkap 3-4 abad kemudian. Namun bukan berarti bahwa berbagai doktrin dan dogma itu karangan belaka, doktrin dan dogma ada karena kesaksian iman, pewahyuan, atau kepercayaan yang dialami dan dirasakan umat beragama.
Karena itu benar/salah, logis/tidak logis suatu bentuk GT tidak pernah akan dapat menjadi indikator bagi kepercayaan. GT hanya penjelasan atas suatu “belief.” Hingga kita tidak perlu membahas panjang lebar bahwa GT adalah hasil evolusi agama atau hasil buah pikir manusia. Memang benar GT adalah hasil proses mental manusia terhadap suatu “belief.” Menjadi pertanyaan kemudian, apakah “belief” itu adalah murni hasil produksi pikiran belaka, atau ada sesuatu yang berada diluar pikiran, yang merangsang keberadaan “belief” tersebut.
Inilah topik utama argumen ini!
Berangkat dari definisi diatas, gw akan mengajukan satu rangkaian argumen yaitu :
a. Kita mengenal Tuhan sebagai bentuk gagasan yang ada dalam proses pikiran kita.
Gagasan akan Tuhan (GT) pada dasarnya adalah upaya konseptualisasi, rasionalisasi, strukturisasi yang dilakukan sebagai bagian dari proses mental manusia. GT memiliki bentuk dan manifestasi yang sangat luas, ia dapat berupa konsep, teori, doktrin, dogma, pendapat, atau mungkin mitologi yang berusaha menjelaskan kepercayaan (belief) manusia.
Pada dasarnya, berbagai bentuk dan manifestasi GT tersebut diatas dapat kita definisikan secara luas sebagai “explanation of belief.” Definisi ini gw gunakan dalam konteks yang sama dengan Gagasan Sains (GS) misalkan, yang dapat dikategorikan sebagai bentuk gagasan yang berusaha menjelaskan fenomena alam (explanation of phenomenon) dalam berbagai bentuk teori, hipotesa dan konsep.
Kenapa gw pake istilah "the explanation of belief"? Karena pada dasarnya setiap doktrin dan dogma serta segala bentuk GT lainnya dibangun dari tuntutan sederhana bagi setiap orang untuk mempertanggung jawabkan imannya. Seorang Kristiani abad 1 merasakan kehadiran Tuhan dalam wujud yang Khalik, dalam Kristus dan beserta mereka sebagai roh dalam kehidupan sehari-hari. Ketika mereka berhadap dengan "realitas" ini, muncul lah tuntutan untuk mempertanggung jawabkannya. Berhadapan dengan pertanyaan kenapa Tuhan bisa nyata dalam kehadiran yang berbeda-beda? Apakah ada tiga Tuhan? Lalu apa hubungan antara satu kehadiran dan kehadiran yang lain? Maka muncul lah doktrin Trinitas sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap realitas iman yang mereka alami.
Konsep ini sebenarnya tak jauh beda dengan teori-teori alam. “Teori gravitasi Newton” misalkan muncul sebagai suatu bentuk GS yang didasarkan dari pengamatan empiris sederhana tentang fenomena apel yang jatuh dari atas pohon ke tanah. Teori itu adalah sebuah explanation, dengan gerakan buah apel sebagai sebagai phenomenon-nya. Jadi, teori alam itu adalah sebuah "explanation of the phenomenon.” Namun pada abad 20 teori gravitasi ini di falsifikasi oleh Einstein. Katakan saja bahwa somehow, Einstein comes up with better explanation. Dengan difalsifikasinya konsep teori gravitasi Newton apakah buah apel tidak akan jatuh dari atas ke bawah lagi? Apakah sekarang mendadak apel itu jatuh dari bawah ke atas? Bagaimana nanti kalau ada seorang fisikawan revolusioner berhasil memfalsifikasi Einstein? Membuktikan bahwa ternyata apa yang disebut gaya gravitasi itu halusinasi belaka. Apa apel itu tidak akan pernah jatuh lagi?
Tentu tidak, apapun yang terjadi, apel akan tetap jatuh dari atas ke bawah.
Demikian pula dengan doktrin agama. Ketika lu berhasil memfalsifikasi logika trinitas apakah itu berarti Tuhan mendadak tidak hadir dalam Bapa, Putra, dan Roh Kudus lagi? Tentu tidak. Tuhan akan tetap begitu, Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah bagian akrab dari iman seorang Kristen, berasal dari pengalaman dan pemahaman religius yang dia alami dan rasakan. Sebab doktrin dan dogma itu hanyalah sekedar penjelasan belaka. A form of explanation of belief.
Berbagai bentuk GT yang kita punya semata hanya penjelasan belaka, yang mesti kita sadari memiliki batasan-batasan tertentu. GT sebagai suatu “explanation” tentulah berbeda dan tidak identik dengan ‘The Belief” itu, GT terbatas dan takkan pernah mampu menjelaskan secara penuh tentang Dia-Yang-Tak-Terbatas. GT sendiripun terus menerus berkembang sesuai pemahaman dan pengalaman manusia, hingga orang yang belajar sejarah agama pun akan mengerti bahwa suatu GT, yang lengkap dengan konsepsi konkritnya dalam bentuk doktrin dan dogma tidak berkembang serta merta begitu saja. Tetapi melalui proses yang panjang dan rumit. Sebagai contoh konsep tauhid Islam tidak dikenal sebagai konsep yang utuh hingga sesudah 2-3 abad kematian Muhammad. Konsep Trinitas Kristen baru disusun sebagai suatu sistematika doktrin lengkap 3-4 abad kemudian. Namun bukan berarti bahwa berbagai doktrin dan dogma itu karangan belaka, doktrin dan dogma ada karena kesaksian iman, pewahyuan, atau kepercayaan yang dialami dan dirasakan umat beragama.
Karena itu benar/salah, logis/tidak logis suatu bentuk GT tidak pernah akan dapat menjadi indikator bagi kepercayaan. GT hanya penjelasan atas suatu “belief.” Hingga kita tidak perlu membahas panjang lebar bahwa GT adalah hasil evolusi agama atau hasil buah pikir manusia. Memang benar GT adalah hasil proses mental manusia terhadap suatu “belief.” Menjadi pertanyaan kemudian, apakah “belief” itu adalah murni hasil produksi pikiran belaka, atau ada sesuatu yang berada diluar pikiran, yang merangsang keberadaan “belief” tersebut.
Inilah topik utama argumen ini!
Quote:
Reference :
Spoiler for link:
Quote:
Original Posted By fox_lyan►b. Gagasan akan Tuhan (GT) merupakan gagasan yang sangat unik dan bersifat universal.
Pada dasarnya GT memiliki keunikan-keunikan yang membedakannya dengan berbagai bentuk Gagasan yang lain. Keunikan ini tersusun dalam kombinasi karakteristik yang dapat dipastikan hanya dimiliki GT saja dan SEMUA faktor tersebut terdapat dalam segala bentuk GT. Karakteristik yang membuat GT sangat unik meliputi :
- GT didasarkan atas pengalaman/persepsi akan sesuatu yang tak tampak
Segala bentuk GT selalu bicara tentang sesuatu yang lain, sesuatu yang dalam keberadaannya berbeda dengan keberadaan kita. Dia gaib, tak terlihat, tak terasa. Manusia tidak pernah melihat dan membuktikan keberadaannya secara empiris, namun hanya bisa melihat bekas-jejak atau karya keberadaannya, entahkah itu ada dalam keindahan alam atau terdapat dalam mukjizat tak terjelaskan. Inilah ciri khas paling utama dari GT. Mereka selalu bicara tentang Dia-Yang-Tak-Tampak-Tapi-Ada.
Keberadaan Dia-Yang-Tak-Tampak memang tidak pernah jelas dan dapat dibuktikan secara konkrit-empiris. Namun manusia percaya penuh bahwa Dia-Yang-Tak-Tampak itu memang ada dan nyata. Kepercayaan itu begitu besar hingga manusia merasa perlu membuat ikon-ikon untuk menyimbolkan keberadaannya. Ikon-ikon yang dihormati bahkan disembah sebagai pertanda. Suatu suku pedalaman yang berdoa kepada pohon tahu dia tidak menyembah pohon, pohon itu dengan sekali tebang pun akan rubuh, yang dia sembah adalah ruh-ruh dan kekuatan yang berdiam dalam pohon itu. Seorang muslim yang sholat ke arah Kaabah tahu dia tidak menyembah Kaabah. Kaabah hanya lah sebuah ikon, sama seperti pohon itu adalah ikon. Ikon dari keberadaan Dia-Yang-Tak-Tampak.
- GT berbicara tentang obyek yang berada di luar dinalar (out of reason)
Dalam berbagai bentuk GT selalu dikenal apa yang disebut dengan “fidei” (faith). Fidei selalu menjadi pondasi utama dan prasyarat dalam sikap rohani penganut tiap tradisi agama dan kepercayaan. Bukan berarti fidei adalah bentuk kepercayaan irrasional. Sebaliknya, fidei adalah alat yang saling mendukung dan melengkapi dengan nalar. Dengan fidei lah, manusia dapat menjelajahi wilayah yang tak dapat dikenal dan dijangkau nalar. Bentuk fidei sangat luas dan beragam, dalam Islam dia dikenal dengan istilah “iman” lengkap dengan berbagai variannya (hidayah, dst.), dalam agama Yahudi dikenal dengan istilah “emunah,” dalam Buddhisme dia dikenal dengan istilah “Sadha”. Bahkan dalam agama Kristen Protestan dikenal ungkapan “Sola Fide” (hanya karena “fidei” saja).
Merriem-Webster mendefinisikan fidei sebagai “firm belief in something for which there is no proof” Definisi ini mungkin kurang tepat benar, karena fidei selalu diawali dan diiringi suatu proses. Tidak ada orang yang percaya serta merta begitu saja tanpa ada bukti. Ada suatu bentuk perjalanan atau pengalaman yang dia rasakan. Ada suatu bukti awal yang cukup kuat hingga satu-satunya pilihan hanyalah menerima suatu keyakinan. Proses ini disimpulkan dalam dialektika yang mengandung paradoks. Sebagai contoh
X = Tidak ada bukti maupun penjelasan yang menunjukkan bahwa ada manusia yang bisa terbang
Y = Tadi malam gw melihat ada orang terbang.
Berhadapan dengan paradoks yang terdapat dalam X dan Y, maka satu-satunya jalan untuk mendamaikan keduanya adalah melakukan apa yang disebut filsuf Kierkegaard sebagai lompatan menuju iman. Memang, terkesan sangat tidak logis dan ngawur. Namun ketika tidak ada pilihan lain, maka satu-satunya jawaban adalah untuk “melompat” saja.
Fidei adalah satu-satunya jalan ketika manusia berhadapan dengan suatu bentuk input pikiran, baik berupa “feels” ataupun “perceives” maupun “bukti awal” yang begitu kuat hingga proses mental yang disebut “reason” menjadi malfunction. Satu-satunya alat mental yang tersisa untuk memproses imput itu adalah “will” (kehendak). Kehendak untuk percaya dan menerima walau tidak ada bukti yang konkrit maupun masuk akal. Karena itu Kierkegaard terkenal dengan ungkapan : "If I capable of grasping God objectively, I do not believe, but precisely because I cannot do I must believe."
- GT berbicara tentang kebenaran mutlak
Karakter lain dari GT sifatnya yang selalu dimulai dari kebenaran yang bersifat a priori. GT selalu berdiri di atas pondasi pernyataan-pernyataan yang dianggap benar dan mutlak benar. Inilah yang gw sebut dengan istilah kebenaran mutlak. Kebenaran mutlak adalah ranah kebenaran yang hanya dapat diterima dengan tangan terbuka tanpa bertanya. Disinilah GT berada. Segala kebenaran GT yang anda pegang sekarang hanya berakhir pada pernyataan iman (confession of faith), kalimat “saya percaya”. Kebenaran ini hanya dapat diimani dan dialami, namun tidak dapat diuji, didefinisikan, dibuktikan, ditantang, maupun diruntuhkan. Sebagai contoh, dapatkah anda membuktikan bahwa Yesus adalah Putra Allah atau Muhammad benar-benar didatangi Jibril di Gua Hira? Saya yakin tidak ada yang bisa. Namun bukan berarti pernyataan Yesus Putra Allah tidak benar. Pernyataan itu benar karena pernyataan itu bicara dalam ranah iman Kristiani. Pernyataan itu adalah pernyataan yang benar bagi seorang Kristen. Itulah kebenaran absolut dalam iman Kristen. Implikasinya jelas. Kebenaran yang kita bicarakan adalah kebenaran yang berbeda dengan kebenaran empiris. Ini adalah kebenaran hasil, kebenaran statis, kebenaran ada, kebenaran idiil. Harga mati yang tak dapat ditawar-tawar lagi. seperti saya katakan, dapatkah anda menjadi sepenuhnya Kristen namun disisi lain tidak mengimani pemberitaan Kristosentris bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan kebenaran dan hidup? Tentunya kita juga tak dapat menerapkan yang sama dengan kita mengatakan bahwa “A benar maka otomatis selain A salah”. Jika kita bicara soal kebenaran absolut maka mengatakan bahwa “A benar bukan berarti selain A salah. A benar berarti B juga dapat benar dan C dapat benar. Tapi A dan B dan C bukan satu dan bukan benar yang satu. Sebab A adalah A, B adalah B dan C adalah C. A bukan B dan B bukan C. A,B, dan C adalah benar pada hakikatnya sendiri selayaknya A benar sebagai A, B sebagai B dan C benar sebagai C. “
- GT adalah pusat dari keseluruhan keberadaan manusia, baik kolektif maupun individu
GT selalu menjadi pondasi penting dalam kebudayaan dan peradaban manusia. Dimana GT tersebut memegang peran penting dalam proses kemajuan peradaban itu. Bagi peradaban itu GT tidak hanya menjadi sekedar ritus spiritual belaka, tetapi juga sumber bagi tatanan moral, sumber keteraturan sosial, dan bahkan legitimasi kekuasaan. Inilah keunikan GT yang membedakannya dengan yang lain. Peradaban tanpa GT adalah tidak ada peradaban.
Pada tataran Individu GT berusaha memberi makna bagi kehidupan setiap pribadi. GT memberikan jawaban-jawaban fundamental terkait: Apa makna hidup? Untuk apa kita hidup? Adakah kepastian di dunia ini? Apa yang terjadi setelah mati? Pertanyaan-pertanyaan fundamental ini memberikan makna yang dalam dan penting dalam kehidupan manusia dan GT lah sala satu sistem yang mampu memberikan jawaban terbaik.
Pentingnya GT sebagai pondasi seluruh keberadaan manusia, baik kolektif dan individu ini sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Orang rela mati dan menderita demi GT yang dia anut, kelompok-kelompok masyarakat dan bangsa rela berperang atas nama GT yang mereka pegang. GT adalah pondasi terpenting dari seluruh keberadaan manusia.
- GT bersifat universal dalam artian dapat ditemui dimanapun, kapanpun.
Entah masyarakat dalam peradaban itu telah maju seperti di Jepang, atau mungkin masih primitif seperti di Afrika. Entah berbentuk konsep yang sangat metafisik dan rumit seperti trinitas, atau hanya sekedar menyembah arwah leluhur yang berdiam di pohon belaka. Setiap peradaban dan kebudayaan selalu memiliki versi GT-nya masing-masing.
Bahkan peradaban-peradaban di setiap jaman seakan tak dapat memisahkan diri dari konsep GT ini. Setiap ujicoba besar menciptakan masyarakat tanpa kelas dan tanpa Tuhan yang dilakukan di negara-negara komunis RRC, Korut atau Uni Soviet dengan memberangus GT pun mengalami kegagalan. Padahal dinegara-negara tersebut, kekosongan GT digantikan dengan ketundukan penuh pada sistem dan pemimpin tertinggi. Bahkan di negara-negara bekas komunis pun mengalami kebangkitan spiritual besar-besaran karena ketiadaan GT untuk memenuhi dahaga mereka. Maka jangan heran apabila melihat foto Putin yang menghadiri ibadah di Gereja Ortodoks Rusia atau Gereja Rumah di China yang ternyata jumlahnya jemaatnya lebih besar dibanding jumlah keanggotaan partai komunis. (hint : google aja!)
Kelima karakteristik mendasar ini hanya dapat ditemui dalam GT. Memang benar terdapat gagasan lain selain GT yang memiliki karakteristik diatas. Namun gagasan itu seringkali tidak memiliki keseluruh karakteristik diatas, namun hanya beberapa karakteristik saja.
Pada dasarnya GT memiliki keunikan-keunikan yang membedakannya dengan berbagai bentuk Gagasan yang lain. Keunikan ini tersusun dalam kombinasi karakteristik yang dapat dipastikan hanya dimiliki GT saja dan SEMUA faktor tersebut terdapat dalam segala bentuk GT. Karakteristik yang membuat GT sangat unik meliputi :
- GT didasarkan atas pengalaman/persepsi akan sesuatu yang tak tampak
Segala bentuk GT selalu bicara tentang sesuatu yang lain, sesuatu yang dalam keberadaannya berbeda dengan keberadaan kita. Dia gaib, tak terlihat, tak terasa. Manusia tidak pernah melihat dan membuktikan keberadaannya secara empiris, namun hanya bisa melihat bekas-jejak atau karya keberadaannya, entahkah itu ada dalam keindahan alam atau terdapat dalam mukjizat tak terjelaskan. Inilah ciri khas paling utama dari GT. Mereka selalu bicara tentang Dia-Yang-Tak-Tampak-Tapi-Ada.
Keberadaan Dia-Yang-Tak-Tampak memang tidak pernah jelas dan dapat dibuktikan secara konkrit-empiris. Namun manusia percaya penuh bahwa Dia-Yang-Tak-Tampak itu memang ada dan nyata. Kepercayaan itu begitu besar hingga manusia merasa perlu membuat ikon-ikon untuk menyimbolkan keberadaannya. Ikon-ikon yang dihormati bahkan disembah sebagai pertanda. Suatu suku pedalaman yang berdoa kepada pohon tahu dia tidak menyembah pohon, pohon itu dengan sekali tebang pun akan rubuh, yang dia sembah adalah ruh-ruh dan kekuatan yang berdiam dalam pohon itu. Seorang muslim yang sholat ke arah Kaabah tahu dia tidak menyembah Kaabah. Kaabah hanya lah sebuah ikon, sama seperti pohon itu adalah ikon. Ikon dari keberadaan Dia-Yang-Tak-Tampak.
- GT berbicara tentang obyek yang berada di luar dinalar (out of reason)
Dalam berbagai bentuk GT selalu dikenal apa yang disebut dengan “fidei” (faith). Fidei selalu menjadi pondasi utama dan prasyarat dalam sikap rohani penganut tiap tradisi agama dan kepercayaan. Bukan berarti fidei adalah bentuk kepercayaan irrasional. Sebaliknya, fidei adalah alat yang saling mendukung dan melengkapi dengan nalar. Dengan fidei lah, manusia dapat menjelajahi wilayah yang tak dapat dikenal dan dijangkau nalar. Bentuk fidei sangat luas dan beragam, dalam Islam dia dikenal dengan istilah “iman” lengkap dengan berbagai variannya (hidayah, dst.), dalam agama Yahudi dikenal dengan istilah “emunah,” dalam Buddhisme dia dikenal dengan istilah “Sadha”. Bahkan dalam agama Kristen Protestan dikenal ungkapan “Sola Fide” (hanya karena “fidei” saja).
Merriem-Webster mendefinisikan fidei sebagai “firm belief in something for which there is no proof” Definisi ini mungkin kurang tepat benar, karena fidei selalu diawali dan diiringi suatu proses. Tidak ada orang yang percaya serta merta begitu saja tanpa ada bukti. Ada suatu bentuk perjalanan atau pengalaman yang dia rasakan. Ada suatu bukti awal yang cukup kuat hingga satu-satunya pilihan hanyalah menerima suatu keyakinan. Proses ini disimpulkan dalam dialektika yang mengandung paradoks. Sebagai contoh
X = Tidak ada bukti maupun penjelasan yang menunjukkan bahwa ada manusia yang bisa terbang
Y = Tadi malam gw melihat ada orang terbang.
Berhadapan dengan paradoks yang terdapat dalam X dan Y, maka satu-satunya jalan untuk mendamaikan keduanya adalah melakukan apa yang disebut filsuf Kierkegaard sebagai lompatan menuju iman. Memang, terkesan sangat tidak logis dan ngawur. Namun ketika tidak ada pilihan lain, maka satu-satunya jawaban adalah untuk “melompat” saja.
Fidei adalah satu-satunya jalan ketika manusia berhadapan dengan suatu bentuk input pikiran, baik berupa “feels” ataupun “perceives” maupun “bukti awal” yang begitu kuat hingga proses mental yang disebut “reason” menjadi malfunction. Satu-satunya alat mental yang tersisa untuk memproses imput itu adalah “will” (kehendak). Kehendak untuk percaya dan menerima walau tidak ada bukti yang konkrit maupun masuk akal. Karena itu Kierkegaard terkenal dengan ungkapan : "If I capable of grasping God objectively, I do not believe, but precisely because I cannot do I must believe."
- GT berbicara tentang kebenaran mutlak
Karakter lain dari GT sifatnya yang selalu dimulai dari kebenaran yang bersifat a priori. GT selalu berdiri di atas pondasi pernyataan-pernyataan yang dianggap benar dan mutlak benar. Inilah yang gw sebut dengan istilah kebenaran mutlak. Kebenaran mutlak adalah ranah kebenaran yang hanya dapat diterima dengan tangan terbuka tanpa bertanya. Disinilah GT berada. Segala kebenaran GT yang anda pegang sekarang hanya berakhir pada pernyataan iman (confession of faith), kalimat “saya percaya”. Kebenaran ini hanya dapat diimani dan dialami, namun tidak dapat diuji, didefinisikan, dibuktikan, ditantang, maupun diruntuhkan. Sebagai contoh, dapatkah anda membuktikan bahwa Yesus adalah Putra Allah atau Muhammad benar-benar didatangi Jibril di Gua Hira? Saya yakin tidak ada yang bisa. Namun bukan berarti pernyataan Yesus Putra Allah tidak benar. Pernyataan itu benar karena pernyataan itu bicara dalam ranah iman Kristiani. Pernyataan itu adalah pernyataan yang benar bagi seorang Kristen. Itulah kebenaran absolut dalam iman Kristen. Implikasinya jelas. Kebenaran yang kita bicarakan adalah kebenaran yang berbeda dengan kebenaran empiris. Ini adalah kebenaran hasil, kebenaran statis, kebenaran ada, kebenaran idiil. Harga mati yang tak dapat ditawar-tawar lagi. seperti saya katakan, dapatkah anda menjadi sepenuhnya Kristen namun disisi lain tidak mengimani pemberitaan Kristosentris bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan kebenaran dan hidup? Tentunya kita juga tak dapat menerapkan yang sama dengan kita mengatakan bahwa “A benar maka otomatis selain A salah”. Jika kita bicara soal kebenaran absolut maka mengatakan bahwa “A benar bukan berarti selain A salah. A benar berarti B juga dapat benar dan C dapat benar. Tapi A dan B dan C bukan satu dan bukan benar yang satu. Sebab A adalah A, B adalah B dan C adalah C. A bukan B dan B bukan C. A,B, dan C adalah benar pada hakikatnya sendiri selayaknya A benar sebagai A, B sebagai B dan C benar sebagai C. “
- GT adalah pusat dari keseluruhan keberadaan manusia, baik kolektif maupun individu
GT selalu menjadi pondasi penting dalam kebudayaan dan peradaban manusia. Dimana GT tersebut memegang peran penting dalam proses kemajuan peradaban itu. Bagi peradaban itu GT tidak hanya menjadi sekedar ritus spiritual belaka, tetapi juga sumber bagi tatanan moral, sumber keteraturan sosial, dan bahkan legitimasi kekuasaan. Inilah keunikan GT yang membedakannya dengan yang lain. Peradaban tanpa GT adalah tidak ada peradaban.
Pada tataran Individu GT berusaha memberi makna bagi kehidupan setiap pribadi. GT memberikan jawaban-jawaban fundamental terkait: Apa makna hidup? Untuk apa kita hidup? Adakah kepastian di dunia ini? Apa yang terjadi setelah mati? Pertanyaan-pertanyaan fundamental ini memberikan makna yang dalam dan penting dalam kehidupan manusia dan GT lah sala satu sistem yang mampu memberikan jawaban terbaik.
Pentingnya GT sebagai pondasi seluruh keberadaan manusia, baik kolektif dan individu ini sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Orang rela mati dan menderita demi GT yang dia anut, kelompok-kelompok masyarakat dan bangsa rela berperang atas nama GT yang mereka pegang. GT adalah pondasi terpenting dari seluruh keberadaan manusia.
- GT bersifat universal dalam artian dapat ditemui dimanapun, kapanpun.
Entah masyarakat dalam peradaban itu telah maju seperti di Jepang, atau mungkin masih primitif seperti di Afrika. Entah berbentuk konsep yang sangat metafisik dan rumit seperti trinitas, atau hanya sekedar menyembah arwah leluhur yang berdiam di pohon belaka. Setiap peradaban dan kebudayaan selalu memiliki versi GT-nya masing-masing.
Bahkan peradaban-peradaban di setiap jaman seakan tak dapat memisahkan diri dari konsep GT ini. Setiap ujicoba besar menciptakan masyarakat tanpa kelas dan tanpa Tuhan yang dilakukan di negara-negara komunis RRC, Korut atau Uni Soviet dengan memberangus GT pun mengalami kegagalan. Padahal dinegara-negara tersebut, kekosongan GT digantikan dengan ketundukan penuh pada sistem dan pemimpin tertinggi. Bahkan di negara-negara bekas komunis pun mengalami kebangkitan spiritual besar-besaran karena ketiadaan GT untuk memenuhi dahaga mereka. Maka jangan heran apabila melihat foto Putin yang menghadiri ibadah di Gereja Ortodoks Rusia atau Gereja Rumah di China yang ternyata jumlahnya jemaatnya lebih besar dibanding jumlah keanggotaan partai komunis. (hint : google aja!)
Kelima karakteristik mendasar ini hanya dapat ditemui dalam GT. Memang benar terdapat gagasan lain selain GT yang memiliki karakteristik diatas. Namun gagasan itu seringkali tidak memiliki keseluruh karakteristik diatas, namun hanya beberapa karakteristik saja.
Lanjut bawah gan
Diubah oleh mhiqbaal 22-07-2013 14:14
0
717
Kutip
9
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan