- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Lounge Pictures
Difabel Indonesia yang mengharumkan nama bangsa
TS
evive
Difabel Indonesia yang mengharumkan nama bangsa
Quote:
Spoiler for No Repost:
Quote:
Ada yg belum tau istilah difabel?
Difabel merupakan kependekan istilah "different abilities people" (orang dengan kemampuan yang berbeda). Dengan istilah difabel, penggunaan kata cacat atau tidak normal dapat lebih diperhalus dan tidak dianggap menghina.
Meskipun fisik para Difabel ini tidak sempurna, namun banyak dari mereka yg menorehkan prestasi yg luar biasa baik di kancah Nasional maupun Internasional. Berikut beberapa nama Difabel yg sudah berprestasi mengharumkan nama bangsa Indonesia.
Difabel merupakan kependekan istilah "different abilities people" (orang dengan kemampuan yang berbeda). Dengan istilah difabel, penggunaan kata cacat atau tidak normal dapat lebih diperhalus dan tidak dianggap menghina.
Meskipun fisik para Difabel ini tidak sempurna, namun banyak dari mereka yg menorehkan prestasi yg luar biasa baik di kancah Nasional maupun Internasional. Berikut beberapa nama Difabel yg sudah berprestasi mengharumkan nama bangsa Indonesia.
1. Agus Ngaimin
Quote:
Spoiler for Agus Ngaimin:
Spoiler for Agus Ngaimin:
Spoiler for :
Agus Ngaimin adalah atlet renang difabel yang lahir pada 17 Agustus 1984 di Cilacap, Jawa Tengah. Agus Ngaimin terserang folio ketika masih berumur dua tahun yang membuatnya lumpuh dari pinggang ke bawah. Beberapa prestasi Agus Ngaimin diantaranya:
1. Mewakili Jawa Tengah pada Porcanas 2004 di Palembang (medali emas)
2. Mewakili Indonesia FESPIC Games 2006 di Kuala Lumpur (medali emas)
3. Mewakili Indonesia ASIAN Paragames 2010 di Guangzhou (medali perak)
4. Meraih lima medali emas Solo ASEAN Paragames 2011
1. Mewakili Jawa Tengah pada Porcanas 2004 di Palembang (medali emas)
2. Mewakili Indonesia FESPIC Games 2006 di Kuala Lumpur (medali emas)
3. Mewakili Indonesia ASIAN Paragames 2010 di Guangzhou (medali perak)
4. Meraih lima medali emas Solo ASEAN Paragames 2011
2. Ni Nengah Widiasih
Quote:
Spoiler for Ni Nengah Widiasih:
Spoiler for Ni Nengah Widiasih:
Spoiler for :
Ni Nengah Widiasih mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya karena penyakit polio. Sejak kelas 6 SD, Ni Nengah Widiasih mendapatkan beasiswa dan tinggal di asrama Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Bali. Beberapa prestasi Ni Nengah diantaranya:
1. Porcanas 2008 di Samarinda dan memecahkan rekor nasional dengan angkatan seberat 72,4 kg (medali emas)
2. Nakhon Ratchasima ASEAN Paragames 2008 (medali perunggu)
3. Kuala Lumpur ASEAN Paragames 2009 (medali perak)
4. Solo ASEAN Paragames 2011 (medali emas)
5. Malaysia Open Powerlifting Championship 2012 (medali perunggu)
1. Porcanas 2008 di Samarinda dan memecahkan rekor nasional dengan angkatan seberat 72,4 kg (medali emas)
2. Nakhon Ratchasima ASEAN Paragames 2008 (medali perunggu)
3. Kuala Lumpur ASEAN Paragames 2009 (medali perak)
4. Solo ASEAN Paragames 2011 (medali emas)
5. Malaysia Open Powerlifting Championship 2012 (medali perunggu)
3. Setiyo Budi Hartanto
Quote:
Spoiler for Setiyo Budi Hartanto:
Spoiler for Setiyo Budi Hartanto:
Spoiler for :
Setiyo Budi Hartanto terlahir dengan cacat tangan kiri dari telapak tangan sampai siku. Pemuda asli Temanggung, Jawa Tengah, yang lahir pada 6 Mei 1986 ini sudah meraih beberapa prestasi diantaranya:
1. Porcanas 2004 di Palembang (medali perak)
2. Wakil Indonesia dalam Manila ASEAN Paragames 2005 dengan lompatan sejauh 6,4 meter (medali emas)
3. Kuala Lumpur FESPIC Games 2006 dengan lompatan sejauh 6,54 meter (medali perak)
4. Guangzhou ASIAN Paragames 2010 (medali perunggu)
5. Meraih empat medali perak pada Solo ASEAN Paragames
6. Lolos ke London Paralympic 2012 setelah menduduki peringkat 9 Asia
1. Porcanas 2004 di Palembang (medali perak)
2. Wakil Indonesia dalam Manila ASEAN Paragames 2005 dengan lompatan sejauh 6,4 meter (medali emas)
3. Kuala Lumpur FESPIC Games 2006 dengan lompatan sejauh 6,54 meter (medali perak)
4. Guangzhou ASIAN Paragames 2010 (medali perunggu)
5. Meraih empat medali perak pada Solo ASEAN Paragames
6. Lolos ke London Paralympic 2012 setelah menduduki peringkat 9 Asia
4. Dian David Michael Yakobs (David Jacobs)
Quote:
Spoiler for David Jacobs:
Spoiler for David Jacobs:
Spoiler for :
Dian David Michael Jakobs adalah atlet tenis meja berdarah Ambon yang lahir pada 21 Juni 1977 di Makassar. Terlahir dengan tangan kanan yang cacat, David Jacobs (begitu panggilan akrabnya) mengawali karir tenis mejanya sebagai atlet normal yang bermain kidal. Beberapa prestasi gemilang yang diraih David Jacobs antara lain:
1. Singapore SEATTA 2001 (medali emas)
2. PON 2004 (medali emas)
3. SEA GAMES 2005 (medali perak)
4. PON 2008 (medali perunggu)
5. SEA GAMES 2009 (medali perunggu)
Berkat prestasinya itu, David Jacobs menjadi PNS di Dinas Olahraga DKI Jakarta pada tahun 2008. Tahun 2010, David Jacobs memulai karir sebagai atlet tenis meja difabel Kelas 10. Debutnya sebagai atlet difabel dimulai dengan meraih medali perunggu Guangzhou ASIAN Paragames 2010. Beberapa gelar juga berhasil di berbagai kejuaraan di Thailand, Beijing, Ceko, Inggris, dan Taiwan. Hebatnya lagi, David Jacobs berhasil meraih tujuh medali emas pada Solo ASEAN Paragames 2011. David Jacobs juga berhasil meraih medali emas pada Italian Open pada bulan Maret 2012 dan Slovakian Open pada Juni 2012. Dalam hitungan matematis, David Jacobs pantas meraih medali di London Paralympic 2012 karena saat ini dia menduduki peringkat tiga dunia
1. Singapore SEATTA 2001 (medali emas)
2. PON 2004 (medali emas)
3. SEA GAMES 2005 (medali perak)
4. PON 2008 (medali perunggu)
5. SEA GAMES 2009 (medali perunggu)
Berkat prestasinya itu, David Jacobs menjadi PNS di Dinas Olahraga DKI Jakarta pada tahun 2008. Tahun 2010, David Jacobs memulai karir sebagai atlet tenis meja difabel Kelas 10. Debutnya sebagai atlet difabel dimulai dengan meraih medali perunggu Guangzhou ASIAN Paragames 2010. Beberapa gelar juga berhasil di berbagai kejuaraan di Thailand, Beijing, Ceko, Inggris, dan Taiwan. Hebatnya lagi, David Jacobs berhasil meraih tujuh medali emas pada Solo ASEAN Paragames 2011. David Jacobs juga berhasil meraih medali emas pada Italian Open pada bulan Maret 2012 dan Slovakian Open pada Juni 2012. Dalam hitungan matematis, David Jacobs pantas meraih medali di London Paralympic 2012 karena saat ini dia menduduki peringkat tiga dunia
5. Ratna Indraswari Ibrahim
Quote:
Spoiler for Ratna Indraswari Ibrahim:
Spoiler for :
Ratna Indraswari Ibrahim, seorang penulis dan sastrawati kelahiran Malang, Jawa Timur, pada 21 April 1949 ini mengalami kelumpuhan sejak usia 10 tahun. Dalam berkarya, Ratna dibantu asistennya untuk mengetikkan buah ide dan cerpen atau novel yang dia lontarkan. Dari hasil berkarya dengan cara itu, sudah ada sekitar 400 cerpen dan novel yang dilahirkannya. Kecintaannya akan buku juga membuatnya mendirikan toko buku 'Tobuki, Toko Buku Kita' di sebelah rumahnya. Hingga pada tahun 2011, Ratna terserang stroke dengan komplikasi penyakit jantung dan paru-paru hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Senin, 28 Maret 2011 di RS Saiful Anwar, Malang. Ratna meninggalkan novel yang belum selesai dan belum berjudul mengenai romantika aktivis di era reformasi tahun 1998.
6. M Ade Irawan
Quote:
Spoiler for M Ade Irawan:
Spoiler for :
M Ade Irawan merupakan penyandang tunanetra. Ade memiliki kegemaran kepada piano ketika dia diajak kedua orangtuanya ke Mall dan melihat piano lalu Ade mencoba membunyikannya dan spontan Ade langsung meminta untuk dibelikan piano. Ade mengagumi musisi jazz George Benson dan dia memutuskan memilih jazz sebagai musik pilihannya. Bakatnya semakin terasah saat mengikuti ibundanya yang bertugas di Chicago, AS tahun 2004. Chicago merupakan tempat para berkumpul musisi blues dan jazz di dunia.
Ibu Ade kemudian sering membawa putranya bermain di kafe-kafe dan untuk bertemu teman-teman sesama musisi. Menginjak usia belasan tahun permainan piano Ade makin luar biasa dan tampil di Chicago Winter Jazz Festival pada tahun 2006 dan 2007, saat usianya 12 tahun.
Ade juga mengkuti audisi khusus dengan musisi jazz Amerika Serikat, seperti Coco Elysses-Hevia, Peter Saxe, Ramsey Lewis, John Faddis, Dick Hyman, Ryan Cohen, dan Ernie Adams. Ade mempelajari huruf braille Farnsworth School plus pianis tetap pada acara musik di sekolah itu dan di Jazz Links Jam Session (Jazz Institute of Chicago) di Chicago Cultural Center.
Musisi jazz dalam negeri seperti Idang Rasjidi, Indra Lesmana, Bubi Chen hingga bos Museum Rekor Indonesia (MURI) Jaya Suprana juga memberinya perhatian. Jaya membuatkan Ade pagelaran resital tunggal pada Juni 2010 lalu, dan menjulukinya Ade 'Wonder' Irawan, merujuk musisi tunanetra, Stevie Wonder. Ade juga menjadi penampil pada Java Jazz Festival 2010 lalu.
Ibu Ade kemudian sering membawa putranya bermain di kafe-kafe dan untuk bertemu teman-teman sesama musisi. Menginjak usia belasan tahun permainan piano Ade makin luar biasa dan tampil di Chicago Winter Jazz Festival pada tahun 2006 dan 2007, saat usianya 12 tahun.
Ade juga mengkuti audisi khusus dengan musisi jazz Amerika Serikat, seperti Coco Elysses-Hevia, Peter Saxe, Ramsey Lewis, John Faddis, Dick Hyman, Ryan Cohen, dan Ernie Adams. Ade mempelajari huruf braille Farnsworth School plus pianis tetap pada acara musik di sekolah itu dan di Jazz Links Jam Session (Jazz Institute of Chicago) di Chicago Cultural Center.
Musisi jazz dalam negeri seperti Idang Rasjidi, Indra Lesmana, Bubi Chen hingga bos Museum Rekor Indonesia (MURI) Jaya Suprana juga memberinya perhatian. Jaya membuatkan Ade pagelaran resital tunggal pada Juni 2010 lalu, dan menjulukinya Ade 'Wonder' Irawan, merujuk musisi tunanetra, Stevie Wonder. Ade juga menjadi penampil pada Java Jazz Festival 2010 lalu.
7. Angkie Yudistia
Quote:
Spoiler for Angkie Yudistia:
Spoiler for :
Angkie Yudistia, adalah penyandang tunarungu sejak usia 10 tahun namun hal itu tak membuatnya pasrah menjalani hidup. Meski berat, ia mampu menyelesaikan pendidikannya di sekolah umum sejak sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA).
Praktis, keterbatasan Angkie itu menimbulkan banyak masalah selama belajar di SD hingga SMA. Tak jarang ia mengaku sering kali menerima cacian dan hinaan. Ketika itu, rasa malu memang membuat Angkie menutupi jati dirinya sebagai penyandang tunarungu.
Angkie kemudian menyelesaikan studinya di jurusan periklanan di London School of Public Relations(LSPR), Jakarta, dan lulus dengan indeks prestasi kumulatif 3,5. Di kampus yang sama, Angkie bahkan telah meraih gelar master setelah lulus dari bidang komunikasi pemasaran lewat program akselerasi.
Semasa kuliah, Angkie pun selalu aktif dalam berbagai kegiatan. Ia merupakan finalis Abang None mewakili wilayah Jakarta Barat pada 2008. Selain itu ia juga berhasil terpilih sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008, serta Miss Congeniality dari Natur-e, serta berbagai prestasi lainnya.
Angkie mulai terlibat dengan kegiatan sosial saat bergabung dengan Yayasan Tunarungu Sehijara pada 2009. Sejak saat itu hingga kini, ia pun kerap jadi pembicara dan menjadi delegasi Indonesia di berbagai kegiatan internasional di mancanegara yang berkaitan dengan kaum difabel.
Di usianya yang masih 25 tahun, Angkie sudah menjadi founder dan CEO (chief executive officer) Thisable Enterprise. Perusahaan yang didirikan bersama rekannya itu fokus pada misi sosial, khususnya membantu orang yang memiliki keterbatasan fisik alias difabel (Different Ability People).
Kepedulian pemilik tinggi 170cm dan berat 53kg itu pun terus berlanjut dengan meluncurkan buku berjudul 'Invaluable Experience to Pursue Dream' (Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas) akhir 2011 lalu. Pengalaman hidup dan pemikirannya dituangkan lewat karyanya itu.
Praktis, keterbatasan Angkie itu menimbulkan banyak masalah selama belajar di SD hingga SMA. Tak jarang ia mengaku sering kali menerima cacian dan hinaan. Ketika itu, rasa malu memang membuat Angkie menutupi jati dirinya sebagai penyandang tunarungu.
Angkie kemudian menyelesaikan studinya di jurusan periklanan di London School of Public Relations(LSPR), Jakarta, dan lulus dengan indeks prestasi kumulatif 3,5. Di kampus yang sama, Angkie bahkan telah meraih gelar master setelah lulus dari bidang komunikasi pemasaran lewat program akselerasi.
Semasa kuliah, Angkie pun selalu aktif dalam berbagai kegiatan. Ia merupakan finalis Abang None mewakili wilayah Jakarta Barat pada 2008. Selain itu ia juga berhasil terpilih sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008, serta Miss Congeniality dari Natur-e, serta berbagai prestasi lainnya.
Angkie mulai terlibat dengan kegiatan sosial saat bergabung dengan Yayasan Tunarungu Sehijara pada 2009. Sejak saat itu hingga kini, ia pun kerap jadi pembicara dan menjadi delegasi Indonesia di berbagai kegiatan internasional di mancanegara yang berkaitan dengan kaum difabel.
Di usianya yang masih 25 tahun, Angkie sudah menjadi founder dan CEO (chief executive officer) Thisable Enterprise. Perusahaan yang didirikan bersama rekannya itu fokus pada misi sosial, khususnya membantu orang yang memiliki keterbatasan fisik alias difabel (Different Ability People).
Kepedulian pemilik tinggi 170cm dan berat 53kg itu pun terus berlanjut dengan meluncurkan buku berjudul 'Invaluable Experience to Pursue Dream' (Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas) akhir 2011 lalu. Pengalaman hidup dan pemikirannya dituangkan lewat karyanya itu.
8. Gola Gong
Quote:
Spoiler for Gola Gong:
Spoiler for :
Bagi Agan yang mengalami masa remaja di era 1980-an, tentu tak asing dengan novel 'Balada Si Roy' yang ditulis Gola Gong. Gola Gong bernama asli Heri Hendrayana Harris.
Gola Gong kehilangan tangan kirinya sejak usia 11 tahun. Penyebabnya, saat bermain di alun-alun Kota Serang, Banten, Gola Gong dan teman-temannya melihat tentara latihan terjun payung. Gola pun menantang teman-temannya untuk adu keberanian seperti penerjun payung itu dengan..lompat dari pohon di pinggir alun-alun.
Novelnya yang populer di kalangan remaja kala itu, 'Balada Si Roy' awalnya dimuat berseri di majalah remaja pria 'Hai' dari tahun 1989-1994, yang ditulis Gola saat dirinya duduk di bangku SMA. 'Balada Si Roy' menceritakan pemuda yang mencari jati diri, senang berpetualang dengan gaya backpacker. Selain menulis novel, Gola Gong yang juga seorang traveller, gemar juga menulis cerita-cerita perjalanan.
Sejak 2001 dia mendirikan komunitas kesenian Rumah Dunia di lahan 1.000 meter persegi di belakang rumahnya di kawasan Komplek Hegar Alam, Ciloang, Serang, Banten. Di Rumah Dunia, Gola Gong menyebarkan virus "Gempa Literasi", yaitu gerakan kebudayaan menghancurkan kebodohan lewat kata (sastra dan jurnalistik), swara (musik), rupa (teater dan film), dan warna (melukis). Gempa literasi itu berupa kegiatan: 1. Orasi literasi, 2. Pelatihan, 3. Hibah buku, 4. Aneka lomba literasi, 5. Penerbitan, 6. Bedah/peluncurna buku, 7. Bazaar buku murah
Mendekati paruh baya, Gola Gong lumpuh total karena melawan penyakit osteoarthritis atau pengapuran sendi. Namun Gola Gong tak menyerah mencari kesembuhan sambil merawat 'Rumah Dunia'nya
Gola Gong kehilangan tangan kirinya sejak usia 11 tahun. Penyebabnya, saat bermain di alun-alun Kota Serang, Banten, Gola Gong dan teman-temannya melihat tentara latihan terjun payung. Gola pun menantang teman-temannya untuk adu keberanian seperti penerjun payung itu dengan..lompat dari pohon di pinggir alun-alun.
Novelnya yang populer di kalangan remaja kala itu, 'Balada Si Roy' awalnya dimuat berseri di majalah remaja pria 'Hai' dari tahun 1989-1994, yang ditulis Gola saat dirinya duduk di bangku SMA. 'Balada Si Roy' menceritakan pemuda yang mencari jati diri, senang berpetualang dengan gaya backpacker. Selain menulis novel, Gola Gong yang juga seorang traveller, gemar juga menulis cerita-cerita perjalanan.
Sejak 2001 dia mendirikan komunitas kesenian Rumah Dunia di lahan 1.000 meter persegi di belakang rumahnya di kawasan Komplek Hegar Alam, Ciloang, Serang, Banten. Di Rumah Dunia, Gola Gong menyebarkan virus "Gempa Literasi", yaitu gerakan kebudayaan menghancurkan kebodohan lewat kata (sastra dan jurnalistik), swara (musik), rupa (teater dan film), dan warna (melukis). Gempa literasi itu berupa kegiatan: 1. Orasi literasi, 2. Pelatihan, 3. Hibah buku, 4. Aneka lomba literasi, 5. Penerbitan, 6. Bedah/peluncurna buku, 7. Bazaar buku murah
Mendekati paruh baya, Gola Gong lumpuh total karena melawan penyakit osteoarthritis atau pengapuran sendi. Namun Gola Gong tak menyerah mencari kesembuhan sambil merawat 'Rumah Dunia'nya
9. Stephanie Handojo
Quote:
Spoiler for Stephanie Handojo:
Spoiler for :
Sejak lahir mengidap downsyndrome, Stephanie Handojo yang lahir pada 5 November 1991 ini tumbuh besar bersama kedua orangtuanya, Maria Yustina dan Santoso Handojo.
Stephanie sejak kecil memang sudah mulai mengikuti kegiatan positif khususnya di bidang olahraga seperti berenang dan bulutangkis. Bahkan, saat menginjak usia 12 tahun, ia berhasil meraih juara 1 pada kejuaraan Porcada.
Meskipun ia terlahir dengan kekurangan, namun hal itu tidak menyurutkan semangat Stephanie menggali bakatnya yang lain di dunia musik. Ia tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) karena mampu bermain piano dengan 22 lagu selama 2 jam.
Kendati begitu ia masih fokus dalam bidang olahraga, dengan perkembangan prestasi yang makin gemilang. Terpilih mewakili Indonesia di ajang Special Olympics World 2011 di Athena, Yunani, Stephanie meraih medali emas dari cabang renang nomor 50 meter gaya dada, seperti dikutip dari detiksport, Rabu 18 April 2012.
Special Olimpics Indonesia (SOina) sebagai organisasi yang menaungi atlet-atlet tunagrahita melihat bahwa anak didiknya itu mempunyai kemampuan dan semangat yang luar biasa. Mereka kemudian merekomendasikan Stephanie, setelah menyisihkan dua anak lain, untuk mengikuti seleksi khusus yang dilakukan UNICEF dan Inggris menjelang Olimpiade 2012. Ia akhirnya terpilih mewakili Indonesia dalam tim yang terdiri dari 20 anak dari 20 negara, untuk ikut membawa obor Olimpiade tersebut.
Stephanie sejak kecil memang sudah mulai mengikuti kegiatan positif khususnya di bidang olahraga seperti berenang dan bulutangkis. Bahkan, saat menginjak usia 12 tahun, ia berhasil meraih juara 1 pada kejuaraan Porcada.
Meskipun ia terlahir dengan kekurangan, namun hal itu tidak menyurutkan semangat Stephanie menggali bakatnya yang lain di dunia musik. Ia tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) karena mampu bermain piano dengan 22 lagu selama 2 jam.
Kendati begitu ia masih fokus dalam bidang olahraga, dengan perkembangan prestasi yang makin gemilang. Terpilih mewakili Indonesia di ajang Special Olympics World 2011 di Athena, Yunani, Stephanie meraih medali emas dari cabang renang nomor 50 meter gaya dada, seperti dikutip dari detiksport, Rabu 18 April 2012.
Special Olimpics Indonesia (SOina) sebagai organisasi yang menaungi atlet-atlet tunagrahita melihat bahwa anak didiknya itu mempunyai kemampuan dan semangat yang luar biasa. Mereka kemudian merekomendasikan Stephanie, setelah menyisihkan dua anak lain, untuk mengikuti seleksi khusus yang dilakukan UNICEF dan Inggris menjelang Olimpiade 2012. Ia akhirnya terpilih mewakili Indonesia dalam tim yang terdiri dari 20 anak dari 20 negara, untuk ikut membawa obor Olimpiade tersebut.
Quote:
BISAKAH KITA YANG NORMAL BERPRESTASI SEPERTI MEREKA?
Quote:
MUDAH-MUDAHAN THREAD INI MEMBERIKAN INSPIRASI UNTUK KITA SEMUA
Quote:
0
5K
Kutip
13
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan