- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Muhaimin bohong, TKI tewas terinjak-injak dibilang sakit
TS
rumah141
Muhaimin bohong, TKI tewas terinjak-injak dibilang sakit
MERDEKA.COM. Sebagai pejabat negara, Muhaimin Iskandar seharusnya perlu berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan. Apalagi menyangkut penyebab hilangnya nyawa seseorang. Bukan empati yang ditunjukkan, malah sikap menganggap enteng masalah.
Entah karena minimnya informasi atau bahkan tidak menguasai masalah, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar mengeluarkan pernyataan yang terkesan menyepelekan.
Ricuh ribuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Konsulat Jenderal RI Jeddah yang sedang mengurus Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) sebagai syarat pemutihan/amnesti bagi mereka yang overstay, ditanggapi Muhaimin sebagai aksi kecil yang dibesar-besarkan oleh media.
"Itu hanya plastik yang dibakar, dilebih-lebihkan saja," jelas pria yang akrab disapa Cak Imin ini sebelum menghadiri rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Senin (10/6) lalu.
"Ya sebetulnya karena terlampau banyak yang antre kemudian terjadi (pembakaran). Kita sudah mengirim Irjen ke sana, dan staf untuk memperkuat penanganan dan pelayanan yang disediakan Kemlu," imbuhnya.
Demikian juga soal TKW yang meninggal. Muhaimin menyatakan, hal itu tanggung jawab Kementerian Luar Negeri. "Itu karena sakit sebelumnya, dia ikut antre. Kemlu yang lebih tahu sih sebetulnya, karena semua informasi yang paling akurat dari Kemlu," cetus Muhaimin.
Faktanya ternyata berbeda. Dalam jumpa pers bersama Menlu Marty Natalegawa, Menko Polhukam Djoko Suyanto mengatakan, tewasnya TKI bernama Marwah binti Hasan (57) saat kerusuhan di Kantor Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Jeddah Arab Saudi, karena dehidrasi dan terinjak-injak. Bukan, karena sakit seperti yang diucapkan Muhaimin.
"Kita juga menyesalkan ada seorang TKI yang meninggal karena dehidrasi dan diinjak-injak," kata Djoko saat konferensi pers di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (11/6) kemarin.
Supaya kasus tersebut tidak terulang, pemerintah mengevaluasi dan memutuskan pelayanan pengurusan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) dibagi dua shift.
Layanan dibuka dari hari Selasa sampai Kamis yang melayani khusus pendaftaran. Kemudian shift kedua, dibuka hari Sabtu sampai Senin hanya untuk pengambilan dokumen. "Hal ini biar tidak bercampur antara yang mengambil dan mendaftar," kata Djoko.
Kabar terbaru, disampaikan anggota Komisi IX DPR Rieke Diah Pitaloka. "Saya mendengar satu lagi meninggal," ujarnya kepada merdeka.com, Selasa (11/6).
Menurut Rieke, saat ini jenazah masih berada di rumah sakit. Rieke mendesak agar KJRI segera memastikan nasib TKI yang tewas tersebut. "Namanya Nuroh warga Nusa Tenggara Barat (NTB) dan sekarang di Rumah Sakit Malik Fahad, Jeddah. Kami minta KJRI untuk mengecek," jelas Rieke.
Jika sudah begini, masihkan Muhaimin berkelit dengan mengatakan hal ini masalah kecil yang dilebih-lebihkan?
Sumber: Merdeka.com
samber dari .....
jangan hanya ABS dong Cak
Entah karena minimnya informasi atau bahkan tidak menguasai masalah, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar mengeluarkan pernyataan yang terkesan menyepelekan.
Ricuh ribuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Konsulat Jenderal RI Jeddah yang sedang mengurus Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) sebagai syarat pemutihan/amnesti bagi mereka yang overstay, ditanggapi Muhaimin sebagai aksi kecil yang dibesar-besarkan oleh media.
"Itu hanya plastik yang dibakar, dilebih-lebihkan saja," jelas pria yang akrab disapa Cak Imin ini sebelum menghadiri rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Senin (10/6) lalu.
"Ya sebetulnya karena terlampau banyak yang antre kemudian terjadi (pembakaran). Kita sudah mengirim Irjen ke sana, dan staf untuk memperkuat penanganan dan pelayanan yang disediakan Kemlu," imbuhnya.
Demikian juga soal TKW yang meninggal. Muhaimin menyatakan, hal itu tanggung jawab Kementerian Luar Negeri. "Itu karena sakit sebelumnya, dia ikut antre. Kemlu yang lebih tahu sih sebetulnya, karena semua informasi yang paling akurat dari Kemlu," cetus Muhaimin.
Faktanya ternyata berbeda. Dalam jumpa pers bersama Menlu Marty Natalegawa, Menko Polhukam Djoko Suyanto mengatakan, tewasnya TKI bernama Marwah binti Hasan (57) saat kerusuhan di Kantor Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Jeddah Arab Saudi, karena dehidrasi dan terinjak-injak. Bukan, karena sakit seperti yang diucapkan Muhaimin.
"Kita juga menyesalkan ada seorang TKI yang meninggal karena dehidrasi dan diinjak-injak," kata Djoko saat konferensi pers di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (11/6) kemarin.
Supaya kasus tersebut tidak terulang, pemerintah mengevaluasi dan memutuskan pelayanan pengurusan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) dibagi dua shift.
Layanan dibuka dari hari Selasa sampai Kamis yang melayani khusus pendaftaran. Kemudian shift kedua, dibuka hari Sabtu sampai Senin hanya untuk pengambilan dokumen. "Hal ini biar tidak bercampur antara yang mengambil dan mendaftar," kata Djoko.
Kabar terbaru, disampaikan anggota Komisi IX DPR Rieke Diah Pitaloka. "Saya mendengar satu lagi meninggal," ujarnya kepada merdeka.com, Selasa (11/6).
Menurut Rieke, saat ini jenazah masih berada di rumah sakit. Rieke mendesak agar KJRI segera memastikan nasib TKI yang tewas tersebut. "Namanya Nuroh warga Nusa Tenggara Barat (NTB) dan sekarang di Rumah Sakit Malik Fahad, Jeddah. Kami minta KJRI untuk mengecek," jelas Rieke.
Jika sudah begini, masihkan Muhaimin berkelit dengan mengatakan hal ini masalah kecil yang dilebih-lebihkan?
Sumber: Merdeka.com
samber dari .....
jangan hanya ABS dong Cak
0
2.8K
44
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan