JAKARTA - Rupiah dalam beberapa hari terakhir mengalami fluktuasi yang tinggi, rupiah bahkan melemah menembus level Rp10 ribu per USD. Namun, pelemahan rupiah lantaran dolar AS terlalu terapresiasi.

Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan, pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) lebih banyak dipengaruhi oleh fenomena di negara-negara regional. Menurutnya, hal ini lantaran indeks saham di negara-negara ASEAN mengalami pelemahan.

"Kalau dilihat indeks hari ini hampir di semua bagian, regional mulai Hang Seng, Nikkei, STI Singapura bahkan Thailand minusnya cukup dalam berpengaruh pada stock market kita, sehingga berpengaruh pada rupiah," kata Chatib di Gedung DPR Jakarta, Selasa (11/6).

Selain itu, Chatib mengatakan fenomena global juga masih berpengaruh terhadap melemahnya rupiah. Dia mengatakan, rencana The Fed untuk mengurangi kuantitatif easing membuat investor agak khawatir arus modal ke emerging market. "Itu sebabnya stock market di regional jatuh, baik itu Jakarta composit," tambah dia.

Chatib menilai pelemahan rupiah disebabkan karena kekhwatiran investor mengenai rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi keliru. "Tapi yang lain yang dikhawatirkan investor mengenai BBM saya kira ini keliru," kata dia.

Lebih lanjut Chatib menjelaskan saat ini rencana kenaikan BBM sudah jelas. pasalnya, saat ini pemerintah sedang dalam tahap untuk sosialisasi perlindungan sosial akibat dampak kenaikan yang akan dilakukan.

Dia mengatakan, berdasarkan pengalaman pada 2005 saat menaikkan BBM, impor migas mengalami penurunan. Sehingga, Rupiah akan menguat saat BBM dinaikkan karena neraca perdagangan akan membaik.

"Kita lihat data empirisnya 2005 sekali dan 2008 dua kali setiap kali BBM dinaikkan impor migas mengalami penurunan. Jadi kita bisa expect rupiah akan menguat karena neraca perdagangan akan membaik." Jelasnya.(sumber)

Dompet awak nih yang melemah,,,,,