CNN.com---Mantan pemimpin Afrika Selatan, Nelson Mandela, hingga Senin (10/6) masih dirawat intensif di rumah sakit, setelah dua hari mendapat perawatan akibat infeksi paru. Kondisi kesehatan Bapak Rekonsiliasi Politik Afrika Selatan itu, Sabtu (8/6) terus menurun sehingga terpaksa dilarikan ke rumah sakit Pretoria. Sehari kemudian, kantor Kepresidenan Afrika Selatan mengumumkan secara resmi bahwa mantan pemimpin kharismatik berusia 94 tahun itu, berada dalam keadaan "serius tetapi kondisinya stabil."

Menurut laporan terakhir, sejauh ini, Nelson Mandela masih bisa bernafas sendiri alias tidak memerlukan alat bantu pernafasan. Sedangkan istrinya, setia mendampingi di sisi Nelson Mandela. Setelah kesehatan Mandela tidak menampakkan perkembangan berarti dalam 48 jam, pemerintah mengatakan bahwa kondisi Mandela "tidak berubah." Sementara putri Mandela, Zenani Dlamini, yang kini menjadi Duta Besar Afrika Selatan di Argentina, dilaporkan terbang ke Afrika Selatan untuk mendampingi ayahnya. Neslon Mandela sendiri, akhir-akhir ini sering dirawat di rumah sakit, karena usianya memang sudah begitu lanjut.

Pada hari Minggu (9/6), gereja-gereja di Afrika Selatan, menggelar doa bagi Nelson Mandela, dan 'harapan-baik' bagi Nelson Mandela juga muncul dari berbagai belahan dunia. Sementara di halaman utama surat kabar Afrika Selatan, Sunday Times, menulis judul tebal ,"Ini saatnya untuk mengizinkannya pergi."

Surat kabar Sunday Times mengutip sahabat lama Mandela, yakni Andrew Mlangeni, yang mengatakan bahwa waktunya telah tiba untuk rakyat Afrika Selatan untuk menyampaikan "selamat jalan" bagi simbol yang mereka cintai.



"Anda telah masuk rumah sakit beberapa kali. Begitu jelas, Anda tidak dalam (kondisi) sehat, dan ada kemungkinan Anda tidak sembuh lagi. Sekali keluarga melepaskan dia, rakyat Afrika Selatan akan mengikutinya. Kami akan mengucapkan terima kasih Tuhan, Engkau telah memberi kami orang ini, dan kami (pada akhirnya) akan melepasnya juga," kata Andrew Mlangeni, sendu. (MS)

NILAH.COM, Jakarta – Lima belas tahun lalu, terjadi kerusuhan di Jakarta. Perempatan Slipi , Jakarta Barat macet total sore itu. Seorang pria berkulit putih mondar-mandir tak tentu arah.

Saya mau jemput teman di bandara. Dia datang dari Singapura, ujar diplomat Afrika Selatan tersebut. Lantaran tak banyak yang bisa diperbuat, akhirnya kami terlibat pembicaraan yang nglantur.

“Pak Nelson Mandela, selalu mengenakan batik”. “ Ya, betul. Kami kirim hampir setiap bulan” “Siapa perancang baju batik itu?”. Maaf, anda tak boleh tahu, ujarnya sambil tertawa.

Sudah lima belas tahun lebih Nelson Rolihahla Mandela memakai kemeja batik lengan panjang berwarna kuning, hijau, abu-abu atau putih ke abu-abuan dengan corak beragam. Banyak di antara corak itu seperti dibuat Iwan Tirta.

Ada lagi ciri khas Mandela dalam mengenakan batik. Anak kancingnya lengkap dikancingkan sampai ke leher. Di balik jas maupun baju hangat, busana batik tak ketinggalan.

Sejauh ini tak pernah ada tokoh asing yang begitu fanatik seperti Mandela. Ketika bertemu dengan pemimpin negara lain seperti Sekjen PBB, PM Tony Blair, Ratu Elizxabeth II, Michael Jackson, Oprah Winfrey, menghadiri 46664 Artic Concert atau bertemu Bill Clinton, Mandela mengenakan batik. Entah bagaimana reaksi para mitra wicaranya, sebab mereka sangat tahu batik berasal dari Indonesia.

Bekas penghuni penjara di pulau Robben ini, pertama kali mengenakan batik waktu konferensi APEC pada 15 November tahun 1994 di Istana Bogor. Saat menemui Presiden Soeharto dan Presiden Megawati, ia juga berbatik lengan panjang. Sejak akhir 1990-an itu, baginya tiada hari tanpa batik.

Mengapa berbatik ria? Mandela memang pantas dan keren dalam busana batik. Posturnya yang tinggi langsing, bentuk wajah dan rambutnya yang khas seperti tutup ketemu botol saat mengenakan batik lengan panjang. Kecuali para model, agak susah mencari pejabat Indonesia yang benar-benar cocok dan pas berbatik seperti dia. Ada yang langsing tetapi loyo.

Sebenarnya setelah dibebaskan dari penjara, Mandela juga mengenakan jas sebagaimana terlihat saat menerima hadiah Nobel Perdamaian, namun entah kenapa kemudian kepincut kepada batik. Susah untuk mengetahui alasan yang sebenarnya.

Meski begitu siapapun yang pernah pergi ke Afrika Selatan, tentu akan merasa betapa Indonesia sangat dekat di hati rakyat dan pejabatnya. Nama Bung Karno, Konferensi Asia Afrika dan Dasa Sila Bandung menjadi buah bibir yang tak henti-hentinya diucapkan atau dibicarakan. Sungguh sedap mendengar bila pejabatnya mengucapkan kata…Bandong.

Lewat Konferensi Asia Afrika, rakyat Afrika Selatan khususnya dan benua Afrika umumnya memperoleh energi untuk merdeka. Boleh jadi hal ini merupakan salah satu alasan bagi Mandela, yang juga populer dipanggil Madiba, untuk mengenakan batik, termasuk ketika menderita sakit.

Sesungguhnyalah, Indonesia juga harus dekat dengan pejuang apartheid itu. Simpati dan kecintaannya terhadap Indonesia selayaknya memperoleh tanggapan yang memadai. Tak pernah kita mendengar, pejabat menghubunginya ketika dia diketahui menderita sakit lagi.

Kebiasaannya memakai busana nasional juga patut menjadi teladan. Tak semua orang Indonesia suka mengenakannya dalam acara-acara formal, terutama ketika bertemu dengan tamu-tamu asing. Padahal harga jas jauh lebih mahal, ada yang sampai Rp30 juta satu stel, sementara kemeja batik termahal jauh di bawah Rp10 juta rupiah.

Kita memang sering melupakan sesuatu yang jelas-jelas menampakkan simpatinya kepada Indonesia. Persis seperti lebih mendahulukan factory outlet ketimbang Museum Konferensi Asia Afrika yang menyimpan kewibawaan dan pengaruh Indonesia terhadap dunia di masa lalu. [mdr]