Gambaran sepatu itu sangat tepat menggambarkan kehidupan suami istri.
Namun, sering kali kita justru suka mengeluh tentang perbedaan kita dan
suami, padahal memang seperti itulah tujuan Tuhan mempertemukan
kita.Tuhan justru memberikan pasangan yang memiliki banyak perbedaan
dengan kita karena Ia mau kita saling melengkapi.
Perbedaan seharusnya tidak perlu di pertentangkan atau dipermasalahkan,
karena perbedaan sebenarnya justru saling melengkapi.Maukah anda
memakai sepatu yang sama persis?, dua-duanya sepatu kanan atau dua-
duanya sepatu kiri? Tidak, bukan? Sepatu justru menjadi nyaman dan pas
dikaki saat pasangan sepatu itu berbeda.
Sekalipun suami adalah kepala, bukan bearti suami lebih tinggi dari istri
dan berhak menangnya sendiri. Demikian juga istri tidak boleh dominan
sehingga peran suami menjadi tidak maksimal.
Sebagaimana sepatu sama-sama tinggi, maka suami dan istri harus
memiliki peran yang seimbang. Tidak boleh overlapping.
Istri tidak boleh jadi nahkoda dalam keluarga, sebaliknya suami tidak
boleh cuek dan membiarkan kapalnya tampa nahkoda. Firman Tuhan
sudah memberikan paduan yang jelas, suami harus mengasihi istri
sedangkan istri harus tunduk kepada suami.
Bersyukurlah untuk pasangan kita. Jangan pernah merasa diri kita hebat
dan sanggup. Ingatlah, ketika satu buah sepatu hilang, maka yang lain
menjadi tidak berarti.Demikian pula halnya dengan keberadaan kita.
Pasangan kita merupakan pribadi yang sangat berarti dan berharga bagi
hidup kita.
Bisakah Anda membayangkan hidup tanpa pasangan kita ?
PASANGAN ITU IBARAT SEPASANG SEPATU, BILA YANG SATU HILANG
YANG LAIN TIDAK MEMILIKI ARTI.