- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[ironis] Jadi Komoditas, Anak Alay Sulit Dihentikan


TS
beppe85
[ironis] Jadi Komoditas, Anak Alay Sulit Dihentikan
Quote:
![[ironis] Jadi Komoditas, Anak Alay Sulit Dihentikan](https://dl.kaskus.id/statik.tempo.co/data/2013/05/31/id_189185/189185_620.jpg)
TEMPO.CO, Jakarta - Semakin menjamurnya anak alay lewat tayangan di televisi dengan menjadi penonton berbayar, menurut pengamat media Nina Mutmainah Armando, akan sangat sulit dihentikan. Anak alay itu sudah menjadi sebuah komoditas yang menguntungkan berbagai pihak terkait.
"Akan terus tumbuh, bahkan acara keagamaan lama-lama mirip,” kata Nina. “Karena semua acara di TV akan dikemas seperti hiburan dengan unsur heboh, banyak atraksi, bukan hanya sekedar artisnya saja ditampilkan," kata Nina.
Nina melihat kebanyakan acara tersebut justru melecehkan penonton atau penampil lain yang memiliki kekurangan dalam fisiknya. "Siapa pun yang tampilannya agak unik, seperti gemuk atau giginya yang tonggos. Mereka dilecehkan atau di-bully. Ini yang enggak boleh dieksploitasi. Aturan KPI-nya ada," kata Nina.
Menurut dosen Komunikasi Fisip UI ini, pengisi acara serta penonton alay yang berkelakuan berlebihan itu justru mengkhawatirkan. Demi eksis, seseorang mampu melakukan hal-hal yang tidak lazim. "Di kamera semakin bergaya berani, bergaya gokil, atau kebanci-bancian akan semakin terus dipakai. Ini semacam ada kerja sama dan membuka kesempatan peluang untuk tampil," kata komisioner KPI itu.
Semakin lama, akan semakin kreatif gaya alay yang dikeluarkan oleh penonton berbayar itu. Nina meminta peran orang tua ketika anak-anak sudah terpengaruh dengan gaya penonton berbayar itu. "Penting sekali anak-anak yang menonton televisi didampingi orang tuanya. Orang tua harus menjelaskan ke anak-anak kalau mereka melakukannya dengan dibayar," katanya.
Bagi anak kecil yang tidak kritis, perilaku tersebut mudah ditiru. "Absolut nilai, diikuti karena dipikir benar," katanya. "Zaman sekarang orang tua harus melek karena potensi dampaknya bagi remaja yang tidak kritis, menurut mereka hal tersebut lazim," ucap Nina.
Totalitas Bos Alay Dahsyat
TEMPO.CO, Jakarta - Harsono, bukan nama asing bagi produser stasiun televisi maupun para penonton bayaran dan juga beberapa pelawak. Sebelum menjadi koordinator penonton bayaran, Harsono masuk ke dalam tim kelompok lawak Patrio yang digawangi, Eko, Parto dan Akri.
Saat itu 2003, Harsono telah banyak belajar mengikuti persiapan pertunjukan Ngelaba oleh Patrio di TPI (sekarang MNC TV). Ilmu yang diperolehnya tersebut lantas dikembangkan dan memulai pekerjaan sebagai pengumpul tim sorak televisi, atau yang dikenal dengan istilah tim alay. Usahanya yang bergerak di bidang jasa itu dinamainya Kapur Barus Agency beralamat di Jalan Kemanggisan Raya RT 06 RW 10. "Saya sudah lama menggeluti usaha seperti ini," kata Harsono, Rabu 29 Mei 2013.
Sebelumnya, Harsono pernah bekerja sebagai pekerja teknis di pabrik kawasan Pulogadung, Jakarta. Namun setelah merintis pekerjaan sebagai pengumpul tim sorak televisi, Harsono merasa nyaman dan ingin tetap konsisten. "Ya kalau mau terjun ke dunia beginian nggak boleh satu kaki, harus dua kaki, nyemplung sekalian," katanya.
Kini Harsono terikat pekerjaan dengan acara Dahsyat semenjak 2008. Tiap harinya, ia harus menyediakan 60 orang tim sorak yang terdiri dari anak muda. "Mereka harus mau ramai dan penampilannya oke. Karena ini acara musik," katanya. "Sebelum memulai syuting, kita briefing dulu bagaimana caranya supaya ramai. Bagaimana nanggepin lawakan pembawa acara dan bersorak ketika artis datang. Mereka ya saya ajarin dulu," katanya.
Ketika disinggung soal bayaran, pria asal Cirebon ini hanya tersenyum simpul. Awalnya ia tak mau mengatakan dengan jelas berapa peruntungan yang diperolehnya tiap bulan. Namun kemudian ia nyeletuk. "Ya hitung saja deh tiga kalinya UMK (Upah Minimum Kota), lumayan daripada orang kantoran," katanya tertawa.
Menurutnya, bayaran sejumlah itu hanya untuk acara Dahsyat. Namun Harsono juga bisa dapat pesanan tim sorak dari acara televisi lain seperti TVRI, Trans TV, ANTV dan MNC. Ia pun juga mengaku pernah diminta menyediakan tim sorak untuk acara pertemuan partai Golkar dan PAN.
Tak lama, Harsono dikerubungi anak-anak alay yang baru saja bubar usai syuting Dahsyat. Puluhan remaja itu mendatangi dan menyalami serta mencium tangan Harsono.
http://www.tempo.co/read/news/2013/0...lit-Dihentikan
http://www.tempo.co/read/news/2013/0...s-Alay-Dahsyat
kebayang ga tuh...membudayakan alay dpt gaji 3x UMK..rusaknya budaya negeri ini sapa yg tanggungjawab?.
0
1.9K
Kutip
11
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan