- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ketika Anak Tertarik Situs Porno, Bagaimana Orang Tua Meresponsnya?


TS
kohbokan
Ketika Anak Tertarik Situs Porno, Bagaimana Orang Tua Meresponsnya?
Nurvita Indarini - detikHealth
Senin, 10/06/2013 10:01 WIB
Jakarta, Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kaspersky Lab, ada aneka situs yang menarik perhatian anak. Situs bermuatan pornografi adalah satu dari 3 jenis situs yang paling menarik perhatian anak. Nah, bagaimana orang tua meresponsnya?
Psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqi, menjelaskan umumnya ketertarikan seksual terjadi di usia remaja. Pada saat itu anak sudah mulai bisa menilai lawan jenisnya cantik atau ganteng. Nah, ketika anak tertarik dan bahkan sering mengakses video atau gambar porno, menurutnya hal itu terjadi karena pemaparan.
"Saya pernah mendapat klien, di mana anak kelas 2 SD sudah sering menonton video porno. Katanya dia mendapat link itu di sekolah dari temannya. Bayangkan, link seperti itu dibuka di sekolah," ujar Ratih dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Senin (10/6/2013).
Ketika anak tersebut ditanya mengapa suka melihat video semacam itu, apa jawabnya? "Dia bilang video seperti itu seru. Lalu dia bilang 'adik (penis) aku berdiri, rasanya kayak mau pipis'. Kalau saat itu saya jelaskan dia sedang ereksi, anak sekecil itu mungkin tidak akan paham," tutur Ratih.
Akhirnya Ratih mencari jalan untuk menjelaskan bahaya video semacam itu berdasarkan pemahaman anak usia sekitar 7 tahun. "Saya katakan 'kalau kamu nonton video seperti itu terus kamu bisa kekurangan cairan karena kamu jadi ingin pipis terus. Dehidrasi itu bahaya buat tubuh'. Akhirnya dibelokkan ke yang seperti itu," sambung perempuan berjilbab ini.
Seiring bertambahnya usia, tentu ada perkembangan seksual pada anak. Karenanya anak mulai mengeksplorasi daerah seperti anus dan vagina atau penis miliknya. Kadang anak kecil menduduki bantal dan merasa ada sensasi tersendiri di organ genitalnya. Saat hal itu terjadi, orang tua bisa menjelaskan sensasi itu muncul karena di area genital terdapat banyak syaraf, sehingga pasti ada rasa tertentu.
Dari berbgai hasil penelitian yang dibaca Ratih, ketika otak anak belum siap menerima paparan berbau porno, maka efeknya adalah adiksi. Ratih mencontohkan klien lainnya di mana ada anak usia 3 tahun yang sudah tahu aktivitas seksual.
"Ternyata ini akibat ulah pengasuhnya. Awalnya anak ini diminta menyusu ke pengasuhnya, lalu disuruh meraba-raba. Anak itu kan nggak tahu apa-apa, tapi dia dibiasakan untuk melakukan aktivitas seksual sejak kecil. Jadi dia melakukannya karena pembiasaan, bukan karena ketertarikan secara seksual," tutur Ratuh.
Maka itu ketika anak masih terlalu kecil menerima penjelasan mengapa mereka tidak boleh mengakses video atau gambar bermuatan pornografi, maka berilah penjelasan yang paling masuk akal untuknya. Keluarga merupakan garda terdepan untuk melindungi anak dari paparan pornografi, namun sekolah juga memiliki peran yang tak kalah penting.
"Biasakan anak bertanggung jawab dengan apapun yng dilakukannya. Kalau mereka tahu konsekuensinya, maka mereka akan mikir-mikir sebelum melakukan sesuatu. Sebaliknya jika tidak terbiasa dengan sebab akibat, mereka akan gampang melakukan sesuatu tanpa banyak berpikir," jelas Ratih.
Penelitian yang dilakukan oleh B2B International untuk Kaspersky Lab pada April 2013 mengungkap bahwa tiap keluarga setidaknya memiliki dua atau tiga PC/laptop (rata-rata di dunia 2,5 perangkat), satu atau dua smartphone (rata-rata dunia 1,4) dan satu tablet (rata-rata 0,7).
Kaspersky Lab menganalisis respons modul Parental Control yang terdapat dalam produk perlindungan Kaspersky Lab, dan dalam lima bulan pertama 2013 analisis tersebut menemukan bahwa anak-anak tertarik akan beberapa hal di internet yang sebenarnya bisa membahayakan mereka, yaitu:
- Jejaring sosial (31,26%)
- Situs-situs porno dan erotis (16,83%)
- Toko online (16,65%)
- Ruang bicara (chat) dan forum-forum (8,09)
- Web-mail (7,39%);
- Hal-hal yang berisi software ilegal (3,77%)
- Games kasual (3,19%).
Dalam sebulan terakhir (Mei 2013), modul Parental Control mencatat lebih dari 52 juta percobaan untuk mengakses jejaring sosial, dan lebih dari 25 juta percobaan untuk mengakses situs pornografi.
Namun pilihan anak-anak di tiap negara berbeda-beda. Di Amerika Serikat, kategori 'pornografi dan erotis' menjadi yang teratas dengan 22,02%, toko online di tempat kedua dengan 19,50%, dan di tempat ketiga ada jejaring sosial dengan 18,88%.
Hal serupa terlihat di Inggris di mana Top 3 di negara ini sama dengan di AS yaitu situs pornografi (23,7%), toko online (19,59%), dan jejaring sosial (16,14%). Yang membedakan adalah anak-anak di Inggris lebih memilih games (5,94%) dibanding chat dan forum (4,84%).
Parental Control di dalam produk-produk software memberi rasa nyaman karena memungkinkan orang tua secara cerdas dan bijaksana melindungi anak-anak dari konten yang tidak pantas tanpa harus memblokir total akses internet mereka.
Senin, 10/06/2013 10:01 WIB
Jakarta, Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kaspersky Lab, ada aneka situs yang menarik perhatian anak. Situs bermuatan pornografi adalah satu dari 3 jenis situs yang paling menarik perhatian anak. Nah, bagaimana orang tua meresponsnya?
Psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqi, menjelaskan umumnya ketertarikan seksual terjadi di usia remaja. Pada saat itu anak sudah mulai bisa menilai lawan jenisnya cantik atau ganteng. Nah, ketika anak tertarik dan bahkan sering mengakses video atau gambar porno, menurutnya hal itu terjadi karena pemaparan.
"Saya pernah mendapat klien, di mana anak kelas 2 SD sudah sering menonton video porno. Katanya dia mendapat link itu di sekolah dari temannya. Bayangkan, link seperti itu dibuka di sekolah," ujar Ratih dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Senin (10/6/2013).
Ketika anak tersebut ditanya mengapa suka melihat video semacam itu, apa jawabnya? "Dia bilang video seperti itu seru. Lalu dia bilang 'adik (penis) aku berdiri, rasanya kayak mau pipis'. Kalau saat itu saya jelaskan dia sedang ereksi, anak sekecil itu mungkin tidak akan paham," tutur Ratih.
Akhirnya Ratih mencari jalan untuk menjelaskan bahaya video semacam itu berdasarkan pemahaman anak usia sekitar 7 tahun. "Saya katakan 'kalau kamu nonton video seperti itu terus kamu bisa kekurangan cairan karena kamu jadi ingin pipis terus. Dehidrasi itu bahaya buat tubuh'. Akhirnya dibelokkan ke yang seperti itu," sambung perempuan berjilbab ini.
Seiring bertambahnya usia, tentu ada perkembangan seksual pada anak. Karenanya anak mulai mengeksplorasi daerah seperti anus dan vagina atau penis miliknya. Kadang anak kecil menduduki bantal dan merasa ada sensasi tersendiri di organ genitalnya. Saat hal itu terjadi, orang tua bisa menjelaskan sensasi itu muncul karena di area genital terdapat banyak syaraf, sehingga pasti ada rasa tertentu.
Dari berbgai hasil penelitian yang dibaca Ratih, ketika otak anak belum siap menerima paparan berbau porno, maka efeknya adalah adiksi. Ratih mencontohkan klien lainnya di mana ada anak usia 3 tahun yang sudah tahu aktivitas seksual.
"Ternyata ini akibat ulah pengasuhnya. Awalnya anak ini diminta menyusu ke pengasuhnya, lalu disuruh meraba-raba. Anak itu kan nggak tahu apa-apa, tapi dia dibiasakan untuk melakukan aktivitas seksual sejak kecil. Jadi dia melakukannya karena pembiasaan, bukan karena ketertarikan secara seksual," tutur Ratuh.
Maka itu ketika anak masih terlalu kecil menerima penjelasan mengapa mereka tidak boleh mengakses video atau gambar bermuatan pornografi, maka berilah penjelasan yang paling masuk akal untuknya. Keluarga merupakan garda terdepan untuk melindungi anak dari paparan pornografi, namun sekolah juga memiliki peran yang tak kalah penting.
"Biasakan anak bertanggung jawab dengan apapun yng dilakukannya. Kalau mereka tahu konsekuensinya, maka mereka akan mikir-mikir sebelum melakukan sesuatu. Sebaliknya jika tidak terbiasa dengan sebab akibat, mereka akan gampang melakukan sesuatu tanpa banyak berpikir," jelas Ratih.
Penelitian yang dilakukan oleh B2B International untuk Kaspersky Lab pada April 2013 mengungkap bahwa tiap keluarga setidaknya memiliki dua atau tiga PC/laptop (rata-rata di dunia 2,5 perangkat), satu atau dua smartphone (rata-rata dunia 1,4) dan satu tablet (rata-rata 0,7).
Kaspersky Lab menganalisis respons modul Parental Control yang terdapat dalam produk perlindungan Kaspersky Lab, dan dalam lima bulan pertama 2013 analisis tersebut menemukan bahwa anak-anak tertarik akan beberapa hal di internet yang sebenarnya bisa membahayakan mereka, yaitu:
- Jejaring sosial (31,26%)
- Situs-situs porno dan erotis (16,83%)
- Toko online (16,65%)
- Ruang bicara (chat) dan forum-forum (8,09)
- Web-mail (7,39%);
- Hal-hal yang berisi software ilegal (3,77%)
- Games kasual (3,19%).
Dalam sebulan terakhir (Mei 2013), modul Parental Control mencatat lebih dari 52 juta percobaan untuk mengakses jejaring sosial, dan lebih dari 25 juta percobaan untuk mengakses situs pornografi.
Namun pilihan anak-anak di tiap negara berbeda-beda. Di Amerika Serikat, kategori 'pornografi dan erotis' menjadi yang teratas dengan 22,02%, toko online di tempat kedua dengan 19,50%, dan di tempat ketiga ada jejaring sosial dengan 18,88%.
Hal serupa terlihat di Inggris di mana Top 3 di negara ini sama dengan di AS yaitu situs pornografi (23,7%), toko online (19,59%), dan jejaring sosial (16,14%). Yang membedakan adalah anak-anak di Inggris lebih memilih games (5,94%) dibanding chat dan forum (4,84%).
Parental Control di dalam produk-produk software memberi rasa nyaman karena memungkinkan orang tua secara cerdas dan bijaksana melindungi anak-anak dari konten yang tidak pantas tanpa harus memblokir total akses internet mereka.
Spoiler for Sumber:
0
1.4K
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan