TEMPO.CO, Hong Kong - Edward Snowden, mantan karyawan CIA yang membocorkan rahasia Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA), menyatakan memulai aksinya tiga minggu lalu. Ia menyalin dokumen-dokumen rahasia itu di kantor NSA di Hawaii di mana dia bekerja.

Kemudian, katanya, ia mengatakan kepada atasannya ia membutuhkan "cuti beberapa minggu" untuk pengobatan penyakit epilepsi, katanya pada Guardian. Namun kenyataannya, bukannya pergi ke dokter, pada tanggal 20 Mei ia terbang ke Hong Kong, dan mengirimkan dokumen-dokumen yang disalinnya ke dua media besar di AS dan Inggris dari sana.

Mengapa memilih Hong Kong? Ia berdalih, Hong Kong "Memiliki komitmen bersemangat untuk kebebasan berbicara dan hak perbedaan pendapat secara politik".

Dalam video wawancara dengan Guardian, ia tampak santai, berkacamata dan memakai jenggot ringan dan kemeja abu-abu gelap. Surat kabar itu mengatakan ia hanya berani keluar dari persembunyiannya sebanyak tiga kali sejak kedatangannya di Hong Kong dan takut CIA akan datang memberinya.

Dia mengatakan dia berharap bahwa pada akhirnya Islandia, yang menghargai kebebasan internet, mungkin memberinya suaka.

Snowden, mantan asisten teknis CIA, dipekerjakan di NSA sebagai karyawan di perusahaan kontraktor pertahanan Booz Hamilton dan Dell. Ia menyatakan kecewa dengan Obama yang menurutnya telah melanjutkan kebijakan pendahulunya, George W . Bush.

"Motifku satu-satunya adalah untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai apa yang dilakukan atas nama mereka dan apa yang dilakukan terhadap mereka," katanya.

Dia menyatakan demi membocorkan rahasia itu, dirinya rela menyerahkan kehidupannya yang nyaman di Hawaii, di mana ia memperoleh penghasilan sekitar $ 200 ribu per tahun. "Aku bersedia untuk mengorbankan semua itu karena hati nuraniku tidak bisa dmenerima kenyataan pemerintah AS untuk menghancurkan privasi, kebebasan internet, dan kebebasan dasar bagi orang-orang di seluruh dunia dengan mesin pengawas besar yang diam-diam mereka bangun," katanya.

Salute.... Dunia membutuhkan orang seperti dia, dan Wikileaks