Berikut isi artikelnya gan..
Original Posted By kisah Bung Karno
Jakarta - Jauh sebelum Joko Widodo (Jokowi) blusukan di seantero Kota Solo, dan kini di Ibukota Jakarta, di awal kekuasaannya Soeharto pun biasa melakukan hal semacam itu. Istilah yang digunakan adalah 'incognito', semacam penyamaran mengunjungi berbagai wilayah. Kisah-kisah incognito Soeharto itu terangkum dalam buku bertajuk, “Incognito Pak Harto, Perjalanan Diam-diam Seorang Presiden Menemui Rakyatnya” yang diluncurkan di Gedung Granadi (Graha Dana Abadi), Rabu lalu. Buku setebal 279 halaman yang ditulis Mahpudi dan diterbitkan Yayasan Harapan Kita itu banyak memuat foto-foto Soeharto yang belum pernah dipuplikasikan media massa. Tapi sejarah pun mencatat, pendahulunya, Presiden Sukarno pernah melakukan incognito atau inspeksi mendadak (sidak). Seperti dikisahkan oleh Mangil Martowidjojo, mantan Komandan Detasemen Kawal Pribadi, dalam buku Kesaksian tentang Bung Karno 1945-1967, Bung Karno kerap menyamar sebagai rakyat biasa. Saat berjalan kaki masuk-keluar kampung dan meninjau persawahan di Yogyakarta, Bung Karno melihat cacing merayap di tengah jalanan yang panas, dia dengan cepat memegangnya dan memasukkannya ke sawah. Menurut Mangil, Bung Karno pernah pergi ke daerah Senen, dan bercakap-cakap dengan para gelandangan di sana. Tiba-tiba ada seorang perempuan yang mengenali suaranya, “Lo, itu ‘kan suara Bapak! Itu Bapak, ya?” Karuan saja hiruk-pikuk pun tak terhindarkan. Mangil pun langsung membawa Bung Karno pergi.
***
Saking getolnya melakukan inspeksi mendadak (sidak), Wakil Presiden Umar Wirahadikusuma, 1983-1988, pernah dijuluki “wapres sidak“ oleh kalangan pers daerah. Itu karena Umar yang dikenal amat pendiam kerap selanang-selonong ke sejumlah daerah tanpa diketahui aparat pemda setempat. Suatu hari, awal Mei 1984, dia memilih bertahan selama 40 menit di dalam pesawat yang transit di Surabaya karena cuaca buruk. “Takut inspeksinya (ke Malang) bocor,“ begitu dia beralasan.
Lahir dari keluarga bangsawan, tidak membuat pribadi Umar jauh dari kehidupan rakyat jelata. Di sela-sela dialog dengan para petani tebu di Jawa Timur, dia meminta seseorang membeli nasi bungkus. Dalam perjalanan dari pabrik ke pantai, di dalam jip, Umar menyantap nasi bungkus itu.
***
Jenderal M. Yusuf pun dikenal sebagai orang yang tak betah bekerja di belakang meja saat menjadi Menhankam/Pangab (1978-1983). Hampir setiap pekan dia berkeliling daerah, mendatangi asrama prajurit secara mendadak dan berdialog dengan mereka.
Quote:
Original Posted By percakapan"Apakah sudah punya pacar ?"
"Siap Jenderal. Sudah !"
"Sudah Kau Pegang dia ?"
"Siap Jenderal. Sudah !"
"Apanya ?"
"Siap Jenderal. Tangannya !"
Begitulah antara lain dialog yang berlangsung seperti terekam dalam biografi
“Panglima Para Prajurit” yang ditulis wartawan senior Atmadji Sumarkidjo. Bila menemukan hal-hal yang dianggap tak patut, Yusuf tak segan-segan mencopot panglima daerah yang dikunjunginya. Pangdam XII Tanjungpura Brigjen Subhan Djajaatniadja dicopot dalam tempo setengah hari. Pangdam Sriwijaya Brigjen Obrin dicopotnya karena cuti ke Singapura saat Yusuf berkunjung ke Palembang. “Kalau mau cuti lihat-lihatlah keadaan sekeliling,” ujar Yusuf seperti dikisahkan Rais Abin dalam buku Mission Accomplished, terbitan Kompas, September 2012.
Danu Damarjati | Sudrajat
[url]http://m.harian.detik..com/read/2013/06/09/060000/2267664/1452/kala-bung-karno-pindahkan-cacing-kepanasan-ke-sawah [/url]