Liputan6.com, Jakarta : Bank Indonesia sebagai regulator 120 bank umum di Indonesia dan juga sebagai pihak yang mengatur peredaran uang di Indonesia, mengaku telah memusnahkan uang yang ditarik dari peredaran sebanyak Rp 6,8 triliun.

Hal ini diungkapkan langsung oleh Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang BI Lambok Antonius Siahaan saat berbincang dengan wartawan di Gedung Bank Indonesia, Jumat (7/6/2013)

"Pemusnahan uang kartal di bulan April itu ada Rp6,8 triliun nilainya. Kalau bilyetnya sendiri sebanyak 382,9 juta bilyet," tuturnya.

Lambok menambahkan mengenai aktifitas keluar (outflow) dan masuknya uang (inflow) yang terjadi di BI tercatat outflow di bulan April sebanyak Rp24,4 triliun sementara inflow sebesar Rp29,7 triliun.

"Jika uang yang beredar bulan April Rp 392,2 triliun, itu naik dari bulan April 2012 itu sebesar Rp 348,2 triliun, inikan naik 12,2 persen," kata Lambok.

Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Ronald Waas juga mengatakan, hingga bulan Mei 2013 jumlah uang yang diedarkan di masyarakat telah mencapai Rp 403 triliun.

"Sekarang itu Rp 403 triliun, ada sekitar Rp 400 triliun sampai posisi Mei 2013. Meningkatnya terus 15-16 persen, sedangkan tiap tahun naiknya itu berkisar 15-16 persenan," jelas dia.

Jumlah uang yang ditarik dan dimusnahkan oleh BI, tercatat telah mencapai rasio 30% dari total bilyet (lembar cetakan uang yang belum dipotong) yang diedarkan atau sekitar 332 juta bilyet dari total bilyet uang yang beredar berkisar 3,1 miliar bilyet.

Sementara dari total uang yang dimusnahkan, paling banyak adalah dari pecahan di bawah Rp 20 ribu yang sering digunakan oleh masyarakat dalam bertransaksi.

"Paling besar itu dimusnahkan itu pecahan Rp 2 ribu, kalau di masyarakat kita itu uang paling cepat lusuh itu uang pecahan kecil, di bawah Rp 20 ribuan, nah kalau yang Rp 100 ribu, Rp 50 ribu itu relatif lebih baik," papar Ronald.

Mengenai pencetakan uang baru, Bank Indonesia berencana akan melakukan pencetakan kembali pada pertengahan tahun 2014 mendatang.

"Sebetulnya kebutuhan di masyarakat kan naik, BI pasti akan nyetak tiap tahun.

Kita tarik yang lama, baru kita cetak yang baru, jadi tetep kebutuhan masyarakat berapa kemudian kita cetak, pecahan yang sekarang atau baru, bukan berarti jumlahnya akan meningkat," pungkas Ronald. (Yas/Igw)