widiasssssAvatar border
TS
widiasssss
Berwisata Alam di Kota Bunga, Malino

Jika Jawa Timur mempunyai kota Malang, Sulawesi Selatan memiliki kota Malino. Keduanya sama-sama berada di dataran tinggi dan dijuluki sebagai kota bunga.

Malino berada di 90 km selatan kota Makassar. Jika Anda memiliki jatah liburan yang cukup panjang, di Makassar tak ada salahnya untuk mengunjungi Malino sejenak pada akhir pekan. Berada di ketinggian 1.500 meter diatas permukaan laut, cuaca di Malino selalu sejuk dan diselimuti kabut. Kota yang letaknya tepat di sebelah barat Gunung Bawakaraeng, Kecamatan Tinggimoncong, Gowa ini penuh dengan objek wisata alam yang sangat menarik untuk dikunjungi.

Dari Makassar, Malino bisa ditempuh dengan menggunakan motor atau mobil dengan waktu tempuh 2-3 jam perjalanan. Di sepanjang jalan yang berkelok-kelok dan menanjak itu kita bisa menikmati keindahan mulai dari bendungan Bili-bili yang luas, kebun, sawah dan bukit yang hijau. Dengan keindahan alam yang seperti itu, tak heran jika banyak penginapan dan vila di kawasan Malino ini. Hal itu juga sudah dianggap lumrah mengingat pada masa kerajaan Gowa, Malino adalah tempat peristirahatan pada raja dan keluarganya. Pada tahun 1927, Gubernur Caron di masa penjajahan Belanda membangun sebuah pesanggarahan sebagai tempat peristirahatan untuk para petingginya. Sebelum dikenal dengan nama “malino” tempat ini bernama kampung “lapparak”. Dalam bahasa Makassar lapparak artinya “datar” atau jika diartikan dengan makna yang lebih komprehensif berarti daerah datar di puncak gunung Bawakaraeng.

Sebelum memasuki malino, kita akan melihat sebuah tembok prasasti di tepi jalan dengan tulisan “Malino 1927”. Tulisan ini cukup jelas dan bisa terbaca kendati Anda hanya melintas menggunakan kendaraan. Prasasti ini bukanlah tanpa maksud. Kendati tidak ada keterangan resmi oleh pemerintah setempat namun barangkali kalimat itu mengacu pada aktivitas Gubernur Caron yang pada tahun 1927 menyulap Malino sebagai tempat peristirahatan.

Beberapa pemandangan yang bisa kita lihat selama berada di di Taman Wisata Alam (TWA) Malino – nama ini ditetapkan oleh pihak Kehutanan setempat – adalah hamparan kebun teh dan hutan pinus yang terkadang ditingkahi dengan bunyi fauna seperti kicau burung nuri, burung jalak, burung gelatik dan kera hitam yang berloncatan menyambut setiap wisatawan yang datang ke kawasan ini. Di Malino kita juga bisa melihat berbagai jenis bunga dengan warna yang beragam. Ada bunga akasia, edelweis, kenanga dan beberapa jenis perdu. Hasil penelitian sebuah lembaga asal Belanda menyatakan bahwa sekitar 60 persen bunga yang tumbuh di Belanda juga terdapat di kawasan Malino dan sekitarnya. Di daerah Kanreapia, yakni 8 km ke arah timur Malino, kita bisa menjumpai kebun-kebun holtikultura milik warga setempat yang berjajal rapi.

Anda juga bisa menikmati gemericik air di air terjun Takapala, Parang Bugisi, Lembana, Malino dan Biroro. Tidak hanya itu, Malino juga mempunyai pemandian lembah biru , Balla Lompoa di Bulutana dan goa Japan. Sedangkan oleh-oleh yang bisa kita bawa pulang dari Malino adalah buah Markisa, dodol ketan, tenteng Malino, apel dan wajik. http://panduanwisata.com/2013/02/17/...-bunga-malino/
nona212Avatar border
nona212 memberi reputasi
1
1.5K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan