- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Indonesia Penambang Angka 0 (Nol)


TS
vanberbatov
Indonesia Penambang Angka 0 (Nol)
Maaf sebelumnya, saya bukan meledek tim nasional sepak bola Indonesia. Saya hanya gemas dengan mereka dan gemasnya mencapai titik gemas banget. Saya teringat kepada teman saya yang merasa lebih gemas dengan sepak bola Indonesia ketimbang saya, dia sempat mengeluh “Kok Indonesia senang dengan angka 0 (nol) ya?”
Setelah saya pikir-pikir keluhan teman saya tidak sepenuhnya salah. Entah mungkin karena tanah di Indonesia penuh dengan sumber daya sehingga enak ditambang atau bagaimana, hingga timnas Indonesia pun suka menambang, hanya bukan hal positif, melainkan kekalahan.

Saya tidak ingin bicara mengenai urusan pengurus PSSI, karena menurut saya hal yang berhubungan dengan mereka sudah terlalu ruwet. Menurut saya, timnas Indonesia sering kalah karena memang para pemain dan pelatih (selalu) tidak punya banyak waktu untuk persiapan, juga tidak disiplin, dan suka bangga. Mari kita lihat satu per satu.
1. Kurang Persiapan
Ada istilah yang mengatakan bahwa ‘Kesuksesan adalah buah dari persiapan yang matang’. Menurut saya, elemen di timnas Indonesia mungkin tidak pernah mendengar atau mungkin lupa dengan istilah tersebut. Hampir setiap ada kompetisi atau pertandingan persahabatan, timnas Indonesia selalu hanya punya waktu latihan yang cenderung mepet. Dan persiapan yang mepet selalu jadi alasan jika kita tersingkir atau kalah. Bagaimana mau menang jika tanpa persiapan? Kecuali jika pemain kita sekelas pemain Brasil, mungkin tidak masalah.
2. Disiplin
Pernah dengar berita di media tentang hari pertama pelatnas yang cuma dihadiri kurang dari 20 orang? Atau kabar pemain datang terlambat ke tempat latihan? Pemain mangkir dari latihan? Pemain kabur dari latihan? Kalau Anda belum pernah dengar, saya belikan Anda koran selama setahun. Lucunya pemain-pemain yang melanggar aturan ini tidak dicoret dari timnas. Ya, kadang ada juga yang dicoret, tapi berapa? Sering saya bingung dengan manajemen timnas. Mereka antara pemaaf atau memang malas mencari bakat lain, sehingga jika ada satu pemain bagus melanggar aturan, mereka pura-pura buta.
3. Suka Bangga (akan kekalahan)
Pernyataan di atas lebih tertuju ke semua elemen sepak bola Indonesia. Saya yakin Anda sering dengar celetukan seperti ini “Kita beruntung hanya kalah tipis dari Arab Saudi/Oman/Korea Selatan/dll.” Buat saya, kalah tipis atau telak tetap Nol. Kadang, memang kita boleh bangga (atau bersyukur) tidak dibantai melawan tim sekuat itu, tapi jika selalu begitu, kita jadi terlena akan kekalahan. Bukankah lebih membanggakan jika kalimat tersebut berubah “Kita beruntung menang tipis atas dari Arab Saudi/Oman/Korea Selatan?”
Sebagai penutup, saya ingin mengutip sebuah kalimat dari tokoh fiktif di komik ciptaan Aoyama Gosho, Detektif Conan. Begini kalimatnya; “Angka nol jika ditumpuk sebanyak apapun tetaplah nol. Akan tetapi, nol adalah awal dari segalanya.” Semoga ke depan kita dan sepak bola Indonesia bisa memulai dari nol (seperti slogan pom bensin), bukan malah menumpuk angka nol.
Amin…
Setelah saya pikir-pikir keluhan teman saya tidak sepenuhnya salah. Entah mungkin karena tanah di Indonesia penuh dengan sumber daya sehingga enak ditambang atau bagaimana, hingga timnas Indonesia pun suka menambang, hanya bukan hal positif, melainkan kekalahan.

Saya tidak ingin bicara mengenai urusan pengurus PSSI, karena menurut saya hal yang berhubungan dengan mereka sudah terlalu ruwet. Menurut saya, timnas Indonesia sering kalah karena memang para pemain dan pelatih (selalu) tidak punya banyak waktu untuk persiapan, juga tidak disiplin, dan suka bangga. Mari kita lihat satu per satu.
1. Kurang Persiapan
Ada istilah yang mengatakan bahwa ‘Kesuksesan adalah buah dari persiapan yang matang’. Menurut saya, elemen di timnas Indonesia mungkin tidak pernah mendengar atau mungkin lupa dengan istilah tersebut. Hampir setiap ada kompetisi atau pertandingan persahabatan, timnas Indonesia selalu hanya punya waktu latihan yang cenderung mepet. Dan persiapan yang mepet selalu jadi alasan jika kita tersingkir atau kalah. Bagaimana mau menang jika tanpa persiapan? Kecuali jika pemain kita sekelas pemain Brasil, mungkin tidak masalah.
2. Disiplin
Pernah dengar berita di media tentang hari pertama pelatnas yang cuma dihadiri kurang dari 20 orang? Atau kabar pemain datang terlambat ke tempat latihan? Pemain mangkir dari latihan? Pemain kabur dari latihan? Kalau Anda belum pernah dengar, saya belikan Anda koran selama setahun. Lucunya pemain-pemain yang melanggar aturan ini tidak dicoret dari timnas. Ya, kadang ada juga yang dicoret, tapi berapa? Sering saya bingung dengan manajemen timnas. Mereka antara pemaaf atau memang malas mencari bakat lain, sehingga jika ada satu pemain bagus melanggar aturan, mereka pura-pura buta.
3. Suka Bangga (akan kekalahan)
Pernyataan di atas lebih tertuju ke semua elemen sepak bola Indonesia. Saya yakin Anda sering dengar celetukan seperti ini “Kita beruntung hanya kalah tipis dari Arab Saudi/Oman/Korea Selatan/dll.” Buat saya, kalah tipis atau telak tetap Nol. Kadang, memang kita boleh bangga (atau bersyukur) tidak dibantai melawan tim sekuat itu, tapi jika selalu begitu, kita jadi terlena akan kekalahan. Bukankah lebih membanggakan jika kalimat tersebut berubah “Kita beruntung menang tipis atas dari Arab Saudi/Oman/Korea Selatan?”
Sebagai penutup, saya ingin mengutip sebuah kalimat dari tokoh fiktif di komik ciptaan Aoyama Gosho, Detektif Conan. Begini kalimatnya; “Angka nol jika ditumpuk sebanyak apapun tetaplah nol. Akan tetapi, nol adalah awal dari segalanya.” Semoga ke depan kita dan sepak bola Indonesia bisa memulai dari nol (seperti slogan pom bensin), bukan malah menumpuk angka nol.
Amin…
0
1.2K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan