Liputan6.com, Jakarta : Soleh kini harus berjualan baso cilok dari kampung ke kampung. Sebab, usaha jualan mie ayam di Rusun Marunda, tempatnya tingal, sepi pembeli. Warga asal Muara Baru, Jakarta Utara itu, mengaku terus merugi.

"Jualan di sini (Rusun Marunda) sepi. Sehari bisa modal Rp 200 ribu, hasilnya sama Rp 200 ribu. Ya tidak dapat untung," kata Soleh saat ditemui Liputan6.com di Rusun Marunda, Jakarta Utara, Kamis (6/5/2013).

Cerita hidup Soleh di Rusun Marunda itu bermula saat banjir melanda Jakarta beberapa waktu lalu. Soleh dan keluarganya pindah ke rusun ini sesuai program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Di rusun ini pula, kehidupan Soleh dan keluarganya berubah.

"Dulu saya kerja di Pluit di perusahaan kontraktor, sudah karyawan tetap, dapat gaji sudah Rp 5 juta. Tapi karena pindah ke sini, mahal di ongkos. Ya sudah terpaksa keluar kerja. Buat ongkos sehari saja Rp 20 ribu sama makan Rp 50 ribu, makanya saya pilih keluar," tuturnya.

Di tempat baru itu, Soleh memulai usaha. Karena mendapat modal usaha berupa gerobak beserta perlengkapannya, Soleh dan keluarganya membuka usaha mie ayam. Namun ya itu tadi: tidak mendapat untung karena sepi pembeli.

Beruntung bagi Soleh, dia masih punya sepeda motor. Bermodal motor itu, kini Soleh dapat berjualan bakso cilok keliling. Dari usaha ini dia dapat mengantongi penghasilan bersih Rp 100 ribu.

"Kalau berangkat siang jam 12 dan pulang petang, dapat Rp 100 ribu bersih, sudah makan dan bensin. Modal Rp 200 ribu bisa dapat Rp 350 ribu sehari," tutur dia.

Sementara, untuk gerobak dagangan yang diperoleh dari pemerintah belum digunakan lagi. Rencananya istrinya yang akan meneruskan usahanya di Rusun Marunda itu.

"Kebetulan istri kan kemarin sudah habis kontrak yang kerjaan di KBN (Kawasan Berikat Nusantara) yang dikasih program dari Gubernur. Jadi sementara gerobaknya istirahat dulu, nanti kalau sudah ada modal baru mulai jualan lagi," ujar Soleh.

sumber

bersabarlah pak soleh, hidup memang tidak seindah skenario di dalam sinetron