Demikian pentingnya perhatian, pengetahuan dan pemahaman atas data spasial (hal mengenai wilayah geografis dengan batas-batas administrasi tertentu) ini hingga pada, suatu contoh kasus, salah satu peserta kontes kecantikan, remaja Amerika-pun (dalam hal ini Lauren Caitlin Upton yang sebelumnya merupakan "Miss South Carolina Teen USA") diberi pertanyaan mengenai isu-isu terkait. Ia ditanya mengapa orang-orang Amerika memiliki pengetahuan yang buruk mengenai geografi; khususnya untuk pertanyaan "mengapa 20% dari mereka tidak dapat menunjukan letak Amerika di atas peta?". Kemudian, dengan yakin ia menjawab bahwa kondisi seperti itu disebabkan karena orang-orang yang termasuk 20% itu tidak memiliki peta dan .... sistem pendidikan Amerika perlu mendukung .... Detil mengenai cerita ini dapat dilihat pada pustaka [people07]. Sekilas, jawaban remaja yang semasa di SMA-nya (Lexington High School) menjadi anggota tim atletik, ketua osis, dan lulus dengan indeks prestasi 3.5 ini nampaknya ringan saja walaupun secara umum masih kurang memuaskan bagi audiensnya. tetapi jika dikaji lebih dalam, jawaban (point pertama) tersebut bisa jadi benar adanya, apalagi untuk konteks Indonesia. Sebab keberadaan, ketersediaan, tingkat akses atau kemudahan perolehan (dan daya beli) terhadap data spasial (peta) merupakan kunci-kunci perhatian, pengetahuan, pemahaman, rasa memiliki, dan kecintaan terhadap suatu wilayah geografis. Mengingat fakta bahwa ketersediaan dan kemudahan perolehan data spasial Amerika jauh lebih baik daripada Indonesia, maka dengan logika tanya-jawab yang sama dengan di atas, adalah tidak mudah untuk dibayangkan berapa persen dari penduduk Indonesia yang benar-benar dapat menunjuk lokasi wilayah Indonesia secara tepat di atas peta dunia.
Salah satu ilmu atau seni untuk memperoleh data spasial yaitu Penginderaan Jauh, suatu teknologi yang mengembangkan wahana satelit luar angkasa. Penginderaan jauh adalah salah satu metode pengamatan atau pengukuran unsur-unsur spasial permukaan bumi. Metode yang sangat efektif dan efisien ini banyak memiliki varians dalam menyediakan rekaman data spasialnya. Selanjutnya untuk meningkatkan kualitas dan menyempurnakan data rekaman sensor-sensor terkait hingga produksi akhir data spasialnya(hardcopy) dilakukan proses-proses pengolahan citra dijital menggunakan software remote sensing.
RS;Eddy Prahasta
Apa sih Penginderaan Jauh itu ?
Spoiler for Pengertian Penginderaan Jauh:
Menurut (Lillesand dan Kiefer, 1979) dalam (Manggaraini, 2008) mengemukakan penginderaan jauh adalah ilmu dan teknik untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Sedangkan menurut Sutanto (1994) mengatakan penafsiran citra penginderaan jauh berupa pengenalan obyek dan elemen yang tergambar pada citra penginderaan jauh serta penyajiannya kedalam bentuk peta tematik.
Teknik penginderaan jauh berkembang pesat sejak diluncurkannya satelit penginderaan jauh ERTS (Earth Resources Technology Satelite) tahun 1972. Hal ini memungkinkan pengumpulan data permukaan bumi dalam jumlah besar. Pengembangan penginderaan jauh yang terjadi pada tahun 1960 an terbatas pada penelitian serta analisis foto udara multispektral dan scanner dan digitalisasi dari foto udara yang diambil dengan sensor kamera. Semenjak ERTS I/Landsat 1 diluncurkan tahun 1972, data digital rekaman satelit menjadi semakin penting, khususnya untuk penggunaan analisis permukaan bumi.
Dalam penggunaan penginderaan jauh terdapat beberapa keuntungan antara lain lebih luasnya ruang lingkup yang bisa dipelajari dan lebih seringnya sesuatu fenomena bisa diamati, dimungkinkan penelitian ditempat-tempat yang susah atau berbahaya untuk dijangkau manusia seperti di kutub, hutan, dan gunung berapi.
Dewasa ini pemanfaatan teknik penginderaan jauh mengalami peningkatan pesat baik diukur dari jumlah bidang penggunaanya maupun dari frekuensi penggunaannya pada tiap bidang. Peningkatan pemanfaatan teknik penginderaan jauh ini dilandasi oleh beberapa alasan, sebagai berikut:
a. Citra menggambarkan obyek, darah dan gejala di permukaan bumi dengan (a) wujud dan letak obyek yang mirip wujud dan letaknya dipermukaan bumi, (b) relief lengkap, (c) meliputi daerah yang luas dan (d) permanen.
b. Beberapa jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensi.
c. Karakteristik obyek yang tidak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra sehingga dimungkinkan pengenalan obyek.
d. Citra dapat dubuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijangkau secara terestrial.
e. Merupakan satu-satunya cara untuk memetakan daerah bencana.
f. Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek sehingga baik untuk monitoring perubahan cepat kondisi permukaan bumi.
Kerincian informasi yang dapat disadap dari data penginderaan jauh sangat bergantung pada resolusi. Batas kemampuan sebuah sensor dinamakan resolusi. Resolusi suatu sensor merupakan indicator tentang kemampuan sensor atau kualitas sensor dalam merekam suatu obyek. Ada beberapa hal yang harus diketahui tentang resolusi dalam penginderaan jauh, antara lain:
a. Resolusi spasial, yaitu ukuran obyek terkecil yang mampu direkam, dibedakan dan disajikan pada citra. Resolusi spasial menunjukan level dari detail yang ditangkap oleh sensor. Semakin detail sebuah studi semakin tinggi resolusi spasial yang diperlukan.
b. Resolusi spektral yaitu daya pisah obyek berdasarkan besarnya spektrum elektromagnetik yang digunakan untuk merekam data. Resolusi spektral menunjukan lebar kisaran dari masing-masing band spektral yang diukur oleh sensor.
c. Resolusi temporal yaitu kemampuan sensor mengindera ulang setiap daerah yang diinderanya dalam kurun waktu tertentu.
Data penginderaan jauh itu sendiri dapat berupa data digital atau numerik untuk dianalisis dengan menggunakan Komputer, serta data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual. Data visual dibedakan lebih jauh atas data citra dan data non citra. Data citra berupa gambaran yang mirip wujud aslinya, sedangkan data non citra pada umumnya berupa garis atau grafik.
Terdapat beberapa jenis citra penginderaan jauh berdasarkan sifatnya, yaitu:
a. Citra bersifat optik
Citra ini bisa disebut citra fotografik yang berupa foto. Citra ini adalah gambaran obyek yang direkan dengan menggunakan kamera sebagai sensor, film sebagai detektor, proses perekaman secara fotografi/kimiawi dengan mekanisme perekaman serentak dan tenaga elektromagnetik yang digunakan pada spektrum tampak dan perluasannya.
b. Citra bersifat analog
Citra ini berupa sinyal video seperti gambar pada monitor televisi. System perekamanya menggunakan sistem gabungan optical scanning, sensornya menggunakan kamera video, detektor optik elektronik maupun tenaga elektromagnetik dan perekamanya menggunakan spektrum tampak dan perluasannya (0,4 – 1,3) µm.
c. Citra bersifat digital
Pada umumnya citra nonfotografik yang direkam oleh satelit penginderaan jauh bersifat digital yang direkam dalam bentuk pixel. Citra ini direkam dengan menggunakan sensor non kamera, detektor yang digunakan lebih luas dibandingkan dengan citra fotografik. Sedangkan spektrum yang digunakan dalam perekaman citra digital adalah spektrum tampak, ultraviolet, infra merah dekat, infra merah termal dan gelombang mikro (Purwadhi, 2001:22).
Citra digital termasuk dalam citra raster karena citra digital tersusun dari grid-grid titik atau pixel, dimana titik tersebut berupa kotak-kotak sel yang tersusun secara vertikal dan horizontal, dan masing-masing mempunyai nilai digital. Pixel (picture element) adalah sebuah titik yang merupakan elemen paling kecil pada citra setelit. Angka numeric (1 byte) dari pixel disebut Digital Number (DN), DN bisa ditampilkan dalam warna kelabu, berkisar antara hitam dan putih (gray scale), tergantung level energi yang terdeteksi.
Spoiler for Sistem Penginderaan Jauh:
Sistem penginderaan jauh ialah serangkaian komponen yang berupa tenaga, obyek, sensor, data, dan pengguna data yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang obyek daerah dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek yang dikaji. Rangkaian obyek itu berupa tenaga, obyek, sensor, data, dan pengguna data. Karena tidak semua tenaga yang berasal dari matahari dapat mencapai bumi, interaksi antara tenaga dan atmosfer sering dimasukkan kedalam sistem penginderaan jauh. Demikian pula halnya dengan interaksi antara tenaga dan obyek, karena hasil interaksinya menentukan besarnya tenaga yang dapat mencapai sensor (Sutanto, 1994).
Secara umum terdapat 7(tujuh) komponen dalam penginderaan jauh satelit, dimana komponen 1 sampai 4 sudah terdapat di alam, komponen 5 adalah ruas angkasa, komponen 6 adalah ruas bumi yang menjalankan misi di bumi, dan komponen 7 adalah ruas aplikasi berupa pengguna data (Kusumowidagdo, 2005:10 – 11).
Sistem penginderaan jauh satelit tersebut dijelaskan dalam gambar sebagai berikut:
Keterangan gambar:
1) Sumber cahaya (matahari)
2) Cahaya yang lolos ke permukaan bumi setelah melewati lapisan atmosfer
3) Obyek dipermukaan bumi
4) Cahaya yang dikembalikan ke angkasa oleh permukaan bumi
5) Sensor atau alat pengindera berada di dalam satelit atau ruas angkasa
6) Stasiun penerima dalam ruas bumi
7) Pengguna data atua ruas aplikasi.
Spoiler for Citra Digital:
Citra adalah gambaran kenampakan permukaan (dekat permukaan) bumi dan yang diperoleh melalui proses perekaman pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik secara serentak dengan sensor yang terpasang pada suatu wahana, baik itu pesawat udara maupun wahan ruang angkasa (sering disebut satelit). Citra digital merupakan citra yang diperoleh, disimpan, dimanupulasi, dan ditampilkan dengan basis logika biner.
Berbagai jenis citra seperti yang dimaksud diatas contohnya Citra SPOT, Citra Lansat, Citra Radar (contoh : SIR-B, Radarsat), NOAA, GMS, MOS 1, NIMBUS, HCMM, SEASAT, IKONOS, ALOS, Quickbird, dan lain-lain. Citra digital termasuk dalam citra raster karena citra digital tersusun dari grid-grid matrik titik atau pixel, dimana titik-titik tersebut berupa kotak-kotak sel yang tersusun secara horizontal dan vertical dan masing-masing mempunyai nilai digital.
Spoiler for Interpretasi Citra Penginderaan Jauh:
Interpretasi dan analisis citra remote sensing melibatkan aktivitas identifikasi dan perhitungan dari berbagai target dalam sebuah image untuk mengekstrak informasi yang berguna. Target dalam citra merupakan obyek yang diobservasi yang memiliki karakteristik.
a. Target dapat berupa titik, garis, atau area. Obyek ini memiliki beberapa bentuk.
b. Target mesti dapat dibedakan, ini memiliki kontras yang berbeda dengan hal-hal lain disekitarnya.
Teknik interpretasi citra dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu interpretasi secara manual dan interpretasi secara digital.
a. Interpretasi secara manual
Interpretasi secara manual adalah interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan ciri (karakteristik) obyek secara keruangan (spasial).
Interpretasi manual ini dilakukan dengan cara mengenali karakteristik obyek berdasarkan warna, bentuk, pola, ukuran, posisi, dan kemampuan obyek. Dan interpretasi ini dilakukan pada citra yang di konversi dalam bentok foto. Katakteristik obyek yang tergambar pada citra digital dapat dikenali berdasarkan unsur – unsur interpretasi seperti rona atau warna, bentuk, pola ukuran, letak, dan asosiasi kanampakan obyek.
b. Interpretasi secara digital
Teknik interpretasi ini dapat dilakukan melalui peengenalan pola spektral bantuan komputer. Dasar interpretasi ini berupa klasifikasi pixel berdasarkan nilai spektral dan dapat dilakukan secara statistik.
Dalam interpretasi citra, prinsip pengenalan obyek pada citra mendasarkan atas penyidikan karakteristik atau atribut pada citra. Karakteristik obyek yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali obyek disebut unsur interpretasi citra terdiri dari: Warna dan Rona, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi.
Oke gan cuma ini yang ane tau, semoga bisa memberikan pengetahuan dan bermanfat.
Untuk admin & moderat ane izin posting trit ini di forum sains yah.
Salam kenal, masih nubie nih, mohon bimbingannya ya